Tidak diragukan lagi, Kabupaten Bandung merupakan daerah yang memproduksi stroberi terbanyak di Indonesia. Terbukti di tahun 2014, angka produksi stroberi di Indonesia hampir 90 persennya berasal dari Kabupaten Bandung.
Maka layaklah sebuah 'Tugu Stroberi' bertengger di Kabupaten Bandung. Tugu tersebut dibangun pada 2012 tepat di pusat ibu kota Kabupaten Bandung yang berada di tengah Jalan Raya Kopo-Soreang.
![]() |
Tapi, warna merah stroberi pada ikon Kabupaten Bandung itu sudah tidak terlihat. Hal yang tampak hanya warna kusam yang kalah dengan warna merah rambu jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah nasib stroberi asal Kabupaten Bandung seperti nasib 'Tugu Stroberi' yang warnanya memudar itu?
Produksi Stroberi Nasional Milik Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung patut bangga dengan produksi stroberi di tahun 2014. Pasalnya, di tahun tersebut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi tanaman buah stroberi di Indonesia mencapai 58.884 ton.
Di tahun itu pula, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat mencatat, Kabupaten Bandung berhasil memproduksi 50.755 ton buah stroberi.
Bila menyandingkan data tersebut, 86 persen produksi stroberi nasional disumbang dari daerah selatan Bandung itu. Tren tersebut terus terjadi hingga empat tahun kemudian.
Tercatat hingga 2018, kontribusi dari produksi stroberi Kabupaten Bandung tidak pernah berada di bawah 50 persen terhadap produksi stroberi nasional. Dimungkinkan pula, tren kenaikan dan penurunan produksi stroberi nasional dipengaruhi oleh produksi di Kabupaten Bandung.
Contohnya, di 2014 hingga 2016. Di tahun 2015, produksi stroberi di Kabupaten Bandung minus 47,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, di tingkat nasional, di tahun yang sama mengalami minus 46 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kecenderungan tersebut berlanjut di 2016, di mana produksi stroberi Kabupaten Bandung minus 74,32 persen dibanding tahun sebelumnya. Di tahun yang sama, produksi nasional minus 62 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sedangkan pada 2017 - 2018 grafik penurunan dan kenaikan antara Kabupaten Bandung dan nasional mengalami perbedaan, namun angkanya terpaut dekat. Produksi nasional naik 1,1 persen di saat Kabupaten Bandung minus 6,9 persen pada 2017.
Angka di atas sudah menunjukkan seberapa besarnya dominasi stroberi produksi Kabupaten Bandung di tingkat nasional. Tapi, bagaimana di tingkat lokal?
Mandeknya Produksi Stroberi Kabupaten Bandung
Tahun 2013-2015 bisa dikatakan sebagai masa suburnya stroberi asal Kabupaten Bandung. Namun, pada 2016-2020, produksi stroberi mengalami penurunan drastis. Produksi stroberi pun seperti jalan di tempat dan belum bisa menyentuh jumlah produksi di masa lalu.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tisna Umaran menjelaskan ada sebab kenapa lima tahun ke belakang produksi stroberi di Kabupaten Bandung tak bisa seperti di tahun 2013-2015.
Pertama, sejak 2012 stroberi di Kabupaten Bandung terserang hama yang menyebabkan banyak stroberi gagal panen. Puncaknya di tahun 2015, di mana produksi stroberi menurun hingga 47,7 persen dari tahun sebelumnya yang memproduksi hingga 50 ribuan ton. Dan terus menurun hingga 2018, yang hanya memproduksi sebanyak 5.450,4 ton saja.
Kemudian, menurut Tisna, media tanam yang digunakan mengalami kejenuhan. Kemudian, berpengaruh kepada produktivitas tanaman stroberi untuk berbuah. Hal ini pun merupakan salah satu kebiasaan petani yang sulit diubah.
"Jadi dulu tuh ada kejenuhan, dari media tanamnya tidak diganti, ada yang sampai 5 hingga 7 tahun. Sampai sekarang (kebiasaan itu) juga masih ada. Terus kalau kita tendang, malah kaki kita yang patah. Karena sudah keras medianya, tidak sehat lagi," tutur Tisna, Selasa (19/10).
Kemudian, permintaan kepada stroberi asal Kabupaten Bandung cenderung menurun. Parahnya di masa Pandemi, akibat ditutupnya sejumlah lokasi restoran dan kafe berdampak pada menurunnya permintaan dan pasokan stroberi menjadi menumpuk di bandar atau pengepul.
"Jadi stroberi kan di-jus, adanya di kafe, restoran. Sementara kegiatan itu (kafe dan restoran) selama PPKM kan dibatasi. Berakibatlah pada penjualan," kata Tisna.
Pemerintah daerah pun tidak tinggal diam. Mereka mencoba mendatangkan varietas unggulan dari luar negeri. Kemudian juga mencoba memurnikan varietas yang ada. Namun, langkah tersebut belum berdampak positif bila disandingkan dengan produksi di masa kejayaannya.
"Tapi ya produksi itu (varietas yang dimurnikan) belum banyak. Pertama terganjal COVID dan sedikitnya permintaan," ucap Tisna.
![]() |
Ciwidey merupakan pemasok utama stroberi untuk Kabupaten Bandung. Atep, petani stroberi asal Ciwidey, menyaksikan masa kejayaan dan hancurnya bisnis stroberi. Ia sempat memulai menanam stroberi di tahun 2012. Hanya satu tahun, perkebunannya bangkrut, karena stroberi yang ditanam rusak diserang hama.
"Dulu saya mulai 2012, cuman jalan setahun, jenis kelly bright nggak sanggup sama hama. Banyak yang rusak," ucap Atep.
Ia pun memutuskan untuk beralih pada komoditi palawija. Langkah itu pun banyak diikuti pula oleh petani stroberi lainnya.
"2015 mulai tidak ada (sedikit) petani stroberi, tahun 2017 stroberi sekilo bisa 100 ribu, karena sedikit barangnya," ujarnya.
Kemudian, karena merugi di komoditi palawija. Baru di awal tahun 2019 dirinya memulai kembali menanam stroberi. Dengan menggunakan stroberi jenis mencir. Jenis ini dinilai lebih kuat dengan iklim dan hama yang sering menyerang tanaman stroberi di sana.
"Bibit ini mah cukup stabil, tidak patah lagi. Tidak repot," kata Atep.
Meski begitu, ia masih sanksi dengan jenis stroberi mencir dapat mendekati masa-masa periode tahun 2015 ke bawah. Pasalnya, masih banyak petani yang menggunakan pola media tanam yang sudah jenuh, kemudian banyak juga yang masih menggunakan jenis stroberi kelly bright.
Ia berharap ada dorongan dari pemerintah agar komoditi stroberi dapat kembali berjaya. Bukan hanya tingkat lokal, namun juga nasional.