Banjir bandang terjadi usai hujan deras mengguyur dua kecamatan itu pada Sabtu (27/11) sore. Banjir terjadi karena aliran Sungai Ciloa meluap.
Lebih dari 300 rumah warga di Sukawening dan Karangtengah tergenang. 4 di antaranya bahkan mengalami kerusakan cukup parah.
Teka-teki penyebab banjir bandang itu hingga kini jadi misteri. Sebab, setidaknya dalam 10 tahun terakhir, banjir bandang di lokasi tersebut belum pernah terjadi.
Muncul dugaan bahwa banjir bandang terjadi akibat alih fungsi lahan di kawasan itu. Namun, hingga kini belum ada penjelasan rinci dari Pemda terkait itu.
Wakil Bupati Helmi Budiman mengatakan, penyebab terjadinya banjir bandang tersebut sedang diteliti.
"Untuk alih fungsi ini akan dievaluasi. Tapi, secara kasat mata, kita menyimpulkan harus banyak tegakan lagi," kata Helmi.
Helmi mengatakan, Pemda Garut dengan Dinas Kehutanan Provinsi Jabar sedang mendalami penyebab terjadinya banjir bandang itu.
"Pak Wagub sudah menginstruksikan kepada dinasnya, Dinas Kehutanan untuk bersama Kabupaten Garut memperbanyak tegakan keras," ungkap Helmi.
Sementara Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum saat meninjau lokasi banjir bandang, Minggu (28/11) mengatakan, serapan air di hulu lokasi banjir bandang jadi sorotan.
"Kami berpikir bagaimana di hulu, apakah di situ harus ada pohon tegakan lagi. Karena sebelumnya, di sini tidak pernah ada banjir seperti ini. Baru kali ini. Bahkan ada masyarakat bilang, sudah 46 tahun, baru ada banjir. Memang diakui curah hujan sekarang tinggi. Tapi, kalau memang resapan air di hulu tidak terganggu, tidak akan terjadi bencana semacam ini," kata Uu, dikutip dari siaran pers yang dirilis Humas Pemda Garut. (mud/mud)