Notifikasi pesanan GoFood bergetar, Hartono (38) pun langsung bergegas menuju resto untuk mengambil pesanan makanan milik pelanggannya.
Dengan mengikuti tanda arah yang ada di maps ponselnya yang disimpan di stang motor, Hartono pun memacu sepeda motor matic miliknya menuju Jalan Sumbawa, Kota Bandung.
Sekedar diketahui, Hartono merupakan salah satu penyandang disabilitas, yakni tunarungu. Karena tidak dapat mendengar dengan baik, Hartono hanya dapat merasakan getaran ponsel saat ada pesanan masuk dan mengandalkan indera penglihatannya untuk mencari alamat melalui maps.
Sekitar lima menit berkendara, Hartono pun sampai di resto tujuan. Tidak menunggu lama, Hartono langsung mengambil makanan tersebut dan memasukannya ke boks GoFood miliknya. Makanan itu langsung diantarkan Hartono ke Jalan Wastukencana, Kota Bandung.
Sesampainya di lokasi tujuan dan bertemu dengan pelanggannya, Hartono memperlihatkan sebuah stiker yang memberitahu jika dirinya merupakan penyandang tunarungu.
"HALO SAYA TUNARUNGU/DEAF. Terimakasih," tulis keterangan di striker dan dilengkapi dengan simbol telinga dicoret.
Pelanggannya, yang merupakan seorang perempuan itu pun langsung melemparkan senyuman sambil berkata, "Iya, terimakasih," jawab perempuan itu.
Hartono pun menempelkan kedua tangannya, sebagai tanda terimakasih kepada pelanggan yang sudah mengerti dan memahami jika dirinya merupakan seorang penyandang disabilitas.
detikcom pun berkesempatan berbincang dengan Hartono. Untuk penyandang disabilitas seperti Hartono yang bekerja menjadi driver ojek online, jumlahnya tidak lebih dari 20 orang.
Meski demikian, dibalik keterbatasan tersebut Hartono mampu bekerja selayaknya manusia normal. Hanya caranya saja yang diganti tidak seperti pada umumnya.
"Hallo, nama saya Hartono, asal Surabaya, umur 38 tahun," kata Hartono mengawali perbincangan dengan detikcom di salah satu kafe di Jalan Sumbawa, Kota Bandung.
Hartono menyebut iya sudah menjadi driver ojek online (ojol) dan bergabung bersama perusahaan GoJek sejak tahun 2013 di kota kelahirannya di Surabaya.
"Saya sudah dari tahun 2013 (bergabung dengan GoJek), sampai 2016 pindah lokasi ke Bandung, sudah 5 tahun," sebutnya.
Kepada detikcom Hartono mengaku sebelum bekerja sebagai driver ojol, ia bekerja menjadi sopir. "Pertama kerja sopir, kirim barang, Banyuwangi, Bali, terus ada temen ngajak. Dia tanya kerja apa, saya kerja pabrik, sopir, kirim barang. Setiap hari dapat berapa? Rp 80 Ribu, capek kerja (sopir). Kamu mau kerja Gojek? Saya pikir dulu, saya mau daftarlah Gojek, tahun 2013, bisa lancar (gunakan aplikasi) sampai satu bulan," ungkap Hartono sambil menirukan perbincangan bersama temannya pada saat ia pertama bekerja menjadi driver ojol.
Saat ini Hartono tinggal bersama istrinya bernama Jessica Oktavia (32) sesama penyandang tunarungu di wilayah Jalan BKR, Kota Bandung. Mereka sudah dikaruniai anak yang dilahirkan secara normal tanpa memiliki kekurangan seperti ayah dan ibunya bernama Jason Haniel Liem yang kini sudah berusia lima tahun.
Hartono menuturkan dalam seminggu ia hanya narik selama enam hari dan waktunya pun menyesuaikan, antar jemput anak sekolah dan antar jemput kakak istrinya yang bekerja di kawasan Baleendah.
"Saya biasa, Hari Senin anter kakak istri mulai jam 8 sampai off jam 4 sore, jemput lagi kakak istri. Besok kerja, dari pagi, pulang jam 10-11 malam," tuturnya.
Meski penghasilan tak tentu, Hartono mengaku penghasilan menjadi driver ojol lebih baik dibandingkan bekerja menjadi sopir. "Setiap hari dapat Rp 150, Rp 250 lebih dan Rp 300 lebih," pungkasnya.
Selain menarik orderan GoFood, Hartono juga menarik penumpang atau mengambil orderan paket. Untuk orderan penumpang, Hartono memasang stiker khusus di helmnya.
Cara khusus Hartono, saat menarik penumpang akan dibahas dalam artikel berikutnya.
(wip/mso)