Pahatan Nama Teman di Nisan Eks Tapol di Pulau Buru

Pahatan Nama Teman di Nisan Eks Tapol di Pulau Buru

Bahtiar Rifa'i - detikNews
Senin, 20 Des 2021 16:56 WIB
Kuburan para tahanan di Savana Jaya
Foto: Kuburan para tahanan di Savana Jaya (Bahtiar Rifa'i/detikcom).
Serang -

Di buku 'Nyanyi Sunyi Seorang Bisu' Pramoedya Ananta Toer melampirkan daftar tahanan meninggal di Unit I hingga XVIII dan Unit R, S, T yang ada di Pulau Buru. Mereka adalah teman yang dipertemukan oleh pengalaman yang sama. Pengalaman ditangkap sepanjang 1965-1970 lalu mengalami kerja paksa pasca Peristiwa 65.

Daftar nama-nama itu dihimpun oleh Pram setahun jelang pembebasan. Sebelum tahanan tuntas pergi pada 1979 dari Pulau Buru, mereka yang hidup memahat nama, alamat di lempengan beton di kuburan tahanan yang meninggal. Ini dibuat agar informasi tahanan itu diketahui oleh keluarga di kemudian hari dan sebagai monumen kemanusiaan.

"Daftar ini terutama disusun untuk keluarga mereka, para tapol, yang tewas dalam pembuangan, sebagai informasi. Pada segi lain juga untuk jadi monumen P. Buru khususnya, dan sejarah sebagian umat manusia pada umumnya," begitu tulis Pram sebagaimana dikutip detikcom, Senin (19/12/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai sekarang, sisa pahatan di nisan tahanan Pulau Buru masih ada sebagian. Salah satunya di ujung perbatasan antara kampung dan hutan di Desa Savana Jaya, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru.

Kurang lebih delapan nisan dengan nama terpahat berikut asal daerah yaitu Surabaya, Purworejo, Cianjur dan Bandung yang dikubur. Kuburan itu tidak terawat karena sudah ditumbuhi ilalang. Sesekali, keluarga mantan tahanan di Savana Jaya memang membersihkan sebagai penghormatan terhadap mereka karena meninggal di pengasingan.

ADVERTISEMENT

"Enggak ada yang berkunjung, kalau pas kita kerja bakti massal kita bersihkan, kalau kita ke makam keluarga kita bersihkan," kata Sudarsini anak dari mantan tahanan politik yang sekarang menetap di Savana Jaya.

Kuburan tahanan yang meninggal ini sekarang jadi tempat pemakaman umum. Bapak dari Sudarsini, mendiang Rabimin Siswo Pranoto yang dulu dari Unit I juga termasuk dikuburkan di sini.

Ia dikebumikan saat meninggal pada Oktober 2007. Nisan tahanan yang meninggal setelah pembebasan, kondisinya lebih baik karena dirawat keluarga yang bertahan. Sedangkan yang lain, memang sengaja dibiarkan karena tidak pernah ada pencarian dari yang mengaku keluarga.

Sudarsini mengatakan, di setiap unit tempat tahanan tinggal pasti ada kuburan serupa. Di Unit XVII misalnya, ada 11 makam yang diurus oleh warga transmigran. Warga itu kebetulan mendapat jatah tanah yang dulu lokasi kuburan tahanan. "Pas di kaplingnya orang jatah trans (transmigran), tapi sama orangnya juga tidak dirusak," katanya.

Selain itu, ada juga di Unit III yang makamnya sekarang dirawat. Apalagi, pernah datang mantan tahanan, Tumiso dari Jakarta yang setelah puluhan tahun kembali untuk menapaktilasi Buru.

Tapi kata Darsini, nisan tahanan kebanyakan memang ditinggalkan karena tidak terurus. Ia sudah usul, agar kuburan yang tersebar di unit-unit itu terawat. "Makanya, saya inginnya dikasih tanda, saya sudah usul ke pak Tumiso," ungkapnya.

(bri/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads