Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Forkopimda Kota Bogor dan tim peneliti dari IPB University mengungkap hasil survei terkait persepsi masyarakat terhadap pandemi COVID-19. Hal yang ditanyakan dalam survei di antaranya terkait pemahaman masyarakat Kota Bogor terkait COVID-19 dan kepatuhan terhadap prokes.
Sebanyak 20.819 responden yang tersebar di 68 kelurahan di Kota Bogor ditanyakan terkait pengetahuannya tentang COVID-19. Di antaranya terkait pengertian, dampak negatif, penyebab penularan dan cara efektif menghindari COVID-19.
Dari total responden, sebanyak 67 persen menjawab bahwa COVID-19 merupakan penyakit yang menginfeksi pernapasan, 75 persen responden menjawab COVID-19 berdampak pada kematian, 43 persen mengetahui bahwa penyebab penularan COVID-19 karena abai prokes.
72 persen warga Kota Bogor yang menjadi responden dalam survei juga menyadari bahwa cara efektif menghindari paparan COVID-19 adalah menjalani prokes 5 M, 13 persen responden menjawab dengan divaksin, 7 persen responden menjawab dengan olah raga dan hanya 3 persen warga yang menganggap COVID-19 sembuh hanya dengan doa.
Bima Arya menyebut pemahaman warga Kota Bogor terhadap COVID-19 saat ini lebih baik dibanding tahun lalu. Di mana pada awal pandemi, 19 persen warga Kota Bogor masih percaya bahwa COVID-19 merupakan konspirasi.
"Pertama kita melihat (berdasarkan survei) persepsi publik terhadap COVID jauh membaik dibanding tahun lalu. Tahun lalu kami lakukan penelitian terhadap responden yang sama, metodologi penelitian yang juga sama, hasilnya seperti teman-teman ketahui bersama, 19 persen tidak percaya COVID, yang percaya hanya 29 persen dan 50 persen antara percaya dan tidak. Angkanya mengkhawatirkan fannitu tahun lalu," ungkap Bima Arya, Minggu (15/8/2021) didampingi Kapolresta Bogor Kota Sudatyo Purnomo Condro dan Rektor IPB University Arif Satria.
"Tapi hari ini, angka-angka menunjukkan persepsi publik, pemahaman publik ini jauh lebih baik. Ini mungkin karena semakin banyak yang terpapar, semakin nyata atau bisa juga kita tafsirkan sosialisasi pemerintah di semua tingkatan itu semakin baik. Itu point pertama," beber Bima menambahkan.
Bima menyebut, saat ini masih ada 2 persen warga Kota Bogor yang menjadi responden dalam survei yang masih percaya bahwa COVID-19 adalah konspirasi. Kelompok ini, kata Bima, perlu ditangani secara khusus agar tetap terlindungi dan penanganan COVID-19 tetap berjalan baik.
"Nah point kedua, kita masih punya PR (pekerjaan rumah). Kita lihat masih ada 2 persen warga Kota Bogor yang masih percaya bahwa COVID adalah teori konspirasi. 2 persen ini tidak boleh dilepas, tidak boleh diabaikan, untuk 2 persen ini tentu harus dikhususkan strateginya. Karena semua warga Kota Bogor tanpa ada yang dikecualikan harus tetap dilindungi," kata Bima.
"Dan setelah kita dalami, yang 2 persen ini terpapar secara ekonomi dan mudah terprovokasi dengan berita dan sebagainya, jadi perlu strategi khusus untuk terus membangun komunikasi," imbuh Bima.
Survei yang dilakukan atas kolaborasi Pemkot Bogor dan tim IPB University ini dilakukan sebagai evaluasi dari kebijakan yang telah dikeluarkan. Sehingga Satgas Kota Bogor punya acuan dalam menentukan kebijakan selanjutnya dalam penanganan COVID-19 di Kota Bogor.
Survei dilakukan secara online sejak 30 Juli-14 Agustus 2021. Responden yang dilibatkan mulai dari ibu rumah tangga, tokoh agama, mahasiswa hingga anggota lembaga non profit dengan kisaran usia mulai 18-55 tahun. Warga yang menjadi responden, juga memiliki latar belakang pendidikan berbeda, mulai dari SMP hingga pasca sarjana.
(mso/mso)