Harga Kedelai Mahal, Ini Kata Pedagang Tahu-Tempe di Bandung dan Cimahi

Harga Kedelai Mahal, Ini Kata Pedagang Tahu-Tempe di Bandung dan Cimahi

Yudha Maulana, Whisnu Pradana - detikNews
Rabu, 26 Mei 2021 14:23 WIB
Perajin tempe di Cimahi menyebut kenaikan harga kedelai tak normal
Perajin tempe di Cimahi menyebut kenaikan harga kedelai tak normal (Foto: Whisnu Pradana)
Bandung -

Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Asep Nurdin menyesalkan tingginya harga kedelai, yang mencapai Rp 10.500 per kilogram. Walau begitu, pihaknya tak menyarankan para perajin tahun tempe untuk melakukan mogok produksi.

Seperti diketahui, sejumlah perajin tahu tempe di sejumlah daerah mengancam untuk melakukan mogok produksi. Ancaman itu muncul sebagai imbas membengkaknya biaya produksi karena harga kedelai yang kian melambung pascalebaran.

"Yang pertama kita sangat menyesalkan terjadi kenaikan, karena kenaikan ini berpatokan pada kenaikan harga kedelai di Amerika saat ini," kata Asep saat dihubungi detikcom, Rabu (26/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asep mengatakan, langkah diplomatis telah dilakukan oleh Kopti dan Gapoktindo yang mendesak agar Kementerian Perdagangan RI bergerak dengan memanggil importir. "Ada pembicaraan kalau harga itu jangan lebih dari Ro 10.500. Kalau lihat kondisi sekarang harga bisa naik lagi," katanya.

Kopti Bandung pun, ujar Dedi, telah mempersilakan agar produsen tahu tempe untuk menaikkan harga jual maksimal 30 persen atau disesuaikan dengan kondisi. "Pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan juga akan mengumumkan perihal hal ini dalam waktu dekat," kata Asep.

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan, Kopti Bandung tidak menganjurkan dan tidak melarang bila ada produsen tahu tempe yang secara individu melakukan mogok produksi.

"Kalau kita tidak menganjurkan dan tidak meminta kalau misal berhenti, kasihan produsen yang kecil-kecil. Kalau ada yang mau berhenti silakan berhenti, memang ada rencana dari beberapa kawan yang mau berhenti pada tanggal 28 - 30 Mei," ujar Asep.

"Kita mempersilakan tapi dari Kopti mah tidak menganjurkan, karena Kopti banyak mendapatkan masukan dari produsen yang kecil, katanya bagaimana saya harus bayar karyawan," kata Asep melanjutkan.

Sementara itu Dadang perajin tahu asal Cibuntu telah mengetahui adanya rencana mogok produksi itu. Tetapi, ia memilih untuk tetap berproduksi walau dengan mengurangi ukuran tahu dan tempenya.

"Kalau mogok kasihan juga ya para pedagangnya. Kalau saya sih menyiasatinya dengan cara mengecilkan tahu dan tempenya, memang walau dikecilkan juga harga produksinya tidak begitu jauh, tapi ya bertahan saja lah," kata Dadang.

Kenaikan Harga Kedelai Tak Wajar

Perajin tempe di Kota Cimahi menyebut jika kenaikan harga kedelai impor yang saat ini dijual di pasaran sudah tidak wajar apalagi hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja.

Saat ini harga jual kedelai impor mencapai Rp 11 ribu per kilogram. Biasanya harga kedelai berkisar Rp 7 ribu per kilogram. Alhasil para perajin tempe bakal melakukan aksi mogok produksi secara massal.

Dari informasi yang beredar para perajin tempe dan tahu yang menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku produksi bakal melakukan aksi mogok massal pada Jumat (28/5/2021) hingga Minggu (30/5/2021).

"Normalnya Rp 7 ribu, terus naik perlahan, puasa kemarin sampai Rp 10 ribu sekarang naik lagi ke Rp 11 ribu. Jadi sudah tidak normal," ungkap Kusnanto kepada detikcom, Rabu (26/5/2021).

Akibat melambungnya harga kedelai impor itu ia dan perajin tempe lainnya terpaksa menyiasati kerugian dengan mengurangi takaran dari biasanya 250 gram untuk ukuran terkecil menjadi hanya 200 gram.

"Pasti ngaruh jadi kita kurangi ukurannya saja sedikit. Misalnya tempe yang 250 jadi 200 gram. Kalau harga naik kan kasihan masyarakat, kalau terlalu tipis juga nanti protes. Jadi yang penting kita bisa terus produksi," jelasnya.

Jika menghitung kerugian, dirinya mengaku bisa mengalami kerugian hingga jutaan rupiah selama tidak produksi akibat mogok produksi massal beberapa hari ke depan.

"Ya kerugian lumayan, tidak bisa dikira-kira berapa. Karena kan untuk jualan hari Jumat itu masih bisa, karena kita produksinya di hari Kamis. Jadi yang benar-benar tidak produksi dan jualan itu untuk hari Sabtu-Minggu," jelasnya.

Di sentra pembuatan tempe yang dikelolanya total ada sebanyak lima orang perajin. Setiap perajin rata-rata membutuhkan sebanyak 75 kilogram kedelai untuk diolah menjadi tempe.

"Ya kalau ditotal dari seluruh perajin di sini bisa 4 sampai 5 kuintal per hari. Untuk penjualan ke pasar yang ada di Cimahi sama Kota Bandung," terangnya.

Halaman 2 dari 2
(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads