Empat orang perempuan asal Sukabumi, Jawa Barat diduga menjadi korban perdagangan manusia. Mereka dijanjikan bekerja layak di tempat hiburan di daerah Papua, namun malah diminta melayani pria hidung belang.
Empat korban yang terdiri dari dua remaja, satu orang dewasa dan satu anak berusia 15 tahun terjebak lingkaran bisnis dunia malam di Papua. Mereka berharap bisa kembali pulang dan berkumpul bersama keluarganya.
"Saya minta tolong, saya korban dan saya mau minta tolong karena sudah saya lapor di kepolisian sini laporan saya tidak ada yang gubris," kata salah seorang korban melalui aplikasi perpesanan kepada detikcom, Selasa (15/2/2022).
Detikcom kemudian menghubungi korban, ia menyebut kabupaten dan kecamatan asal tinggalnya di Sukabumi. Ia juga menyebut nama salah seorang kerabat yang bisa dihubungi di kampung halamannya.
"Saya berangkat ke Papua bulan Oktober 2021, lupa tanggal tepatnya. Saya dijanjikan akan bekerja enak, ada tempat karaoke uang tip bisa sampai Rp 1 juta katanya paling kecil selebihnya bisa sampai Rp 7 juta," kata korban melalui sambungan telepon.
Korban dewasa ini berstatus ibu tunggal dari seorang anak, himpitan ekonomi dan sulitnya mencari pekerjaan membuatnya membulatkan tekad untuk berangkat bersama temannya dari satu kecamatan.
Ketika itu, korban mengaku ada seorang pria yang mengajak yang disebut bos untuk meyakinkan orang tua dari teman-teman korban.
"Yang bawa saya itu bawa bosnya, sampai dibawa ke orang tua temen saya namun ternyata kami ditipu omongannya enggak sesuai kenyataan," ujar korban.
Ia kemudian menceritakan sempat dipekerjakan di sebuah tempat karaoke ia menyebut nama sebuah lokasi. Detikcom mengkonfirmasi tepatnya lokasi tersebut dan korban membenarkan lokasi yang ia sebut berada di salah satu kabupaten di Papua.
"Itu lokasi pertama saya tiba, karena posisi saya sekarang sudah dipindahkan. Saya pertama kerja namun tidak sesuai dengan iming-iming mereka, sempat melapor ke kepolisian namun saya malah dimarahin oleh bos saya katanya 6 bulan habis kontrak kamu pulang saya juga diminta untuk tidak lapor-lapor," lirih korban.
Ia juga menceritakan, seharusnya sekitar bulan April ia sudah bisa pulang. Namun entah kenapa ia malah dipindah ke lokasi lain oleh pemilik tempat hiburan itu. Ia pun mengirim titik peta melalui aplikasi perpesanan, dilihat detikcom lokasi itu berada di kabupaten yang berbeda dari lokasi yang pertama.
"Kami berempat dioper ke lokasi yang sekarang katanya ditebus sampai Rp 95 juta, kami juga disebut berhutang Rp 25 juta padahal yang saya tahu saya pinjam uang itu Rp 2 juta tapi sekarang jadi Rp 25 juta," ujar korban.
"Saya tanya ke bos di sini, kita enggak bayar apa-apa lagi kan kecuali uang pinjaman kita di kampung, cum Rpa 2 juta kata dia tidak karena sudah tebus dari sana. Kita pinjam 2 juta kenapa jadi 25 juta, saya kontrak bulan 4 pulang tapi kata dia kalau misalkan utang belum lunas kalian tambah kontrak," ujar korban.
Dipaksa Layani Nafsu Syahwat
Selain menemani tamu yang datang, ia dan tiga temannya juga tidak kuasa menolak permintaan untuk melayani nafsu syahwat tamu-tamunya itu.
"Suka dimintai layani pria hidung belang, kalau menolak bisa marah bosnya kata nya kalau enggak begitu gimana mau lunasin utang," katanya.
Sementara itu, ditemui di Sukabumi, AS kerabat dari korban membenarkan cerita keponakannya tersebut. Ia berharap pihak berwenang bisa mengembalikan keponakannya itu dan teman-temannya.
"Kondisi ekonomi, (korban) ini berstatus orang tua tunggal. Mantan suaminya tidak menafkahi anaknya, ayahnya meninggal tersisa hanya ibunya dan ibunya pun secara ekonomi sulit. Makanya ketika ada ajakan bekerja dia terpaksa berangkat karena diiming-imingi besarnya penghasilan disana," kata AS.
AS menegaskan, korban adalah tulang punggung keluarganya, menghidupi anaknya dan orang tuanya. Mendengar cerita keponakannya itu, AS mengaku bingung sebagai masyarakat harus mengadu kemana.
"Kadang saya, juga orang tua dan kerabat yang lain bingung. Ketika NA mengeluh katanya ada pemaksaan untuk melayani tamu-tamu itu. Tujuan awal bukan untuk melayani tamu-tamu itu, katanya dia bekerja di tempat hiburan itu saja makanya dengan segala spekulasi dia akhirnya nekat pergi," tutur AS.
AS juga membenarkan soal adanya utang sampai Rp 25 juta yang menjerat korban, ia mengaku kalau pun memang punya uang sebesar itu ia yakin keponakannya itu memilih untuk usaha kecil-kecilan untuk menafkahi keluarga.
"Kedua ada tekanan uang, saya enggak paham tiba-tiba jadi punya utang Rp 25 juta itu darimana. Saya mengetuk ke siapapun saya minta tolong kami harus bagaimana ke siapa kami melapor, keponakan saya juga sudah melapor di sana namun malah tidak ada tanggapan," pungkasnya.
Simak juga 'Tega! Guru Ngaji di Subang Cabuli 7 Santriwati':