"Ada sekitar 9 sampai 10 sekolah, ya SMP-SMP di daerah pinggiran itu mas," kata Kabid SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Lasno, dihubungi melalui telepon selulernya Kamis (12/7/2018).
SMP yang kekurangan siswa itu kebanyakan di daerah-daerah pinggiran Boyolali. Antara lain SMPN 2 Nogosari, SMPN 3 Juwangi, SMPN 2 Juwangi, SMPN 2 Selo, SMPN 2 Wonosegoro, SMPN 3 Musuk, SMPN 4 Ampel, SMPN 2 Sambi dan SMPN 4 Mojosongo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira nggak (terkait sistem zonasi). Justru dengan sistem zonasi ini ada efek positifnya, seperti SMPN 2 Nogosari itu kemarin hanya 28 siswa, ini yang daftar ulang sudah 46 siswa. SMPN 3 Musuk, kalau kemarin baru sekitar 50-an, ini 73 siswa yang daftar," ujar Lasno.
Dia menduga, sejumlah SMP yang kekurangan siswa itu karena lebih kepada jumlah siswanya yang sudah tidak ada. Lulusan SD/MI di Boyolali sebanyak 15.000 tahun ini kemungkinan sudah terserap semua ke sekolah baik SMP Negeri, MTs maupuan SMP swasta.
"Temen-temen juga sudah turun ke bawah, melacak lulusan SD ini ada berapa yang sudah masuk. Anak-anak sudah terdistribusi ke sekolah semua," jelasnya.
"Saya gambarkan SMP 2 Selo, itu (jumlah pendaftar) sekitar 50 sekian, karena dari sisi zona geografis kan SMPN 2 Selo, ya nasabahnya hanya segitu. Sementara di Kabupaten Magelang, muncul SMP Satap baru di wilayah dekat SMP 2 Selo, otomatis sudah mengurangi (jumlah siswa) yang dari Kabupaten Magelang," imbuh Lasno.
Kemungkinan lain adalah minat siswa lulusan SD/MI di Boyolali untuk melanjutkan sekolah ke MTs, baik negeri maupun swasta semakin tinggi. Dia memberikan gambaran, lulusan SD/MI tahun 2018 di Boyolali sekitar 15.000 siswa. Sedangkan yang mengikuti PPDB SMP sekitar 9.000. Selisih 6.000 siswa itu kemungkinan mereka masuk ke MTs atau SMP swasta.
Seperti di SMPN 2 Nogosari, pihaknya menduga masyarakat lebih memilih menyekolahkan anaknya di MTs yang lokasinya berdekatan. Pada PPDB ini, MTs tersebut menerima peserta didik baru diatas 360 siswa.
"Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan masyarakat, mau anaknya di sekolahkan dimana kan hak masyarakat," tandasnya.
Kemungkinan lainnya lagi banyaknya sekolah di Boyolali, sehingga masing-masing sekolah juga harus bersaing untuk mendapatkan murid.
Untuk SMP yang masih kekurangan siswa, pihaknya mempersilahkan untuk membuka pendaftaran secara offline. Siswa yang belum mendapatkan sekolah agar diterima.
"Untuk SMP yang belum terpenuhi (kuotanya), ya monggo lah, monggo diselesaikan secara adat. Maksudnya kalau masih ada masyarakat sekitar sekolah yang belum memperoleh sekolah, monggo diakomodir. Bahasa saya seperti itu," imbau Lasno.
Bahkan, sekolah yang belum terpenuhi kuota jumlah siswanya itu juga sudah turun langsung ke masyarakat, mencari siswa yang belum mendapatkan sekolah.
(bgs/bgs)