Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur memastikan bocah PAUD yang meninggal usai divaksinasi tidak mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), namun mengalami gangguan pada otak yang mengakibatkan anak tersebut kerap demam tinggi.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Yusman Faisal, mengatakan hasil penilaian dari Komnas KIPI sudah ditetapkan jika siswa PAUD asal Kecamatan Pagelaran bukan KIPI dan tidak berhubungan dengan vaksinasi.
"Sudah keluar hasilnya kemarin, ditetapkan bukan KIPI. Diprediksi pemicunya karena infeksi pada otak," ucap Yusman, Kamis (3/2/2022).
Menurutnya infeksi itu membuat anak mengalami kejadian demam berulang, meskipun tidak setiap hari. "Jadi divaksinasi ataupun tidak divaksinasi, anak itu mengalami demam. Dan memang memiliki riwayat terkait demamnya, ditambah batas demam hingga mengalami kejangnya di batas rendah," ungkapnya.
Yusman menjelaskan riwayat penyakit pada bagian otak tersebut tidak diketahui oleh orang tuanya lantaran belum pernah mengecek kesehatan anak secara menyeluruh.
"Karena memang orangtua menyangka anaknya mengalami demam biasa, padahal suatu proses infeksi otak," ujarnya.
Yusman mengatakan dengan kejadian tersebut pihaknya akan mengusulkan pada kementerian untuk menambah poin-poin yang lebih detail dalam proses screening, sehingga deteksi dini sebelum vaksin bisa mendalam.
"Kami selama ini ikuti penilaian baku, makanya karena banyak kasus seperti ini dan diakibatkan orangtua atau masyarakat yang akan divaksinasi tidak mengetahui adanya riwayat penyakit, perlu ditambah poin-poin penilaian dalam dokumen screening. Kita harap dari pusat bisa mempertimbangkannya," ungkap Yusman.
Dia juga berharap masyarakat, terutama para orangtua tidak tidak takut untuk memvaksinasi anaknya.
Sedakar diketahui, ZL (6,5) siswa Paud asal Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur meninggal usai menjalani vaksinasi anak. Bahkan anak yang diduga mengalami KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) itu sempat beberapa kali demam tinggi dan kejang-kejang.
(yum/bbn)