Sebanyak 28 kecamatan di Kabupaten Lebak berpotensi mengalami tujuh jenis bencana. Bencana itu terdiri banjir, longsor, cuaca ekstrem, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, serta gempa bumi.
"Karena topografi di Lebak itu perbukitan. Zona resikonya tinggi," Kata Kepala BPBD Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama, Jumat (7/1/2022).
Menurutnya, bencana itu dapat terjadi di antara dua periode musim hujan atau kemarau. Puncak musim hujan di Januari dan puncak musim kemarau diantara Mei, Juni atau Juli.
Guna mengantisipasi terjadinya bencana, kata Febby, ada dua model antisipasi yang dilakukan, yaitu kesiapsiagaan dan kapasitas. Kesiapsiagaan bencana dilakukan melalui mitigasi.
"Baik mitigasi struktural maupun mitigasi non struktural. Kalau struktural menggunakan anggaran besar, contohnya pembangunan talu, tebing penahan tanah, pemecah gelombang, tempat evakuasi," ujar Febby.
Febby mengklaim untuk antisipasi kapasitas kelembagaan, BPBD Lebak sudah siap. Baik organisasi dan peralatan yang dimiliki.
Namun kapasitas kemasyarakatan, dia menjelaskan, pihaknya masih terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Sebab dari 346 desa di Kabupaten Lebak baru ada enam desa tangguh bencana (destana).
"Ini lumayan bagi kita yang punya anggaran kecil. Karena dalam konsep kedaruratan bencana bukan petugas yang akan menolong tapi diri sendiri atau orang terdekat," ucap Febby.
Adapun kecamatan yang berpotensi mengalami tsunami yaitu Malimping, Wanasalam, Cihara, Pangarengan, Bayah, Cilograng. Bencana banjir yakni kecamatan Rangkasbitung, Kalanganyar, Cipanas, Curugbitung, Muncang, Sobang, Lebak Gedong, Cibeber, Cilograng, Bayah, Cihara, Cigemblong, Bojongmanik, Banjarsari, Leuwidamar, dan Cimarga.
Bencana longsor yaitu Kecamatan Bayah, Sobang, Lebakgedong, Cigemblong, Bojongmanik, Cibeber, Muncang, Gunungkencana, Cipanas, Cileles, Cimarga, Cikulur, Leuwidamar dan Cilograng. Untuk gempa bumi, cuaca ekstrim ada di 28 kecamatan di Lebak. Sementara kebakaran hutan dan lahan ada di Kecamatan Leuwidamar.
(bbn/bbn)