Pemerintah melarang warganya mudik pada Lebaran 2021 ini. Sejumlah pedagang oleh-oleh di Nagreg, Kabupaten Bandung, mengeluh atas kebijakan tersebut. Dua tahun pandemi virus Corona atau COVID-19, pendapatan mereka terjun bebas.
Di kawasan oleh-oleh khas Bandung dan Garut itu sejumlah pedagang duduk menatap jalan raya. Toko mereka tampak sepi.
Selama ini, momen mudik paling ditunggu-tunggu para pedagang oleh-oleh. Pemudik biasanya singgah membeli oleh-oleh berupa makanan. Namun saat ini kondisinya berbanding terbalik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dialami salah satu pedagang Sri Cahyani (25), ia menuturkan warungnya selalu ramai ketika akan mendekati lebaran. Namun, itu berbanding terbalik dengan kondisi sekarang, warung dagangannya sepi pembeli.
"Biasanya dua minggu mau Lebaran kan ramai, sekarang menurun," kata Sri kepada detikcom, Minggu (2/5).
![]() |
Sri menjual makanan khas daerah yakni kerupuk 'melarat', dodol, ubi bakar dan lainnya. Sejak tahun lalu hingga sekarang, Sri mengaku omzet bisnis oleh-oleh yang dijualnya menurun sekitar 50 persen.
"Menurun mungkin sekitar 50 persen mungkin penurunannya," kata Sri.
Akibat sepinya pembeli lantaran adanya larangan mudik itu, tutur Sri, segelintir pedagang di lokasi tersebut terpaksa menutup toko.
Nasib sama dialami Rosmiati (50). Ia mengeluh karena penghasilannya terus mengalami penurunan. "Sekarang omzet saja sudah turun 90 persen. Terjun bebas, sama sekali nggak ada (pembelinya)," ucap Rosmiati.
Ia dan sesama pedagang oleh-oleh tidak dapat berbuat banyak atas kebijakan pemerintah yang melarang mudik pada tahun ini. Namun, mereka pun meminta agar nasibnya diperhatikan.
"Kita belum pernah dapat bantuan. Soalnya yang dapat bantuan orangnya itu lagi itu lagi, ke kita mah nggak dapat," ujarnya.
"Nggak tahu nasib kita bagaimana. Apalagi mau menghadapi Lebaran," kata Rosmiati menambahkan.