Para pedagang di Jalan Veteran dan Jalan Sunan Muria, Kudus mengaku sering merasa iba dengan sang kakek.
Di Jalan Veteran Kudus, Kakek Paring biasanya berjualan di samping kantor PPRK. Di lokasi dekat pohon dengan dahan kecil serta tak terlalu rimbun, Paring menggelar dagangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pagi hari, kakek itu baru gelar dagangannya. Entah laku atau tidak, kakek itu tak bosan menunggu dagangan kendi bahan tanah liat," kata Budi ditemui detikcom di tempat biasa kakek menata dagangannya, Sabtu (21/4/2018).
Budi sering merasa tak tega melihat kondisi kakek. Badannya sudah tua. Dengan punggung yang sudah membungkuk, Paring sering duduk tertidur di belakang dagangannya.
"Siapapun yang melihatnya, pasti iba. Pasti itu," ungkapnya.
Kakek Paring saat mendapat perawatan medis. Foto: Intagram Ndorobeii |
Pernah satu waktu, ada seseorang mendatangi kakek. Budi yang penasaran, mendatanginya. Karena dari seberang jalan, Budi bisa leluasa melihat aktivitas Paring serta siapa saja yang datang. Orang itu mengaku kepada Budi, jika dia adalah anaknya. Mereka berniat membawa pulang kakeknya. Karena mereka merasa malu dengan apa yang dilakukan Paring.
"Saya langsung bilang ke anaknya itu. Tolong, bawa pulang saja kakek ini karena khawatir ada apa-apa. Jalannya ramai juga. Lalu lalang kendaraan juga padat. Kasihan. Mereka hanya mengangguk. Kemudian bawa pulang kakek. Esoknya kakek datang lagi dan berjualan lagi," ucapnya.
Sementara itu, menurut pedagang es di Jalan Veteran, Yeti, dirinya kerap melihat kakek tua berjualan.
"Kalau tidak salah, lebih dari satu tahun kakek itu jualan. Mungkin malah dua tahun dagang di dekat PPRK itu. Saya lupa pastinya," kata Yeti kepada detikcom di tempat dagangnya.
Yeti beberapa kali menawari Paring sebuah menu makanan. Sebab, dia merasa kasihan dengan kakek. Dengan lahapnya si kakek makan makanan. Perempuan yang juga menjual bensin eceran itu mengaku khawatir juga dengan uang yang dimiliki kakek.
Dia melihat beberapa kali warga mendatangi kakek. Mereka tanya soal kendi kepada si kakek. Tapi banyak yang tidak membelinya, dan malah memberinya uang.
"Banyak yang kasihan dengan si kakek. Mereka tidak membeli dan hanya memegang kendi-kendi yang dijual. Kemudian mereka memberi uang pada kakek. Ada yang Rp 50 ribu, ada yang Rp 100 ribu. Banyak uangnya," ungkapnya.
Bahkan si kakek itu tidak punya dompet. Uang yang dimilikinya ditaruh di saku baju. Saking banyaknya, uang kertas itu dibiarkan menggunung di saku.
"Saku bajunya menyembul. Saya khawatir kalau ada orang yang berniat jahat minta uangnya," tambah Yeti sambil melayani pemotor membeli bensin eceran.
Kadang, saat pagi hari, kakek renta ini berjualan di Jalan Veteran. Begitu siang tiba, Paring bergeser ke Jalan Sunan Muria. Beberapa trotoar yang menurutnya ramai dan rindang, akan ditempatinya berjualan.
"Kalau siang sampai sore hari, biasanya pindah ke Jalan Sunan Muria di Barongan. Depan SMPN 5 Kudus," kata seorang tukang parkir perempuan di salah satu toko aksesoris komputer di Jalan Sunan Muria Kudus, Sri Utami.
Di lokasi itu, kakek menghabiskan harinya menunggui kendinya laku terjual. Dia sering melihatnya saat siang hari. Dia juga merasa kasihan dengan kondisi kakek yang telah renta tersebut. Pernah satu waktu, dia mendapat kabar dari seorang penarik becak yang mangkal di bilangan jalan Sunan Muria, kakek itu mengalami pencurian.
"Berasnya dicuri orang. Kakek kadang dapat beras dari warga yang peduli. Malah berasnya hilang dicuri orang yang berniat jahat," ucapnya. (sip/sip)












































Kakek Paring saat mendapat perawatan medis. Foto: Intagram