"Seperangkat drum elektrik dijual seharga empat juta rupiah untuk beli beras dan kebutuhan sehari-hari," kata Irwan Cahya Darma alias Iweng.
Iweng terdampak pandemi COVID-19. Dia dan musisi lainnya di Kota Bandung kehilangan mata pencaharian lantaran pentas musik diatur ketat pemerintah selama masa penerapan PSBB hingga PPKM. Tempat hiburan malam dilarang beroperasi. Aktivitas bermusik di kafe serta arena pentas lainnya bernasib serupa.
"Musisi terpuruk dan hancur lebur dihajar pandemi," ucap drummer sejumlah band yang antara lain Gypsy Can, Inner Self dan Absolute, serta pernah nyambi additional player Peterpan dan ikut andil menggarap album Project Pop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setahun lebih, sejak Maret 2020, Iweng menganggur. Penggebuk drum tersebut terkunci pagebluk. Alat musik miliknya terpaksa berpindah tangan lantaran urusan perut dan kebutuhan keluarga tidak bisa ditunda.
"Drum elektrik itu ibarat senjata dan modal saya untuk menghasilkan uang," ujar lelaki berusia 47 tahun ini mengenang barang kesayangannya tersebut.
"Tersisa stik drum saja," ucap Iweng sambil tertawa.
Dia putar otak. Iweng memutuskan menjadi pedagang keripik.
Iweng diajak sahabatnya, Yusantio Rhazaq, untuk bersama-sama memperkokoh fondasi usaha keripik Singkong Daun (SiDaun). Yusantio selaku CEO SiDaun. Produk keripik berbahan daun singkong ini masuk daftar UMKM mitra binaan PT Pertamina (Persero).
"Pandemi ini momentum bagi saya. Tak selamanya profesi bermusik bisa diandalkan. Enggak mungkin saya sampai tua main drum. Saya harus punya pekerjaan lain atau usaha sampingan. Sekarang jadi tukang keripik," tuturnya sambil meracik dan mencetak keripik di tempat produksi SiDaun, Jalan Kiara Asri 6, Komplek Bumi Asri No.6, Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat.
![]() |
Keripik SiDaun menyelamatkan sang drummer dan menuntunnya melakoni pekerjaan anyar. "Alhamdulillah sekarang ada penghasilan, ya terbantu. Saya percaya suatu proses dan perjuangan. Nggak ada yang instan," kata dia.
Iweng ogah gengsi yang semula menabuh drum di atas panggung, kini berkecimpung di dapur sembari ditemani kompor dan perkakas masak. Meski tertatih-tatih merintis usaha dan memproduksi camilan keripik, dia memegang komitmen untuk serius menapaki bisnis tersebut bareng Yusantio.
"Enjoy dan dinikmati. Jika nanti main drum aktif lagi, usaha ini jangan dikesampingkan. Harus jalan keduanya. Kerja keras!" ucap Iweng menegaskan.
Simak video 'Blak-blakan Menteri Koperasi dan UKM: Tiga Strategi Modernisasi Koperasi & UMKM':
Kiprah SiDaun dan Konsep Sociopreneur
SiDaun berdiri sejak 2019. Produk Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ini dicetuskan Yusantio Rhazaq dan istrinya, Ela Rohayati.
"Saya ingin coba mengubah paradigma, orang nggak suka sayuran jadi suka sayuran dalam bentuk lain. Caranya mengolah daun singkong menjadi keripik. Camilan sehat ini bisa dinikmati sambil santai," tutur CEO SiDaun Yusantio Rhazaq.
Bermula iseng memanfaatkan sekarung daun singkong pemberian sang ibu, Yusantio menyulapnya menjadi camilan berkat ide Ela. Olahan daun singkong itu ternyata direspons positif keluarga besar Yusantio. Keripik berbentuk bulat tersebut dianggap memiliki nilai jual, sehingga keluarga mendorong Yusantio berani mengomersialkan.
"Akhirnya dari situ kepikiran, kita serius membuat keripik berbahan daun singkong. Sejak itu, kita riset dan racik bumbu. Keunikannya keripik ini renyah dan rangu. Kaya vitamin dan nutrisinya nggak berkurang," kata Yusantio.
Tahap awalnya memasarkan ke warung-warung dengan sistem konsinyasi. Selepas mendengarkan usulan dan saran salah satu rekannya, Yusantio dan Ela beralih membidik pasar kalangan menengah atas.
![]() |
Kemasan plastik diubah dengan tampilan kekinian berdesain ciamik. Puluhan reseller dari sejumlah daerah bertahap menyambut dan membantu menjual kembali keripik SiDaun.
Namun, selagi grafik penjualan keripik menanjak, pandemi menerpa Indonesia pada 2020. Produksi usaha kuliner ini terdampak. Yusantio dan Ella pun mengganti strategi pola penjualan.
"Empat bulan nggak ada pemasukan. Reseller sempat berhenti berjualan. Akhirnya kita jualan SiDaun via online di sejumlah marketplace. Kita juga bikin website penopang berjualan. Alhamdulillah, pelan-pelan penjualannya naik," tuturnya.
Melihat prospek menjanjikan, Yusantio fokus mengembangkan usaha rumahan ini bersama Ela. Bapak tiga anak tersebut rela meninggalkan pekerjaan di perusahaan swasta yang dijalankannya selama belasan tahun.
"Saya keluar kerja. Kini serius nyemplung memproduksi dan memasarkan keripik. Camilan ini sudah masuk pasar ritel dan modern dengan target pasarnya perempuan. Konsumennya dari Bandung, Jabodetabek hingga Surabaya," katanya.
Sudah hampir setahun ini SiDaun bekerja sama dengan Pertamina melalui Program Pendanaan UMK yang digelindingkan perusahaan pelat merah tersebut.
Suntikan modal memacu semangat Yusantio. Pinjaman lunak tanpa bunga itu dimanfaatkan untuk penetrasi pasar dan menambah volume produksi.
"Pertamina sangat mendukung dan membantu UMK. Selain untuk modal, uangnya dipakai untuk membeli peralatan produksi, cetak kemasan dan penunjang usaha," ucap Yusantio yang per bulannya memproduksi sekitar 3.000 bungkus dengan bahan baku daun singkong diperoleh dari sejumlah pedagang di Pasar Ciroyom Bandung.
Inovasi varian produk diluncurkan guna memanjakan lidah konsumen. Aneka rasa keripik SiDaun antara lain rasa original, keju, keju pedas, rendang, sambal seblak dan rumput laut. Harganya Rp 23 ribu per bungkus dalam kemasan 70 gram dan kedaluwarsanya satu tahun.
Yusantio pun berkreasi mengolah daun pepaya untuk melengkapi produk SiDaun. Keripik daun pepaya yang dibanderol Rp 25 ribu itu terdiri rasa cokelat, thai tea, green tea dan tiramisu. Dia menegaskan seluruh produk SiDaun sudah mengantongi NIB, IUMK, PIRT, HALAL, dan HAKI.
Sisi lain, Yusantio dan Ela menerapkan konsep sociopreneur. Tak melulu urusan profit yang dikejar, mereka bergerak membantu dan memberdayakan orang-orang terdampak pandemi COVID-19. Khususnya merangkul dan melatih musisi di Kota Bandung berwirausaha.
"Musisi ini kurang diperhatikan saat masa pandemi. Kebetulan saya dekat dengan sejumlah musisi. Kemudian saya ajak beberapa musisi untuk jadi tukang keripik," ujar Yusantio yang kini dibantu empat pekerja memproduksi keripik, salah satunya Iweng, drummer Gypsy Can.
![]() |
Yusantio menaruh perhatian kepada musisi. Dia menularkan optimisme kepada rekan-rekannya yang tumbang gegara pagebluk.
"Saya prihatin kepada musisi terdampak pademi. Mereka kan nggak bisa main musik saat PSBB dan PPKM. Akhirnya ada yang terjebak pinjol, bingung cicilan motor hingga harus menjual alat musik. Bisnis keripik ini punya potensi, saya ajak mereka maju bersama. Ya awalnya bermusik, kini menggoreng keripik," tutur Yusantio.
Industri Lilin Kreatif
Kreatif dan inovatif. Gambaran tersebut melekat pada sosok kakak-adik, Bagus Randiawan Saputra dan Ricky Tri Sukmana. Ketekunan berkreasi aneka lilin mengantarkannya khusyuk berwirausaha dengan mengusung bendera 'Java Candle Art'.
Bisnis keluarga ini berdiri sejak 2009. Mendiang ayah mewariskan semangat kepada Randi dan Ricky konsisten berniaga lilin. Semula fungsi lilin sebagai penerangan, kini benda tersebut dimodifikasi ragam rupanya dan dipoles sentuhan seni bernilai jual.
Berkat ide cemerlang mereka, varian produk lilinnya menjelajah pasar nusantara. Selain itu, usaha ini pun masuk daftar UMK mitra binaan PT Pertamina (Persero).
"Setiap bulannya, kita harus berinovasi membuat model atau desain baru. Tantangan buat kami," ucap Ricky saat berbincang bersama detikcom di gerai Java Candle Art, kompleks Sarimas, Jalan Sarimas VI No.7, Kota Bandung.
Kiprah industri lilin kreatif made in Bandung ini tak ujug-ujug melenggang mulus. Selama dua tahun, pada 2016-2018, Randi dan Ricky sempat vakum lantaran waktunya dihabiskan untuk eksperimen produk dan riset pasar.
"Dulu produksi lilin batang untuk penerangan saja. Nah, selama dua tahun itu, kita berevolusi dan eksplorasi, apa saja kira-kira fungsi dan manfaat lilin untuk masyarakat. Akhirnya, produk lilin kita perbanyak variasi, ada lilin untuk dekorasi, ulang tahun, peribadatan, suvenir dan aromaterapi," tutur Ricky.
Puluhan jenis dari varian itu diproduksi oleh 12 pekerja. Tak disangka-sangka, konsumen merespons positif produk lilin racikan Randi dan Ricky.
![]() |
Mereka makin gencar memperluas target pasar dengan memanfaatkan platform digital. Lilin khas Java Candle Art pun mejeng dan menghiasi beranda situs-situs toko online ternama di Indonesia.
"Kita harus terus melakukan branding. Salah satu strateginya berjualan via online di berbagai marketplace," ucap lelaki berusia 26 tahun ini.
Aneka lilin berbahan dasar minyak kelapa sawit itu dijual mulai harga Rp 1.000 hingga Rp 250 ribu. Lilin paling hit diburu pembeli antara lain lilin angka, aromaterapi dan api unggun portabel.
Menurut Ricky, reka bentuk lilin produksinya menyelaraskan era kekinian yang dipadu padan kemasan ciamik. Lilin tampil warna-warni hingga bercorak unik.
"Kita mengikuti perkembangan zaman yang serba digital, ya biar Instagramable. Produk lilin ini pantas dan menarik saat di-upload di medsos milik konsumen," ujar lulusan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu.
Bukan melulu urusan bisnis yang digulirkan Java Candle Art. Ricky menggencarkan misi edukasi kepada masyarakat soal mengenalkan luas industri kreatif dan nilai manfaat lilin.
![]() |
Dia mencontohkan lilin api unggun portabel yang diklaimnya ramah lingkungan. Lilin tersebut cocok bagi pendaki dan pengelola wisata yang menyediakan area kemping.
"Kalau kemping, nggak perlu cari kayu. Lilin api unggun portabel ini kalau digunakannya nonstop, mampu bertahan enam jam. Tapi misalnya kurang dari enam jam, ya bisa dipakai berulang-ulang saat lain waktu. Jadi enggak ada lagi bekas sampah kayu bakar, ya ramah lingkungan," tutur Ricky.
Peluang Ekspor
Bagus Randiawan Saputra semringah. Dia optimistis memboyong 'Java Candle Art' ke tingkat global. Berkat peran Pertamina yang menaungi sejumlah UMKM di Indonesia, termasuk usaha Randi, peluang produk lokal untuk menjalar pasar luar negeri terbuka lebar.
Belum setahun ini bisnis lilin dikelola Randi dan adiknya berpadu menjadi mitra binaan Pertamina. Dia mengikuti Program Pendanaan UMK dari Pertamina.
![]() |
Rian berkesempatan mengikuti perhelatan akbar bertajuk Pertamina SMEXPO 2021 pada pertengahan Oktober. Peserta kegiatan tersebut dari 20 negara.
"Ada 30 UMKM binaan Pertamina dari seluruh Indonesia yang terpilih dalam event ini. Kami dipertemukan dengan buyer dari luar negeri," kata Randi.
"Saat business matching itu ada yang tertarik dari buyer asal Singapura," ucap dia menambahkan.
Penjajakan dengan peminat lilin kreasi Java Candle Art terus berlanjut. Randi tengah menyiapkan sampel produk lilin untuk dikirim ke Singapura.
Pria berusia 35 tahun ini bersyukur difasilitasi Pertamina. Program-program Pertamina telah melebarkan akses UMK asal Indonesia menjajal pasar ekspor.
Menurutnya, Pertamina serius memberdayakan UMK binaannya untuk naik kelas dan bersaing di kancah global. "Pertamina lebih agresif dan mendukung memasarkan produk UMKM ke luar negeri," kata ayah satu anak ini.
Jauh hari sebelumnya, lilin dekorasi hingga aromaterapi Java Candle Art sudah menjelajah ke sejumlah negara di Timur Tengah. Namun begitu, Randi tetap mengandalkan pasar nusantara.
Dia berambisi memperbanyak lapak atau toko lilin di Indonesia sehingga berpotensi menjadi tujuan wisata suvenir. Salah satu cara mewujudkan cita-cita tersebut yaitu dengan menerapkan sistem waralaba.
"Niatnya ingin menasionalkan lilin dari Bandung," kata Randi.
UMK Naik Kelas
Lebih dari 65 ribu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang tersebar di seluruh Indonesia memilih berlabuh bersama PT Pertamina (Persero). Jumlah UMK mitra binaan Pertamina itu catatan sejak 1993 hingga 2021. Menjelang kuartal ketiga 2021, tercatat 492 UMK yang sudah bergabung dibina Pertamina.
Angka mitra binaan Program Pendanaan UMK yang terus bertambah itu membuktikan komitmen Pertamina merangkul para pengusaha kelas mikro dan kecil di tanah air saat krisis pandemi COVID-19. Selain itu, aktivitas pembinaan UMK yang dilakoni Pertamina berefek domino bagi para pihak yang terlibat.
"Setiap UMK biasanya pasti memiliki pekerja, dan satu pekerja ini mayoritas juga sebagai penopang ekonomi di keluarganya. Semakin sukses pelaku UMK, maka pekerja juga semakin banyak dan sejahtera," kata Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman dalam keterangan tertulis di laman resmi Pertamina.
Tercatat dalam tiga tahun terakhir 6.700 UMK naik kelas. Pertamina tidak pilih-pilih atau membatasi pegiat UMK sektor apa pun yang ingin berpadu. Target Pertamina mendorong UMK binaannya naik kelas melalui proses pembinaan dan pendampingan. Tahapannya mulai fase tradisional ke UMK Go Modern, Go Digital, Go Online, hingga berkiprah Go Global atau mampu mengekspor produk.
Peran Pertamina membantu UMK dirasakan juga di Jawa Barat. Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Regional Jawa Bagian Barat Eko Kristiawan mencatat mitra binaan di Jawa Barat hingga 2021 ini sebanyak 6.869 UMK.
Menurut Eko, pihaknya menopang UMK untuk tetap eksis dan berkembang. Program Pendanaan UMK, kata dia, bertujuan meningkatkan kemampuan UMK agar tangguh dan mandiri. Pertamina pun memfasilitasi UMK dalam hal permodalan, administrasi, teknologi, dan akses Pasar.
"Selain itu, Pertamina juga memberikan pelatihan serta pembinaan UMK naik kelas," kata Eko kepada detikcom.
Eko menjelaskan, selain mendapatkan akses permodalan berupa dana perguliran, UMK mitra binaan Pertamina akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pembinaan sertifikasi, pameran, dan pelatihan. Ada pelatihan dasar, pelatihan tematik, coaching dan mentoring.
"Pembinaan akan diberikan sesuai dengan nilai pinjaman dan hasil asesmen. Pendampingan serta pembinaan dilakukan oleh lembaga pendamping dan Pertamina," kata Eko.