PT Agro Jabar, membela unggahan Ridwan Kamil mengenai Petani Milenial. Dirut BUMD milik Pemprov Jabar itu, Kurnia Fajar menyatakan, meski hasil panen yang di-posting gubernur bukan produk hasil peserta Program Petani Milenial, namun ia menegaskan proses penanaman di Smart Green House melibatkan anak muda, yaitu para siswa SMK pertanian di Garut.
"Mereka juga kan milenial, petani milenial," ujar Kurnia saat berbincang dengan detikcom, akhir pekan lalu.
Kurnia menjelaskan sejak 2017, pihaknya telah merintis petani milenial dengan membuka petani magang bagi siswa SMK di kelas akhir. Mereka, lanjutnya, yang dilibatkan dalam Smart Green House yang diresmikan Ridwan Kamil pada 27 Januari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi Smart Green House di Wanaraja ini Demplot. Sebelum diresmikan oleh pak gubernur, proses persiapannya sekitar 4 bulan," katanya.
Demonstrasi pilot (Demplot) merupakan penyuluhan pertanian dengan cara membuat lahan percontohan agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemonstrasikan. "Jadi Demplot ini bisa dikatakan introduksi program Petani Milenial. Saya bilang pada pak gubernur metode irigasi tetes (teknologi yang dipakai di Smart Green House) bisa direplikasi untuk peserta Petani Milenial," tutur Kurnia.
Sehingga, menurutnya, posting-an gubernur mengenai foto hasil panen Smart Green House dikaitkan dengan program Petani Milenial tak masalah. "Bukan petani magang. Ya bisa disebut talent," jawab Kurnia saat ditanya mengenai siapa lelaki di-posting-an gubernur yang memamerkan melon dengan celemek bertuliskan 'Petani Milenial'.
Simak juga 'Dede Koswara, Petani Yang Menepis Stigma 'Millenial":
Kabiro Perekonomian Pemprov Jabar Benny Bachtiar menyatakan apa yang ditampilkan dalam unggahan gubernur adalah potret ideal yang diharapkan dalam program Petani Milenial. "Sejak awal program ini dicetuskan oleh pak gubernur, beliau benar-benar konsen agar program ini berhasil. Jadi kalau saya melihatnya posting-an itu adalah gambaran petani milenial di masa depan, setelah ikut program ini," ujar Benny.
Diakui Benny program ini tak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Menurut dia di lapangan, pihaknya banyak menemui kendala salah satunya mengenai pengadaan lahan.
"Memang di Jabar ini banyak lahan tidur, namun kan tidak siap pakai, harus dilakukan land clearing dulu. Nah ini biayanya mahal. Satu hektare Rp 20 juta hingga Rp 25 juta, sementara KUR dari BJB buat modal kerja saja," katanya.
Menurut Benny, dari 8.998 yang mendaftar, sebanyak 2.240 lolos seleksi pertama. Selanjutnya setelah BI checking, tersisa hanya 528 orang yang lolos menjadi peserta Petani Milenial.
"Dan mungkin saja di tengah perjalanan banyak lagi yang berguguran, tapi tak mengapa. Kami harapkan dari yang sedikit ini, mereka nantinya bisa membuka lapangan pekerjaan bagi 20 orang lainnya," kata Benny.
Benny mengatakan dari 528 yang tersisa, sebagian kecil sudah menerima KUR dari BJB dan sudah mulai aksi. Bahkan ada yang segera panen, salah satunya di Cianjur tanggal 17 Juni nanti akan panen jagung. Secara bertahap peserta lainnya pun akan menyusul.
"Angkatan pertama ini kami sangat berhati-hati. Mereka harus berhasil agar tahun-tahun berikutnya mudah. Mereka lah agen perubahan, yang menyebarkan virus kebaikan. Saya yakin ini nantinya akan terjadi efek domino," tutur Benny.
Sebelumnya postingan Gubernur Ridwan Kamil mengenai petani milenial di Instagramnya menuai polemik. Berikut posting-an lengkap Ridwan Kamil yang diunggah di akun Instagramnya:
EKONOMI BARU GENERASI MUDA JAWA BARAT,
"3 bulan lalu, pertanian infus ini dimulai sekarang panen luar biasa dan sebagian ekspor ke Singapura. Air dan pupuk cair diteteskan sesuai jadwal dan diatur via hape dan komputer melalui IOT.
Petani Milenial perlahan menjadi solusi untuk generasi muda Indonesia di masa depan agar Indonesia punya ketahanan pangan dan kesejahteraan yang menjanjikan.
Petani Milenial punya semangat : "Tinggal di desa (jauh dari pandemi), rejeki kota dan bisnis mendunia (karena digital & 4.0)"
Unggahan itu dianggap seolah keberhasilan peserta Petani Milenial, padahal bukan. Sehingga sejumlah pihak baik dewan dan HKTI meminta Ridwan Kamil untuk menjelaskan secara rill mengenai kondisi program ini.