Sulaeman Rinaldi sempat serabutan mencari penghasilan. Pria lulusan SMK Negeri 1 Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, itu terpontang-panting melepaskan diri dari jerat pengangguran. Sebab, apa yang direncanakan usai lulus sekolah tak berjalan semestinya.
Usai lulus sekolah pada 2011, Sulaeman berharap bisa menjadi siswa pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau safetyman program Corporate Social Responsibility (CSR) yang digagas PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan, kini berganti menjadi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balongan. Selayaknya pelajar yang baru lulus, Sulaeman semangat menyongsong masa depannya.
Bekerja di proyek Pertamina adalah impiannya. Sebagai putra asli Balongan, mata dan telinga Sulaeman tak asing melihat hilir mudiknya pekerja kilang Pertamina. Matanya mengenal wearpack atau seragam kerja Pertamina sedari dini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesempatan untuk bisa terlibat di proyek Pertamina pun terbuka saat Sulaeman mendapatkan informasi tentang program CSR pelatihan safetyman. Untuk kali pertamanya Pertamina Unit Balongan melaksanakan CSR pelatihan safetyman. Pemuda Balongan pun berbondong-bondong mendaftar. Termasuk Sulaeman.
"Angkatan pertama yang daftar seratusan orang. Kuotanya 20 orang. Ya ada seleksinya, seperti administrasi, kesehatan, dan ujian tertulis. Saya ternyata tidak lolos saat tahap seleksi kesehatan," kata pria yang akrab disapa Sule saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (30/10/2021).
Kendati gagal, Sule tetap tak mengubur mimpinya untuk bisa berkontribusi di kilang Pertamina Balongan. Ia membuang keluh, tetap menggenggam asanya dengan teguh.
Usai gagal mengikuti pelatihan, Sule langsung berburu pekerjaan bermodal ijazah SMK. Pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan tak kunjung tiba. Sule dalam bayang-bayang 'cap pengangguran'. Hingga akhirnya Sule memilih jadi pekerja kasar. Ia serabutan jadi kuli bangunan.
"Sempat ikut kontraktor yang bangun-bangun minimarket. Setahun saya bertahan. Kemudian merantau ke Jakarta," kata pria berusia 29 tahun itu.
Sule hanya bertahan enam bulan merantau di Ibu Kota. Ia bekerja sama asisten koki dan pengawas pelayanan rumah makan. Wajah Ibu Kota tak menggoyahkan mimpi Sulaeman. Ia tetap bermimpi bisa bekerja di kilang Pertamina Unit Balongan.
Gemerlapnya Jakarta saat malam menemani Sule menanti informasi untuk bisa kembali di Balongan. Tentu dengan embel-embel kerjaan. Pucuk dicinta ulam tiba, kawannya mengabarkan desas-desus Pertamina Unit Balongan bakal mengadakan pelatihan safetyman kembali. Sule tak ingin kehilangan kesempatan. Ia pamit dari Ibu Kota.
"Waktu itu saya langsung berhenti bekerja di restoran. Saya balik, ternyata program CSR safetyman belum dilaksanakan. Jadi saya menunggu dulu," ucap warga Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu itu.
Simak juga 'Saat Polri Temukan Unsur Pidana dalam Insiden Terbakarnya Kilang Balongan':
Bangga Jadi Safetyman
Tahun 2014 merupakan momen sakral bagi Sule dan rekan-rekannya yang memiliki mimpi sama. Sule yang saat itu tengah menunggu pendaftaran program CSR pelatihan safetyman mendapat tawaran untuk bekerja. Ia dipercaya sebagai asisten safetyman.
"Saya sangat tertarik. Safetyman itu sangat penting, karena menyelamatkan diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan perusahaan. Waktu itu saya asisten, mengurus absensi, kemudian kualitas kerja pekerjanya. Itu salah satu proyek di RU VI Balongan ya," kata Sule.
Sule hanya dikontrak sepekan menjadi seorang asisten safetyman. Beberapa hari setelah itu, Pertamina Unit Balongan membuka pendaftaran pelatihan safetyman bagi 30 pemuda Balongan.
"Akhirnya saya daftar pelatihan safetyman angkatan kedua. Lebih banyak yang daftarnya. Alhamdulillah saya lolos seleksi dan ikut pelatihan," ucap Sule.
Sule bersama 29 pemuda lainnya digembleng selama sepekan tentang safetyman. Sertifikat sebagai pengawas K3 pun didapat. Sayangnya, sertifikat itu tak langsung bisa Sule gunakan. Sebab, waktu itu belum ada proyek-proyek besar di Pertamina Unit Balongan. Setahun setelahnya, Sule bangga bisa mendapatkan tempat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatnya saat pelatihan safetyman.
"2015 saya mulai aktif sebagai safetyman. Kawan dari angkatan satu dan dua saling bantu, saling kasih informasi untuk pekerjaan. Kita saling gotong-royong," katanya.
"Saat itu bayaran bervariasi. Ada yang dikontrak per minggu, bulan, dan proyek. Tapi waktu itu teman-teman yang dulu pelatihan bareng mulai kerja sebagai safetyman," ujar Sule menambahkan.
Meraih Sejahtera
Tahun 2015 merupakan gerbang bagi Sule untuk meniti kariernya berprofesi sebagai safetyman. Sule mendapatkan kontrak kerja dari perusahaan swasta sekitar enam bulan. Perusahaan tersebut mengerjakan salah satu proyek di RU VI Balongan.
Sule tak hanya menerima tawaran pekerja dengan perjanjian kontrak kerja. Ia juga pernah menjadi pekerja lepas. Saat menjadi pekerja lepas, ia dibayar per hari.
"Ya pindah-pindah perusahaan. Pernah juga kerja di Cilegon sebagai safetyman sekitar satu bulan. Karena itu luar daerah, bayaran yang didapat juga lebih besar. Waktu itu saya menerima Rp 200 per hari, itu bersih. Tahun 2016," ucap Sule.
![]() |
Sebagai safetyman, Sule sempat bekerja di berbagai industri, tak hanya migas. Setelah melanglang buana di beberapa perusahaan, Sule kini kembali bekerja di wilayah PT KPI Unit Balongan. Ia dalam kendali Health, Safety, Security, and Environmental (HSSE) Pertamina.
"Dari segi ekonomi alhamdulillah meningkat setelah saya berprofesi sebagai safetyman. Saya bisa menikah dengan uang tabungan sendiri. Menikah tahun 2018. Sekarang sedang menabung, ya pengen punya rumah," kata Sule.
Sule juga merasa hidupnya bisa lebih bermanfaat bagi orang lain setelah berkecimpung di dunia K3. Sule banyak menyerap pelajaran selama bekerja. Sebab, safetyman merupakan profesi yang vital dalam segala industri.
"Saya mendapatkan ilmu juga. Karena safetyman ini kan masuk ke semua pekerjaan, jadi kita tahu soal pekerjaan-pekerjaan lain," ujar Sule.
Hal yang sama juga dirasakan Junaedi, pemuda Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Junaedi satu angkatan dengan Sule saat mengikuti pelatihan safetyman. Sebelum menjadi safetyman, Junaedi pernah merantau menjadi buruh pabrik di Cikarang Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Hanya setahun di Cikarang. Terus balik kampung dan ikut pelatihan safetyman dari CSR Pertamina," kata Junaedi.
Junaedi merasa pelatihan safetyman sangat berharga bagi hidupnya. Sama seperti Sule, kesejahteraan Junaedi pun alami peningkatan. Pria 26 tahun ini mengaku sempat bekerja di berbagai proyek migas, seperti di MOR I Medan, RU II Dumai dan lainnya.
"Sekarang saya di Balongan. Tahun ini saya dapat kontrak kerja dari perusahaan yang proyeknya di RU VI (Unit Balongan)," kata safetyman yang akrab disapa Juned itu.
"Kadang juga dibayar per proyek. Tergantung perusahaannya. Ya saya bersyukur, dulu dibayar pakai UMK, sekarang saya bisa negosiasi harga (upah)," kata Juned menambahkan.
![]() |
Dia tak menyebutkan secara rinci bayaran yang ia dapat. Ia hanya menceritakan perbedaan saat sebelum dan sesudah menjadi safetyman. "Sekarang saya punya tabungan, punya kendaraan. Ya intinya mengubah kesejahteraan hidup saya jadi lebih baik," ucap Juned.
Juned dan Sule memiliki hasrat besar untuk belajar menjadi safetyman. Keduanya sempat menimba ilmu di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas) Cepu, Blora, Jawa Tengah. Juned dan Sule bersama rekannya mendapatkan beasiswa pelatihan K3 dari PT KPI Unit Balongan pada 2018 silam.
Rumah Bersama
Semangat gotong royong safetyman lulusan pelatihan CSR Pertamina Unit Balongan dikenal kuat. Hingga akhirnya alumni pelatihan safetyman ini sepakat membentuk rumah bersama bernama Forum Komunikasi Safety Indramayu (FOKSI) pada 2016. Juned dan Sule merupakan dua dari puluhan pendiri FOKSI.
Awalnya FOKSI bagian dari kelanjutan program CSR Pertamina Balongan. Kini FOKSI sudah mampu mandiri. Sekretariatnya berada di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Tak jauh dari kilang PT KPI Unit Balongan.
"Sekarang saya Ketua FOKSI sampai 2022. FOKSI ini anggotanya 142 orang. Ini dari tujuh angkatan alumni pelatihan safetyman oleh Pertamina," kata Juned.
![]() |
FOKSI kini memiliki unit usaha sendiri, yakni FOKSI Shop. Unit ini menjual perlengkapan alat pelindung diri (APD). "Alhamdulillah semua anggotanya bekerja semua sebagai safetyman. Ada yang di RU VI, ada yang di RU lain, dan ada juga yang di luar negeri," tuturnya.
"FOKSI juga memiliki program kerja, seperti ke sekolah-sekolah memberikan edukasi ke pelajar tentang pentingnya K3 dalam kehidupan sehari hari. Seperti memadamkan api saat kebakaran, menggunakan APD yang sesuai saat mengendarai motor dan lainnya," kata Juned menambahkan.
FOKSI berharap profesi safetyman biasa dikenal masyarakat luas. "Kita ingin FOKSI juga dikenal secara nasional, tak hanya di daerah," ucap Juned.
Pemberdayaan Masyarakat
PT KPI Unit Balongan menggulirkan CSR berupa pelatihan safetyman bagi warga sekitar kilang sejak 2011. Program tersebut kemudian dilanjut hingga 2020. Area Manager Communication, Relations, and CSR PT KPI Unit Balongan Imam Rismanto mengatakan safetyman merupakan pekerja dengan risiko besar. Tetapi tak banyak orang memiliki keahlian tersebut. Sehingga, pihaknya mendorong agar masyarakat sekitar kilang bisa memiliki daya saing.
"Sejak pertama dilaksanakan hingga berakhir tahun kemarin itu sebenarnya terus meningkat. Semula masyarakat Balongan, kemudian dibuka untuk seluruh Indramayu. Ini upaya kita dalam memberdayakan masyarakat sekitar," kata Imam saat berbincang dengan detikcom di salah satu kedai kopi di Indramayu.
Imam menuturkan sebanyak 142 safetyman binaan Pertamina Balongan berhasil bersaing di dunia kerja. Bahkan, mereka tak hanya bekerja di dunia migas. "Ada yang di proyek kereta cepat, dan ada dua orang yang ke luar negeri," ucap Imam.
Hangatnya kopi susu dan pisang goreng keju menemani perbincangan soal keberhasilan Pertamina Balongan membina safetyman. Pertamina hanya menuntut hingga FOKSI berhasil mandiri. Sebab, Imam menilai keberhasilan program CSR adalah ketika penerima manfaat berhasil berkembang dan mandiri.
"Mereka juga kita daftarkan untuk mengikuti pelatihan di Cepu (PPSDM Migas). Ya sebagai peningkatan keahlian mereka. Awal pelatihan di Cepu itu tahun 2017, biayanya kita subsidi 70 persen. Tahun berikutnya subsidi diturunkan 65 persen, terakhir kita subsidi 50 persenan dari total biayanya," tutur Imam.
"Mengapa begitu? Pertama karena mereka sudah punya penghasilan sendiri. Kemudian kita harus mendorong mereka mandiri," tambah Imam.
Rencananya Pertamina Balongan mengevaluasi program-program CSR, utamanya yang mengarah pada keahlian khusus. Sebab, industri akan terus berkembang dan kebutuhan tenaga kerja semakin meningkat.
"Kita harus persiapkan mulai sekarang. Kemarin kita mengadakan juga pelatihan pengelasan atau welding," ucap Imam.