Melihat Perburuan 'Huntu Gelap' Gigi Hiu Purba di Selatan Sukabumi

Melihat Perburuan 'Huntu Gelap' Gigi Hiu Purba di Selatan Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikNews
Selasa, 12 Jan 2021 10:35 WIB
Warga menemukan sejumlah fosil gigi hiu di pantai Selatan Sukabumi
Warga menemukan sejumlah fosil gigi hiu di pantai Selatan Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah)
Sukabumi -

Ratusan hingga ribuan fosil gigi hiu purba atau Megalodon ditemukan di dalam tanah oleh warga Kampung Cigintung, Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Fosil yang diduga peninggalan era prasejarah tersebut ditemukan di dekat petak-petak sawah warga kampung tersebut.

Adalah Mamuh (45), seorang pembuat petakan sawah yang pertama kali menemukan fosil purba tersebut awal bulan Maret 2020 lalu. Saat itu ia menemukan benda berbentuk segitiga runcing dengan tepian bergerigi. Warnanya beragam, mulai dari coklat tua hingga hitam legam sebagian ujungnya yang rata keras seperti batu.

Singkat cerita, Mamuh yang awalnya tidak mengetahui benda itu lantas membuangnya. Sampai kemudian ia bertemu dengan warga setempat yang mengetahui bahwa benda itu adalah fosil hiu purba Megalodon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekitar bulan Maret tahun 2020, Pak Mamuh ini sedang membuat petakan. Saat mencangkul ia menemukan fosil hiu megalodon itu, karena enggak tahu benda-benda itu dia buang begitu saja. Selang beberapa waktu ia bertemu seseorang yang menyebut bahwa benda itu adalah fosil hiu megalodon, saat itu orang yang bertemu Pak Mamuh ini menawar barang tersebut seharga Rp 200 ribu," Eli Yulianti, pegiat wisata Desa Gunungsungging kepada detikcom Selasa (12/1/2021).

Kabar itupun ramai tersebar, harga jual fosil tersebut membengkak seiring ramainya persaingan para tengkulak adu tawar dengan warga. "Sampai sekarang harganya antara Rp 3 juta hingga Rp 150 juta, harga itu tergantung dari jenis, ukuran dan mulusnya barang. Karena ada kelir (list) fosil yang bermacam warnanya," lanjut Eli.

ADVERTISEMENT

"Warga juga menyebut benda itu Huntu (Gigi) Gelap (Petir), karena bentuknya memang mirip. Hanya bedanya fosil ini ada gerigi kecil," sambungnya.

Menghindari adanya perburuan liar, Kepala Desa Gunungsungging Nanang mulai melakukan penertiban. Lahan-lahan tempat ditemukannya gigi Hiu Megalodon itu berada di lahan tanah warga, Kades Nanang menghindari kerugian pemilik lahan akibat penggalian masif . Warga juga mulai berpikir kreatif, mereka berkeinginan agar temuan fosil itu bertahan di kampung mereka meskipun saat ini mereka terbentur pada konsep dan permodalan.

"Kampung ini sudah dikenal dengan temuan fosil ini, bahkan namanya spontan berubah jadi Kampung Megalodon. Meskipun berada di lahan milik warga perburuan fosil ini lama-lama ada habisnya, kalau misalkan dikelola dengan baik mungkin kita bisa mengabadikan lokasi ini dan mungkin membuat taman fosil purba. Mungkin kalau lebih mantapnya lagi ada dari pemerintah yang datang untuk melakukan penelitian untuk menukuhkan taman fosil tersebut," ujar Eli.

Hal senada diungkap Kades Nanang, ia juga berharap temuan fosil itu bisa diabadikan sebagai warisan untuk anak cucunya kelak.

"Keinginan dan harapan, kami beserta masyarakat Gunungsungging terutama di kampung-kampung tempat ditemukannya benda ini karena ini bentuknya fosil kalau terus-terusan di gali ini akan punah. Jadi akan terputus warisan ke anak cucu ke depan," ungkap Nanang.

"Harapan masyarakat ingin adanya penelitian apakah dulunya disini lautan atau bukan. Kedua tempat juga bisa dijadikan cagar, kemudian jadi wisata edukasi bisa untuk penelitian. Supaya warisan fosil tidak terputus hanya sampai disini," kata Nanang menambahkan.

(sya/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads