Saat ditemui detikcom, Juwariyah sedang menjalani rutinitas hariannya harus jalan kaki menempuh jarak sekitar 3 kilometer selama 4 sampai 5 kali. Bukan hanya sekedar berjalan, ia harus mendorong gerobak berisikan 20 jerigen air dengan masing-masing bobot 25 liter.
"Kalau pagi saya ambil air di bak air terus ke perkampungan. Ya jaraknya 1,5 kilometer, kalau pulang pergi kan berarti 3 kilometer, itu untuk satu kali angkatan. Sedangkan setiap hari bisa sampai 4 atau 5 kali angkatan," tutur Juwariyah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sesampainya di perkampungan, ibu dua anak ini memikul dua jerigen untuk dijual ke masing-masing rumah pelanggannya. Untuk satu pikulan (2 jeriken), ia mematok harga Rp 3.000.
"Awal mulanya dulu ingin membantu suami. Sebab saat itu permintaan warga untuk dikirimi air sangat banyak. Dan itupun suami saya tidak bisa memenuhi sendirian. Makanya saya ikut membantu ini sampai sekarang," katanya.
![]() |
Di usianya yang kian menua, membuat tenaganya pun tak sekuat dulu. Terlebih sekitar sebulan belakangan ini kakinya keseleo dan sulit untuk berjalan normal.
"Ya ini gak tau kenapa, mungkin keseleo jadi agak pincang gini. Mau berobat, mending uangnya buat kebutuhan yang lain dulu. Jadi sekarang ya jualannya bareng sama bapak, kalau dulu kan sendiri-sendiri," imbuh Juwariyah.
![]() |
Setiap hari Juwariyah memulai rutinitas itu sekitar pukul 08.00 WIB dan berakhir lebih kurang pukul 12.00 WIB. Dia kini hanya memiliki sekitar 50 pelanggan rumahan untuk membeli airnya. Sehari, ia bisa membawa pulang uang kisaran Rp 30 ribu.
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini