Stasiun Kereta Api (KA) Karawang yang berlokasi di tengah pusat kota ternyata menjadi bagian infrastruktur yang dibangun di zaman penjajahan Belanda.
detikcom telah menelusuri berbagai informasi mengenai sejarah Stasiun Karawang. Berdasarkan data PT KAI, keberadaan Stasiun KA Karawang tidak terlepas dari proyek pengembangan pembangunan jalur KA Jakarta-Karawang pada tahun 1898.
"Sepanjang 63 kilometer jalur kereta dibangun oleh perusahaan kereta api swasta milik Belanda yakni Bataviasche Ooster Spoorweg Matschappij (BOS) menghubungkan Jakarta dan Karawang dengan leber jalur 1.067 mm dan mulai digarap pada 20 Maret 1898," kata Senior Manager Humas Daop 1 PT KAI Eva Chairunisa melalui WhatsApp, Kamis (13/1/2022).
Dalam mendukung jalur tersebut, dia menyebut dibangun Stasiun KA Karawang. "Kemudian dibangunlah Stasiun Karawang yang beroperasi saat ini adalah bangunan stasiun yang lebih modern, dibangun pada tahun 1930 dan diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1930," katanya.
Namun, status bangunan stasiun KA Karawang belum terdaftar sebagai bangunan cagar budaya. "Stasiun Karawang masuk dalam kriteria bangunan sejarah karena usia bangunan lebih dari 50 tahun, namun belum ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya," terangnya.
Arsitektur stasiun ini bergaya 1920-an, serupa dengan Stasiun Rambipuji di Jember dan Stasiun Garut. Bukan hanya itu bukti peninggalan Belanda juga terlihat adanya dipo lokomotif, tandon air dan sisa struktur pondasi jembatan trem Karawang-Rengasdengklok.
"Untuk buktinya bisa dilihat dari struktur bangunan dan juga sisa struktur pondasi jembatan trem sebagai jalur kereta yang dibangun oleh Belanda pada masa kolonial," terangnya.
Pengembangan stasiun ini juga dicatat oleh De Stoomtractie op Java en Sumatra karya J.J.G. Oegema pada tahun 1982. Trem Karawang sendiri mulai diinisiasi pada tahun 1911 dengan lebar sepur 600 mm oleh SS.
Meski tidak banyak yang membahas jalur trem ini, Verslag yang dibuat SS menyebut bahwa jalur trem ini dibagi dua bagian, yaitu Cikampek-Wadas, diresmikan pada tanggal 15 Juli 1912 dan Lamaran-Wadas, diresmikan pada tanggal 9 Februari 1920. Dari Lamaran kemudian dibuatkan jalur trem cabang lagi hingga Rengasdengklok pada tanggal 15 Juni 1919.
"Namun, jalur ini dinonaktifkan pada tahun 1981-1984 karena kalah bersaing dengan mobil pribadi maupun angkutan umum, serta akses ke stasiun yang lebih mudah tanpa menggunakan trem lagi," ungkapnya.
Sementara saat ini, Stasiun KA Karawang melayani naik turun penumpang KA Lokal Walahar tujuan Purwakarta dan tujuan Cikarang. Stasiun yang terletak pada ketinggian 16 mdpl ini juga melayani penumpang KA jarak jauh atau KA antar kota di antaranya KA Dharmawangsa, KA Serayu, KA Jayabaya dan KA Singasari.
"Rata-rata penumpang yang menggunakan jasa KA di Stasiun Karawang sekitar 400 sampai 500 penumpang KA lokal dan 40 sampai 50 penumpang KA antar kota," tandasnya.
(mso/bbn)