Cerita 'Huntu Gelap' di Sukabumi yang Dulu Ditakuti Kini Diburu

Cerita 'Huntu Gelap' di Sukabumi yang Dulu Ditakuti Kini Diburu

Syahdan Alamsyah - detikNews
Selasa, 12 Jan 2021 23:32 WIB
Warga menemukan sejumlah fosil gigi hiu di pantai Selatan Sukabumi
Warga menemukan sejumlah fosil gigi hiu di pantai selatan Sukabumi, (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Sukabumi -

Penemuan fosil gigi hiu purba atau Megalodon di Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi menjadi mata pencaharian baru warga setempat. Harganya yang tinggi jadi komoditi baru di kala ekonomi terjepit karena COVID-19.

Siapa sangka, gigi hiu purba yang dikenal oleh warga dengan sebutan huntu (gigi) gelap (petir) itu dulunya ditakuti warga. Kisah turun temurun soal huntu gelap seolah menjadi semacam urban legend di kampung setempat.

"Kepercayaan orang sini dulunya menganggap bahwa itu adalah huntu gelap atau bekas ujung petir dan biasanya ditemukan dekat pohon yang terbakar sesudah disambar petir. Dulu orang sini yang nemu takut, macam-macam kepercayaannya," kata Mansyur, warga setempat, kepada detikcom, Selasa (12/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi temuan gigi hiu purba itu bahkan memancing penasaran sejumlah peneliti. "Sudah, mudah-mudahan ada penelitian mendalam terkait temuan-temuan ini. Apakah dulunya lokasi ini jutaan tahun silam adalah lautan, hingga kemudian ditemukan sekarang," ujar Mansyur penasaran.

Rasa keheranan Mansyur cukup wajar, pasalnya tempat ditemukannya fosil berada 10 kilometer dari bibir pantai terdekat. Keberadaan gigi hiu purba itu juga dibarengi dengan fosil-fosil semacam kerang yang sudah berubah menjadi batu.

Posisi fosil juga mayoritas ditemukan terselip diantara bebatuan, hingga proses perburuan yang dilakukan warga dilakukan dengan hati-hati karena ketika balincong (alat pencongkel) kena ke tekstur fosil maka harganya akan jatuh drastis.

"Pencariannya ini dilakukan pada malam hari, kenapa begitu karena kalau siang ini banyak yang artinya ketika ditemukan barangnya jadi tidak mulus. Karena terkena balincong dan sebagainya. Kalau malam lebih mudah posisi fosil akan berkilau ketika terkena sinar, hingga proses pengangkatan lebih hati-hati," ujarnya.

"Biasanya posisi fosil ditemukan di kedalaman 3 sampai 10 meter. Dulunya tergeletak begitu saja, di dalam gua juga terlihat. Sampai jadi bahan lempar-lemparan, tapi sekarang banyak diburu karena harganya mahal diketahui setelah di online kan dilirik warga asing," tutur Mansyur.

Kabar soal fosil ramai tersebar. Harga jual fosil yang asalnya hanya dihargai Rp 200 ribu, kini membengkak seiring ramainya persaingan para tengkulak adu tawar dengan warga.

"Sampai sekarang harganya antara Rp 3 juta hingga Rp 150 juta, harga itu tergantung dari jenis, ukuran dan mulusnya barang. Karena ada kelir fosil yang bermacam warnanya," kata Eli, pegiat wisata setempat.

Halaman 2 dari 2
(sya/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads