Perajin kolang kaling di Pangandaran mengeluh. Harga jual kolang kaling anjlok, bahkan tak laku dijual. Mereka pun harus menelan kerugian dan memilih menghentikan produksi.
Sai'an salah seorang perajin kolang kaling di Kecamatan Langkaplancar, Pangandaran membenarkan kondisi tersebut. "Bulan puasa sekarang repot, kolang kaling tak laku. Mau untung malah buntung," kata Sai'an, Kamis (29/4/2021).
Sai'an mengatakan menjelang Ramadhan dia mulai memproduksi kolang kaling. "Nah beberapa hari sebelum puasa saya masih menjual kolang kaling, masuk harga Rp 9 ribu/kilogram," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, dia kemudian menambah kapasitas produksi. Sai'an memprediksi memasuki pertengahan Ramadhan harga kolang kaling akan semakin bagus.
Ternyata prediksinya meleset, harga malah anjlok. "Dikira mau terus naik ternyata malah begini. Tidak laku, sampai sekarang belum bisa menjual lagi," kata Sa"ian.
Dia pernah berusaha membawa kolang kaling miliknya untuk dipasarkan di daerah Jawa Tengah, tapi hasilnya nihil. "Kemarin sempat ada pengepul yang mau ke Jawa Tengah, saya titip barang. Ternyata dibawa pulang lagi, tak laku," kata Sai'an.
Ketimbang kolang kaling berubah warna jadi kuning dan membusuk, dia akhirnya membagikan kolang kaling ke warga. Sementara yang kadung membusuk dibuang, jumlahnya sampai ratusan kilogram.
Sai'an mengatakan saat ini kolang kaling di pasaran sedang 'banjir'. Pasokan datang dari berbagai daerah. Tapi di sisi lain, minat masyarakat terhadap makanan yang dibuat dari buah kawung atau aren ini sudah berkurang.
"Mungkin masyarakat sudah kurang berminat, soalnya pedagang di pasar juga mengeluh tak laku. Saya juga tak mengerti, kok bisa seperti ini," kata Sai'an.
Proses produksi kolang kaling sendiri cukup sederhana. Setelah dibersihkan buah pohon aren itu kemudian direbus. Kemudian digeprek untuk memisahkan isi buah dengan cangkang. Setelah itu direndam air. "Saya rugi lumayan besar, karena beli bahan mentah dari petani dan upah pekerja," kata Sai'an.
(mso/mso)