Mengais Rezeki dari Tumpukan Sampah Pesisir Waduk Jatigede Sumedang

Mengais Rezeki dari Tumpukan Sampah Pesisir Waduk Jatigede Sumedang

Nur Azis - detikNews
Minggu, 12 Sep 2021 15:42 WIB
Sansan Setiawan (40), warga Kampung Pasir Lempah, Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang manfaatkan sampah-sampah plastik di sekitaran Waduk Jatigede menjadi bernilai rupiah.
Foto: Sansan Setiawan (40), warga Kampung Pasir Lempah, Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang manfaatkan sampah-sampah plastik di sekitaran Waduk Jatigede menjadi bernilai rupiah (Nur Azis/detikcom).
Sumedang -

Persoalan sampah seolah menjadi penyakit endemik di Waduk Jatigede Sumedang. Salah satu indikatornya seperti banyak bermunculannya para pengepul sampah khususnya di wilayah Kecamatan Wado dan Darmaraja Sumedang.

Seperti Sansan Setiawan (40), warga Kampung Pasir Lempah, Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang. Dirinya menjadi penampung barang rongsokan dan sampah plastik lainnya sejak awal tahun 2020. Profesinya tersebut, berangkat dari rasa keprihatinannya mengingat banyaknya tumpukan sampah di sekitar pesisir Waduk Jatigede.

"Awal mulanya karena saya prihatin melihat dampak dari sampah di sekitaran pesisir Waduk Jatigede," ungkapnya kepada detikcom, Minggu (12/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ia mengaku prihatin lantaran ada dari sebagian warga yang masih belum memiliki pekerjaan sejak terdampak pembangunan Waduk Jatigede. Berangkat dari hal itu, ia mencoba menjadi pengepul sampah dengan harapan, selain mencari keuntungan juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar yang membutuhkan.

"Selain itu membantu juga kepada pemerintah atau instansi terkait lainnya dalam menanggulangi sampah di sekitaran pesisir Waduk Jatigede," katanya.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan sepengetahuannya, jumlah pengepul sampah di sekitar pesisir Waduk Jatigede di wilayah Kecamatan Wado dan Kecamatan Darmaraja jumlahnya ada belasan. Jumlah itu belum termasuk para pengepul di daerah lainnya.

"Pengepul sampah di pesisir waduk wilayah Darmaraja seperti Sukamenak ada empat, untuk di wilayah Cibungur ada tiga, sementara di wilayah Wado ada enam," ucapnya.

Tumpukan sampah di Waduk Jatigede terjadi, salah satunya akibat sampah-sampah yang dibawa oleh aliran Sungai Cimanuk saat musim penghujan tiba. Sampah itu terbawa hingga ke muara Sungai Cimanuk yang berlokasi di pesisir waduk sekitar wilayah Darmaraja dan Wado.

"Makanya di sini banyak tumpukan sampah karena sampah-sampah itu terbawa arus Sungai Cimanuk terutama saat musim hujan datang, apalagi saat terjadi banjir bandang di Sungai Cimanuk," ungkapnya.

Ia menyebutkan kawasan paling banyak terdampak sampah tersebut, di antaranya untuk wilayah Darmaraja seperti di pesisir waduk Jatigede di Desa Sukaratu, Desa Neglasari dan Desa Sukamenak. Sementara untuk wilayah Wado, di antaranya di Desa Cisurat, Desa Wado dan Desa Pawenang.

"Sampah mulai banyak awal Januari sampai Agustus karena musim penghujan dan debit volume air otomatis naik jadi sampah-sampah terbawa ke sini," ujarnya.

Ia menyebutkan sampah yang berhasil dikumpulkan dari Waduk Jatigede setiap harinya rata-rata ada sebanyak 3,9 kwintal. Sampah tersebut berasal dari 13 orang pengambil sampah yang berada di bawah naungannya.

"Satu orang pengambil sampah dalam sehari rata-rata mampu mengumpulkan sampah sebanyak 30 kilogram," terang dia.

Ia mengatakan sampah-sampah plastik berbagai jenis itu dihargainya sebesar Rp2.500 untuk setiap kilogramnya. Dalam sehari, kocek yang harus dibayarkan kepada seluruh pengambil sampah ratΓ -rata sebesar Rp 500.000-Rp 1.000.000.

"Lumayanlah paling tidak bagi mereka (para pengambil sampah) bisa buat beli kebutuhan sehari-hari," ucapnya.

Mengingat kondisi tersebut, tambah dia, kendala yang dihadapinya saat ini yakni ketidak adaannya mesin pencacah sampah di wilayah Wado dan Darmaraja. Hal ini menyebabkan ongkos produksi semakin tinggi sehingga sampah dari warga dihargai seperti harga sekarang ini.

"Kalau ada mesin pencacah paling tidak harga jual sampah dari warga juga akan tinggi karena saya tidak mesti keluar ongkos untuk mencacah sampah," ujarnya.

Simak juga 'Kala Nelayan di Pangandaran Jaring Lebih Banyak Sampah Ketimbang Ikan':

[Gambas:Video 20detik]



(mso/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads