"Saya sendiri di tengah-tengah Zoom keluarga, untuk silaturahmi harus meninggalkan untuk kepentingan pasien itu sendiri," ujar Tri.Momennya untuk mengobati kerinduan lewat aplikasi pertemuan virtual dengan keluarganya pun tak bisa berlangsung lama. Sebab, ia harus bergegas melakukan tindakan kepada pasien yang ditanganinya.
Jauh dari rumah bukan hal yanga asing bagi Residen Bedah Umum RSHS dr Aditya Wisnu Mahadewa. Selama enam tahun ia pernah merantau di Kabupaten Asmat, Papua dan kini harus tinggal di Bandung sejak empat tahun yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ibu dan bapak saya ada di Jakarta, sebenarnya jauh dari orang tua dan keluarga bukan hal yang jauh buat saya karena saya sudah berkenala di Papua kurang lebih enam tahun," ujar Aditya.
"Jadi ketika lebaran jauh dari orang tua dan keluarga itu sudah saya alami sebelumnya, bukan sedih tapi saya sedikit terketuk karena jarak saya dan keluarga tidak terlalu jauh 130 KM, durasi sekitar 2 jam Jakarta - Bandung," katanya melanjutkan.
Tahun-tahun sebelumnya, Aditya masih bisa pulang ke rumahnya dengan memanfaatkan waktu libur di sela-sela hari raya. Namun, hal itu tak bisa ia lakukan tahun ini lantaran penyekatan untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.
"Saya hanya bisa berkomunikasi dengan keluarga dengan telepon, video call ada penyekatan di wilayah Bandung dan sekitarnya ke rumah orang tua dan keluarga atau ke sini, sekalian lebih baik saya bekerja di hari H," ujarnya.
*Opor Ayam dan Sahabat Penawar Rindu
Ketupat dan opor ayam menjadi hidangan yang khas saat perayaan Idul Fitri. Budi yang tinggal di Preanger hanya bisa menyantap opor ayam dan ketupat yang dikirimkan oleh rekan sesama nakes.
"Di Preanger kita disediakan tempat untuk salat Id, berjaga jarak, makan juga dikirimkan ketupat, opor. Makanan itu yang jadi ciri khas saat lebaran," ujar Budi.
Momen menyentuh juga dirasakan oleh Tri Karyadi, menurutnya keluarga dari pasien yang dirawatnya turut mengirimkan makanan bagi para nakes. "Bukan hanya satu atau dua orang yang mengirimkan makanan, saya terharu karena saat keluarga pasien saat ditimpa musibah, tetapi bisa memberikan perhatiannya bagi para nakes," kata Tri.
Sedangkan Aditya merasa bahwa rekan sesama nakes telah dianggapnya sebagai keluarga. "Ketemuan setiap hari, bersinggungan setiap hari. Terima kasih banyak juga teman-teman di RSHS, residen, perawat, bidan, konselan yang ikut memikirkan kekangenan kita terhadap makanan khas lebaran. Menurut saya sih itu yang paling berkesan," katanya.
"Ada keluarga pasien yang bahkan mereka juga memberikan kita makanan lebaran dalam kondisi sebenarnya sulit, tetapi di saat itu juga mereka juga memikirkan bahwa kita bekerja untuk mereka dan mereka ikhlas. Buat saya sih itu suatu hal yang unik lebaran di tahun ini ya," pungkas Adit.
(yum/mud)