Dari kejauhan, sepatu kulit satu ini seperti sepatu kulit pada umumnya. Motifnya menyerupai kulit buaya bahkan ular. Namun siapa sangka, sepatu kulit satu ini berbahan baku dari kulit ceker ayam.
Sekadar informasi, sepatu kulit ceker ayam ini baru pertama di dunia dan diproduksi oleh pelaku UMKM asal Kota Bandung lho.
Adalah Nurman Farieka Rhamdani, pemuda kelahiran 1995 itu berhasil menjadi wirausahawan muda dengan produk sepatu kulit ceker ayamnya yang sudah diekspor ke banyak negara.
Tak tanggung-tanggung, omzet sepatu yang memiliki bahan utama kulit ceker ayam ini menghasilkan ratusan juta rupiah setiap bulannya. "Hirka sepatu kulit ceker ayam pertama di dunia," kata Nurman saat dijumpai detikcom di UMKM Recovery Center Jalan Mustang, Sukajadi, Kota Bandung, ditemui beberapa bulan terakhir.
Nurman mengungkapkan, ide membuat sepatu dari bahan kulit ceker ayam ini terinspirasi dari jurnal ilmiah milik ayahnya yang meneliti soal penyemakan kulit.
"Ide awal pertama pada tahun 2015 saya secara tidak sengaja membuka jurnal ilmiah milik ayah yang membahas tentang teknik penyemakan kulit ceker ayam, sebetulnya tidak hanya kulit ceker ayam tapi ada berbagai macam jenis kulit termasuk ceker ayam, dari mulai ikan pari, kulit kaki bebek, ikan tuna dan lainnya," ungkapnya.
Setelah melihat jurnal tersebut, akhirnya Nurman kepincut untuk membuat produk fesyen yang memiliki nilai jual tinggi hanya berbahan baku dari kulit ceker ayam.
"Akhirnya saya tertarik sama kulit ceker ayam dan kenapa saya tertarik sama kulit ceker ayam, itu mempunyai value lain pengganti dari kulit eksotis lainnya seperti ular dan buaya, maka dari itu campaign yang kita punya kita ingin menggantikan kulit eksotis lainnya ular dan buaya menggunakan kulit ceker ayam," jelasnya.
Selain itu, kulit ceker ayam sendiri mudah dicari dan dijumpai sebagai bahan baku sepatu yang dibuatnya.
"Kalau untuk ceker ayam sendiri sebetulnya semua ceker ayam bisa kita olah, akan tetapi untuk mengoptimalkan dan efisiensikan harus memilih ceker ayam yang diameternya cukup besar karena untuk penyusunannya dan penempelan pada material lainnya agar tidak terlalu rumit," ucapnya.
Dalam produksinya, Nurman bisa memproduksi sepatu full kulit ceker ayam dan semi kulit ceker ayam yang dipadukan dengan kulit sapi atau kulit domba. Karena kulit yang digunakan dalam satu ceker ayam cukup sedikit, untuk satu sepatu dibutuhkan banyak ceker ayam untuk diambil kulitnya.
"Kalau untuk full dari mulai 40-80 ceker ayam, tergantung model dan ukuran. Untuk yang campuran dari 15-18 ceker ayam, dicampur dengan kulit sapi. Kita juga mencoba pakai kulit-kulit yang sudah diproduksi," tuturnya.
Sepatu kulit ceker ayam ini sendiri memiliki seni yang cukup tinggi, dari mulai bentuk dan gradasi warna cukup fesyenebel. Sehingga, harganya pun cukup mahal.
"Untuk harga dari Rp 490 ribu hingga Rp 2,5 juta, Rp 6 juta ada, tapi kalau tetap dari Rp 490 ribu hingga Rp 2,5 juta," ujarnya.
Meski harganya cukup mahal, sepatu berbahan baku kulit ceker ayam ini diminati warga dunia. "Untuk pelanggan kita sudah internasional, Malaysia, Singapura, Jepang, Vietnam, Turki dan beberapa negara lain, Berazil dan Prancis," ucapnya.
Tidak mudah untuk menghasilkan produk sepatu yang memiliki daya jual tinggi, Nurman harus melakukan riset dua tahun lamanya. "Kita mulai tahun 2015, riset membutuhkan dua tahun, pada tahun pertama kita riset soal material, kita uji fleksibilitas dan gradasi warna bagaimana supaya teksturnya menyerupai kulit ular," paparnya.
"Masuk ke 2017 kita masuk produk, akhirnya kita pilih sepatu karena sepatu paling susah menurut kita di bidang fashion," tambahnya.
Selain itu, Nurman juga menyebut jika orang awam melihat sepatu ini akan menyebut sepatu tersebut berbahan baku dari kulit ular dan buaya. Namun siapa sangka, sepatu yang dibuatnya dari ceker ayam dan itu membuat minat para pembeli. "Orang awam bilang, kalau enggak kulit ular bilang kulit buaya," katanya.
Owner Hirka Sepatu Kulit Ceker Ayam Nurman menyebut, selepas PSBB berakhir di Kota Bandung dan masuk pada masa AKB usaha sepatunya mulai merangkak kembali.
Pria yang hanya lulusan SMA di SMA 17 Kota Bandung ini menyebut, omzet penjualan sepatu ini mencapai ratusan juta. "Sudah mulai normal penjualan, udah mulai membaik. Omzet Rp 80-100 juta, terakhir kita sampai Rp 200 juta, itu paling terbaik," jelasnya.
Nurman juga mengatakan, sebelum pandemi COVID-19 dirinya yang hanya menjual sepatu tersebut via online sudah mendapatkan banyak pesanan dari luar negeri. Namun, karena pandemi COVID-19, jadi menghambat penjualan.
"Untuk proses pemasaran sebelum COVID-19 kita sudah ada permintaan dari US, UK dan Jepang untuk penjualan yang cukup banyak. Cuman karena problem saat ini adalah COVID-19 semua terhambat," pungkasnya.
Nurman, merupakan salah satu contoh pelaku UMKM yang dapat bertahan bahkan tumbuh di masa pandemi COVID-19. Untuk menumbuhkan kembali perekonomian warga khususnya para pelaku UMKM di Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung, membuat UMKM Recovery Center (URC).
Gedung URC ini ada di di bawah naungan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung yang berada di Jalan Mustang, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Beragam produk UMKM di Kota Bandung dari mulai makanan tradisional, kue, kopi, teh, hingga produk fesyen dan kosmetik terpajang di galeri URC ini.
Peresmian gedung URC ini, dilakukan langsung oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung Eric Mohammad Atthauriq, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung Atet Handiman dan beberapa perwakilan dari perusahaan BUMN, salah satunya PT Pegadaian.
"UMKM Recovery Center ini merupakan gagasan pemerintah Kota Bandung, beberapa pengusaha UMKM dan mendapat support juga dari beberapa BUMN, sebagai bentuk upaya terhadap stimulus ekonomi atau upaya menghadapai situasi pandemi COVID-19 ini," kata Eric usai melakukan peresmian, belum lama ini.
"Mudah-mudahan dari tempat sederhana ini, kita terus memulai sebagai upaya untuk memulihkan perekonomian di Kota Bandung," tambahnya.
UMKM Recovery Center ini, sudah dilengkapi fasilitas penunjang dan tempat yang nyaman bagi para UMKM. "Di sini ada laboratorium kopi, fasilitas sarana bisnis, coaching clinic dengan enam orang pendamping Dinas Koperasi dan UMKM, pelaku usaha sukses yang bisa mentransfer ilmu kepada para pelaku usaha yang sedang berjalan, akan berjalan dan juga yang terpuruk, di sini juga ada fasilitas perbankan untuk berkonsultasi," ungkapnya.
Tak hanya itu, pelaku UMKM ini juga bisa memasang produk UMKM nya di tempat ini. "Ada juga showroom untuk pemasaran, harapannya dari mulai proses pembiayaan, proses pendampingan dan pemasaran Pemerintah Kota Bandung hadir untuk me-recovery perekonomian," paparnya.
Eric juga menyebutkan, nantinya Gedung URC ini akan ada, meski pandemi sudah usai. "Akan terus, kebetulan ini kolaborasi dari anggota pengurus Koperasi Kota Bandung dan gedungnya milik koperasi. Ini bentuk sinergitas untuk me-recovery perekonomian," jelasnya.
Sementara itu, Pemimpin Wilayah Kanwil X Bandung PT Pegadaian Udin Salahudin, melalui Deputi Bisnis Area Bandung 1 Dadan Kadarsah mengatakan, keterlibatan PT Pegadaian merupakan bentuk kepedulian BUMN terhadap UMKM yang saat ini tengah terpuruk lantaran pandemi COVID-19.
Saat ini, PT Pegadaian lebih kepada memberikan edukasi tentang pemahaman digitalisasi. Salah satunya adalah terkait pemasaran. "Karena tak jarang, pelaku UMKM di Kota Bandung mengaku masih kebingungan bagaimana memberikan pelayanan, packaging dan perluasan market share secara digital," ujarnya.
PT Pegadaian juga berkomitmen membangkitkan perekonomian para pelaku UMKM di Kota Bandung, salah satunya memberikan berbagai pelatihan kepada ratusan pelaku UMKM.
"Untuk sementara ini kami telah memberikan pendampingan pelatihan kepada sebanyak 400 UMKM. Poinnya adalah kebutuhan UMKM. Sebagai contoh apakah soal komunikasi yang harus diberikan pemahaman lebih bagus lagi atau pemasarannya. Ini yang harus kita kembangkan ke depannya," ujarnya.
(wip/mso)