Tak Ada Jembatan, Warga di Cianjur Terobos Arus Sungai Kirim Hasil Panen

Ismet Slamet - detikNews
Kamis, 11 Nov 2021 14:25 WIB
Warga nekat menerobos derasnya arus sungai karena tak ada jembatan (Foto: Dok warga)
Cianjur -

Warga di Desa Sukamulya dan Wanasari, Kecamatan Naringgul, Cianjur terpaksa bertaruh nyawa menerobos arus sungai untuk beraktivitas ataupun mengirim hasil panen. Pasalnya tak ada jembatan permanen yang menghubungkan dua desa tersebut.

Tutang (40), seorang warga, mengatakan, setiap harinya dia harus melintasi Sungai Cigadung dengan lebar 20 meter untuk bisa mengirimkan hasil bumi dari desanya ke Cianjur ataupun Bandung.

Tak jarang dia dan warga lainnya harus menunggu sungai sedikit surut agar bisa menyebrang.

"Kalau hujan deras dan volume air naik, bukan hanya menunggu tapi bisa sampai menginap di tepi sungai. Karena saat normal saja ketinggian sungai bisa setinggi lutut orang dewasa, dan kalau sudah hujan volume air naik hingga lebih dari 1 meter," ujar dia, Kamis (11/11/2021).

Menurutnya warga dari kedua desa terpaksa melalui jalur ekstrem tersebut lantaran merupakan akses tercepat. Adapun jalur alternatif harus jauh memutar dengan kondisi jalan berlumpur dan penuh bebatuan.

"Jadi mau jalan sungai ataupun jalur alternatif sama saja, medannya sulit. Kalau lewat sungai memang bertaruh nyawa, karena bisa sewaktu-waktu arus sungai jadi deras atau ada air bah. Tapi kalau jalan memutar bisa tidak sampai tujuan karena mobil atau truk pengangkut hasil panen terjebak lumpur," tuturnya.

Tutang berharap pemerintah bisa mendengar membangun jembatan permanen penghubung dua desa di pelosok Cianjur tersebut.

"Kalau sudah ada jembatan yang bisa dilalui oleh mobi, nantinya bisa memudahkan akses jalan serta akan meningkatkan perekonomian, karena mengirim hasil panen jadi cepat dan mudah," ucapnya.

Di sisi lain, Kepala Desa Wanasari Upid Saripudin menjelaskan, rute jalan melalui sungai tersebut merupakan yang tercepat dan kerap dilalui warga, terutama yang mengendarai mobil atau truk pembawa hasil bumi.

Menurutnya di jalur tersebut saat ini hanya ada jembatan gantung, sedangkan jembatan pemanen belum ada.

"Yang belum ada itu jembatan permanen yang bisa dilalui kendaraan, mau itu mobil ataupun sepeda motor. Baru ada jembatan gantung. Makanya warga nekat menyebrang sungai meski berbahaya," ucapnya.

Upid, menuturkan, pemerintahan desa belum mampu untuk membangun jembatan permanen, sebab akan menghabiskan anggaran yang besar.

"Kalau menggunakan dana desa belum bisa, apalagi sekarang kan terbagi untuk bantuan sosial COVID-19. Ditambah Jalur ini merupakan jalan kabupaten, sehingga baiknya memang oleh Pemkab," ucapnya.

"Kami berharap segera ada perhatian dari Pemkab supaya secepatnya ada jembatan permanen. Sehingga warga tidak harus melalui jalur berbahaya tersebut," tambahnya.




(mud/mud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork