Pandemi COVID-19 sejak awal 2020 bukan hanya menimbulkan krisis kesehatan. Sektor ekonomi yang paling mikro kecil menengah atau UMKM pun terpukul akibat aturan pembatasan. Di beberapa kabupaten kota di Banten, influencer digital hingga pelaku ekonomi kreatif ramai-ramai kolaborasi demi pemulihan pemasukan.
Kolaborasi di masa pandemi ini seperti dilakukan oleh kelompok Forum Ekonomi Kreatif (Fekraf) Banten. Ketua forum ini Andi Suhud Trisnahadi menceritakan bahwa karena pandemi, kolaborasi ide, gagasan antara pelaku ekonomi kreatif dan UMKM terus dilakukan baik melalui podcast hingga live di Instagram. Kegiatannya rutin, mulai dari bagaimana pengenalan produk hingga membuat strategi penjualan di ranah digital.
Salah satu kolaborasi yang dibentuk baru-baru ini misalnya kerja sama antara desainer, usaha konveksi sablon hingga lulusan pesantren untuk membuat kaos dengan seri huruf Arab pegon. Kolaborasi ini menghasilkan produk Klambi Kite dengan seri sablon Arab pegon yang dijual online lewat Instagram.
"Itu kita bikin kolaborasi, dirilis, dijual dan laku. Platformnya bisa media sosial, bisa marketplace. Jadi menjual kaos dengan cara berbeda dikit," ujar Andi bercerita ke detikcom pada Kamis (9/9/2021).
Contoh lain misalnya, Fekraf Banten bekerja sama dengan pemilik usaha kecil pembuat makanan tradisional seperti bontot, gula aren hingga kopi lokal dari Bukit Kuru di Lebak agar dijual di kafe-kafe jaringan Fekraf. Mereka mengajak UMKM rumahan membuat standar produk yang sesuai dengan permintaan konsumen.
"Konsep kita kolaborasi, influencer memasarkan dengan kantong pemasaran lain dan ini efektif. Produk mereka diserap lebih banyak dan paling penting dibeli. Dan bukan sekedar pelatihan seperti yang dilakukan pemerintah. Dilatih di hotel terus kemudian mereka pulang dan nggak diupgrade," ujarnya.Eksperimen ini rupanya bisa lebih untung karena ada pemanfaatan dan kerja sama jaringan pelaku ekonomi kreatif. Dan cara kolaborasi seperti ini juga lebih efektif belum lagi dengan ada pemanfaatan melalui segmen digital.
Tapi menurut Andi, ekonomi kreatif Banten memang belum terlalu berkembang. Padahal kelompok ini ia nilai unggul dari sisi gagasan, pemasaran termasuk bagaimana memasuki dunia digital.
"Ekraf ini 2022 didorong menjadi salah satu bidang yang diharapkan mempercepat ekonomi nasional atau PEN. Makanya Banten jangan ketinggalan," katanya.
Di Lebak juga ada hal serupa. Influencer pemilik admin Info Rangkasbitung Acep menceritakan bahwa selama pandemi, banyak pemilik usaha kecil yang meminta bantuan pemasaran lewat media sosial.
Mereka, kebanyakan adalah usaha rumahan misalkan penjual cilok sampai minuman. Karena memiliki seratus ribuan lebih pengikut, ia sengaja menggratiskan untuk nangkring di Facebooknya.
"Kebanyakan usaha yang sederhana, mereka biasanya yang terdampak pandemi. Standnya sederhana, produknya sederhana bahkan ada penjual yang tidak punya ATM kalau mau beriklan. Saya gratiskan," katanya kepada detikcom.
Kolaborasi digital demi UMKM ini seperti ini juga ditunjukan oleh akun media sosial Explore Serang. Adminya membuat hastag #BantuBeliUMKM dan menggratiskan biaya pemasaran bahkan sejak diberlakukannya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di bagian story instagramnya.
Lewat hastag #BantuBeliUMKM, usaha kecil menengah mulai dari penjual bakso dan makanan ringan digratiskan nangkring di halaman story media sosial ini. Syarat yang tercantum, mereka adalah pelaku usaha kecil mikro dan bisa mencantumkan nomor penjualan agar dibantu secara pemasaran digital.
Wadah menampung UMKM untuk ranah digital sebetulnya juga ada di Kota Serang. Pemkot Serang membuat aplikasi namanya Gelati. Sayangnya, aplikasi ini masih berbasis web dan sedang dibuatkan pengembangan aplikasinya yang berbasis Android.
Kasi Pengembangan dan Integrasi Aplikasi Kominfo Kota Serang Ahmed Beiruni mengatakan, aplikasi ini dibuat 2 tahun lalu. Platformnya dibuat khusus UMKM dan pelaku ekonomi kreatif. Mereka, bisa memanfaatkan aplikasi ini termasuk untuk jualan produk maupun usaha rumahan.
"Jadi pelaku usaha kecil, menengah apapun di Kota Serang silahkan memanfaatkan aplikasi ini sebagai marketplace di kota," ujarnya.
Syarat bisa masuk ke aplikasi ini pun gratis karena pendaftar bisa langsung jadi user dan mengisi data. Tapi, memang aplikasi masih dalam pengembangan karena akan diintegrasikan dengan semua aplikasi milik Kota Serang.
Sayangnya, sejauh ini memang baru 53 user yang mendaftar sebagai penjual dan ada 46 buah produk. Tapi, secara keseluruhan aplikasi ini sudah menginput seribuan lebih informasi-informasi tempat bagi UMKM, tempat wisata, tempat makan hingga ke minimarket di Kota Serang.
"Gambarannya memang membantu UMKM, karena di situ masyarakat Kota Serang memanfaatkan aplikasi tu bisa dapat produk UMKM khusus di Kota Serang. Tentunya yang sudah masuk dalam data kita dan masuk di penilaian kita," ujar Plt Kepala Dinas Kominfo Kota Serang Imam Rana secara terpisah kepada detikcom.
(bri/mud)