China telah mengadukan perselisihan diplomatik yang semakin memanas dengan Jepang kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam surat kepada PBB, Beijing menuduh Tokyo mengancam "intervensi bersenjata" terkait Taiwan.
Otoritas China juga berjanji akan membela diri dalam perselisihan diplomatik dengan Jepang yang telah berlangsung dua pekan terakhir ini.
Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, seperti dilansir Reuters, Sabtu (22/11/2025), telah mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres pada Jumat (21/11) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam suratnya, Fu menuduh Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi telah melakukan "pelanggaran berat terhadap hukum internasional" dan norma-norma diplomatik ketika dia mengatakan bahwa serangan China terhadap Taiwan dapat memicu respons militer dari Tokyo.
"Jika Jepang berani mencoba intervensi bersenjata dalam situasi lintas selat, itu akan menjadi tindakan agresi," sebut Fu dalam suratnya, menurut pernyataan yang dirilis misi diplomatik China untuk PBB.
"China akan dengan tegas mempraktikkan hak membela diri berdasarkan Piagam PBB dan hukum internasional, serta dengan tegas mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya," tegasnya.
Fu, dalam surat kepada Sekjen PBB, menuntut agar Jepang "berhenti melakukan provokasi dan melewati batas, serta menarik kembali pernyataannya yang keliru". yang menurutnya, telah "secara terbuka menantang kepentingan inti China".
China memandang Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri, sebagai bagian wilayah kedaulatannya. Beijing juga tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekerasan untuk menguasai pulau tersebut.
Pemerintah Taipei menolak klaim Beijing, dengan menegaskan hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka.
Sejauh ini belum ada tanggapan langsung dari Kantor PM Jepang dan Kementerian Luar Negeri Jepang atas surat Dubes China kepada Sekjen PBB tersebut.
Perselisihan diplomatik terbaru antara Beijing dan Tokyo ini memicu krisis bilateral terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Ketegangan ini dipicu oleh pernyataan kontroversial PM Takaichi kepada anggota parlemen pada awal bulan ini, di mana dia mengatakan bahwa serangan China terhadap Taiwan, yang dianggap mengancam kelangsungan hidup Jepang, akan dapat memicu respons militer.
Pernyataan tersebut menyingkirkan ambiguitas yang sejak lama digunakan Jepang ketika membahas isu Taiwan. Pernyataan PM Takaichi itu menunjukkan pergeseran dari sikap pemerintah Jepang sebelumnya, yang menghindari untuk membahas isu Taiwan secara terbuka agar tidak memprovokasi China.
Reaksi keras diberikan Beijing terhadap pernyataan tersebut, yang kebetulan disampaikan hanya sepekan setelah PM Takaichi bertemu Presiden China Xi Jinping, dengan kedua pemimpin sepakat mengupayakan hubungan yang stabil.
Otoritas China menyebut pernyataan PM Takaichi itu "sangat merusak" kerja sama perdagangan, dengan sektor pariwisata ikut terdampak dan konser musisi Jepang di China tiba-tiba dibatalkan. Sektor kapal pesiar China juga ikut terkena imbasnya, dengan beberapa kapal menghindari pelabuhan Jepang.
Simak juga Video: PM Sanae Takaichi Buka Suara soal Kisruh Jepang-China











































