Belajar Ikhlas dan Semangat dari Bocah Kembar Dempet Perut di Garut

Belajar Ikhlas dan Semangat dari Bocah Kembar Dempet Perut di Garut

Hakim Ghani - detikNews
Kamis, 26 Agu 2021 07:10 WIB
Garut -

Al Dewi Putri Ningsih dan Al Putri Anugrah sejak lahir mengalami dempet di bagian perut dan divonis dokter tidak bisa dipisah. Di bawah keterbatasan fisik, bocah asal Garut ini tetap hidup riang dan penuh kebahagiaan.

Senyuman dari wajah kedua bocah itu menyambut kami, awak media saat bertandang ke rumahnya di Kampung Padasari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Garut Rabu (25/8/2021).

Berada di depan pintu rumah sederhananya, mereka melambaikan tangan dan menyapa kami dengan ramah meskipun sebelumnya tak pernah bertemu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Assalamualaikum om.... hi om.... sini masuk om," ucap dua bocah berusia 7 tahun itu.

Di rumah, mereka ternyata sedang menyantap makan siang yang diidangkanayahnya, Iwan Kurniawan (43).

ADVERTISEMENT

Menu sederhana oseng tempe dan nasi mereka santap dengan lahap sembari sesekali memperhatikan kami dan ayahnya yang sedang berbincang.

Setelah makan, mereka kemudian nimbrung obrolan kami. A sampai z tentang sekolah tatap muka yang baru saja beberapa hari terakhir mereka ikuti disampaikan dengan penuh kegembiraan.

"Di sekolah rame. Banyak temen, banyak ibu guru. Belajar membaca, berhitung, menulis," kata Putri, adik Dewi.

Bocah dempet perut di GarutBocah dempet perut di Garut Foto: Hakim Ghani

Iwan, sang ayah menceritakan pengalaman kedua putrinya bersekolah. Mereka sangat antusias karena bisa bertemu guru dan teman-teman baru di sekolah.

"Alhamdulillah rajin, periang. Senang aja gitu enggakrewel," kata Iwan.

Dewi dan Putri saat ini duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Tegal Panjang, Kecamatan Sucinaraja.

Meski sudah dua tahun pelajaran mereka sekolah, namun Dewi dan Putri baru sekitar seminggu terakhir mengikuti pembelajaran tatap muka efek pandemi COVID-19 yang memaksa pembelajaran dilaksanakan via daring.

Iwan mengaku sempat khawatir. Kekhawatirannya sangat wajar, sebagai orang tua, dia takut anaknya tak diterima teman-teman baru dan minder saat bertemu orang yang belum pernah ditemui sebelumnya. Namun, kekhawatiran Iwan tak terbukti.

"Saya juga mengucapkan terima kasih kepada guru-gurunya karena anak saya tidak dibedakan," katanya.

Putri kedua dan ketiga dari pasangan Iwan dan Yuni itu selalu bersemangat menjalani hari.

Tak ingin kalah dengan bocah sebaya lain, mereka bahkan ikut kegiatan belajar mengaji hingga bimbingan belajar di kampungnya.

Mereka, disebut Iwan, sangat antusias dalam belajar. Dengan bangga, Iwan bahkan meyakinkan kami bahwa anaknya ini sudah bisa menghafal beberapa surat-surat pendek.

"Anak saya ngaji juga. Sudah hafal beberapa surat pendek," kata Iwan.

Ditinggal Ibu

Wajah polos nan lucu Dewi-Putri seketika berubah menjadi penuh kesedihan kala sang ibu, Yuni, meninggal dunia pada Oktober 2020 lalu. Yuni meninggal setelah sebelumnya sempat sakit keras.

"Anak-anak ditinggal ibunya itu sekitar bulan Oktober tahun kemarin. Meninggal karena sakit," ungkap Iwan.

Diceritakan Iwan, Dewi dan Putri sangat terpukul ketika Yuni yang biasa menemani mereka setiap hari meninggal dunia.

"Karena kan pas ada ibunya saya kerja di luar kota, di sini mereka sama ibunya," ujar Iwan.

Meskipun demikian, mereka cepat bangkit dan tak larut dalam kesedihan sepeninggal Yuni. Mereka tinggal di rumah bersama kakek-neneknya. Saat ini, hanya satu keluhan mereka.

Dewi dan Putri kerap mengeluh sakit pinggang lantaran kursi roda mereka mulai tak nyaman digunakan. Selain itu, mereka juga ingin seragam sekolah baru agar tubuh mereka tertutup.

Satu hal lain yang mereka takutkan saat ini, dengan polos, mereka berkata tak ingin sampai ayahnya meninggal dunia sepeninggal sang ibu.

"Kalau ayah meninggal gimana, kakak sama dede sendirian atuh," ucap Dewi.

Hidup di bawah keterbatasan takkan membuat semangatnya pudar. Dewi dan Putri mengaku akan terus bersemangat dalam belajar.

Sebab, mereka mengaku ingin mewujudkan cita-citanya masing-masing. Putri ingin menjadi artis, sedangkan Dewi ingin menjadi Ilmuwan.

Dewi dan Putri juga mengaku bakal selalu menuruti dan menjaga ayahnya. Meskipun mereka tahu, sang ibu takkan pernah lagi pulang ke rumah.

Kisah Dewi dan Putri yang tetap semangat dan gembira di bawah keterbatasan fisik yang mereka alami ini semoga menginspirasi detikers untuk tetap semangat menjalani hidup. Malu rasanya, jika terus mengeluh di tengah karunia Tuhan yang sangat melimpah ini.

(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads