Pemerintah Kota Cimahi mengklaim jumlah tes COVID-19 harian yang dilakukan sebagai langkah tracing dan testing sebaran kasus positif COVID-19 sudah melebihi target tes harian yang dicanangkan.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Jawa Barat target tes COVID-19 harian Kota Cimahi sebanyak 1.302 orang per hari.
Plt Wali Kota Cimahi Ngatiyana mengatakan jumlah tes COVID-19 harian yang dilakukan pihaknya sudah mencapai target bahkan bisa dikatakan lebih. Pihaknya mengandalkan puskesmas untuk melakukan tes COVID-19 setiap harinya.
"Sekarang kalau Cimahi targetnya 1.302 tes perhari, kita (Cimahi) itu lebih. Karena 13 puskesmas di cimahi itu melaksanakan tes setiap harinya, antara 100 sampai 200 tes," ungkap Ngatiyana kepada detikcom, Senin (26/7/2021).
Tes COVID-19 yang dilakukan pada masyarakat umum maupun kontak erat pasien yang terpapar COVID-19 menggunakan tes antigen maupun PCR.
"Jadi kita pakai dua-duanya, ya antigen atau PCR. Kalau PCR kan lebih lama sedangkan yang antigen bisa lebih cepat. Tapi ya itu tadi kita pakai dua-duanya," tutur Ngatiyana.
Pemprov Jabar juga mengungkapkan data kasus harian COVID-19 di Kota Cimahi. Dalam sehari tercatat ada sebanyak 172 kasus baru di Cimahi. Menanggapi hal tersebut, Ngatiyana menjelaskan jika penambahan kasus COVID-19 bersifat fluktuatif.
"Kasus harian di Cimahi 172 per hari, itu sebetulnya naik turun. Bertambah segitu tapi itu diimbangi dengan yang sembuh. Angka itu juga kan karena kita tesnya melebihi target. Jadi banyak yang positif tapi banyak juga yang sembuhnya," ucap Ngatiyana.
Ngatiyana menyebut saat ini Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian rumah sakit khusus COVID-19 di Kota Cimahi mengalami penurunan menjadi 83 persen. Namun penurunan tersebut bukan karena turunnya jumlah tes COVID-19 yang dilakukan.
"Untuk BOR alhamdulillah sekarang agak menurun. Awalnya itu kan 93 persen, turun ke 89 persen, lalu sekarang 83 persen. Jadi itu karena diimbangi dengan kesembuhan yang tinggi," ujar Ngatiyana.
"Tapi kita tetap arahkan yang tidak bergejala atau gejalanya ringan itu isolasi mandiri, kalau yang parah baru di rumah sakit perawatannya. Laporan yang kita dapat juga yang isoman sudah banyak sembuh," kata Ngatiyana menambahkan.
(mso/mso)