Salah seorang warga setempat, Ngasih, mengaku, terdapat air di dalam sumur buatan tersebut. Sumber air itulah yang menjadi satu-satunya sumber air saat ini.
Mereka harus naik turun embung yang sudah mengering, sedalam 8 meter, sedangkan untuk mengambil air di dalam sumur galian itu, warga juga harus ekstra hati-hati, karena dibuat tanpa adanya alat pengaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga lainnya, Sumadi mengakui, warga juga menggali beberapa sumur galian di lokasi sekitar, namun cenderung hanya mengeluarkan air sedikit. Sehingga satu galian sumur yang mengeluarkan air cukup banyak, membuat warga harus mengantri ketika hendak mengambil air.
"Musim kemarau tahun ini sangat menyulitkan warga, bantuan dari pemkab juga belum bisa mengatasi keeringan yang terjadi, sehingga warga harus mencari sumber air yang layak di kosumsi," katanya.
Dampak dari kekeringan yang melanda pada tahun ini, menurutnya juga membuat sektor pertanian menjadi lumpuh. Ia bersama warga lainnya pun berharap agar musim kemarau segera berakhir. Mereka juga berharap agarpPemkab dapat menambah suplai air bersih di wilayah tersebut karena penyaluran masih kurang.
"Embungnya saja kering, jadi kegiatan pertanian juga terhambat. Akibatnya, banyak ladang pertanian yang tak bisa di garap. Kami berharap ada bantuan air lagi yang cukup. Baik dari Pemerintah maupun pengusaha kepada warga Dukuh Jelubang ini," imbuhnya.
Kepala BPBD Blora, Sri Rahayu saat dikonfirmasi menyebutkan, berdadarkan prakiraan cuaca BMKG, untuj sebagian wilayah Blora baru akan diguyur hujan pada pekan kedua bulan November mendatang.
"Berdasarkan data yang kami terima dari Stasiun Klimatologi BMKG Semarang, musim hujan di Jawa Tengah akan dimulai pada awal Oktober di Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan sekitarnya. Sedangkan Blora baru akan mulai hujan pada pertengahan November," katanya.
Saksikan juga video 'Demi Air Bersih Warga Cilegon Antre 6 Jam':
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini