Jalan Karanggetas di Kota Cirebon, Jawa Barat, merupakan kawasan pertokoan yang selaku sibuk saat pagi hingga sore hari. Lalu lintas selalu padat. Tapi, di balik keramaian jalan tersebut tersimpan kisah urban legend yang populer.
Ya, Jalan Karanggetas terkenal sebagai kawasan penggugur atau peruntuh jabatan bagi pejabat yang angkuh. Konon, tak sedikit pejabat yang enggan melintas di jalan tersebut. Khususnya, bagi pejabat yang angkuh dan tak jujur.
Filolog asal Cirebon Raffan S Hasyim mengatakan masyarakat masih menyakini mitos tersebut. "Kalau yang merasa benar tidak masalah. Tapi, yang sombong sih banyak tidak berani," kata filolog yang akrab disapa Opan itu kepada detikcom, beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Opan menceritakan mitos tentang Jalan Karanggetas yang mampu menggugurkan jabatan pejabat angkuh itu berawal dari kisah Syekh Magelung Sakit sekitar tahun 1479. Orang sakti mandraguna yang angkuh. Syekh Magelung Sakti merasa tak bisa dikalahkan. Ia menantang siapa saja.
![]() |
Syekh Magelung Sakti pun mencari lawan yang mampu memotong rambutnya. "Lawan-lawannya ini tak berhasil memotong rambutnya (Syekh Magelung Sakti). Semua lawannya ini menggunakan senjata," kata Opan.
Singkat cerita, Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati akhirnya menantang Syekh Magelung Sakti. Sunan Gunung Jati berhasil memotong rambut Syekh Magelung Sakti tanpa senjata. Sunan Gunung Jati hanya menggunakan kedua jarinya untuk memotong rambut Syekh Magelung Sakti. Kejadian tersebut membuat Syekh Magelung Sakti menjadi pengikutnya.
"Sampai sekarang Jalan Karanggetas masih diyakini masyarakat Cirebon mampu meruntuhkan jabatan orang yang sombong," ucap Opan.
Tonton video 'Urban Legend: Menara Saidah dan Rumor Gedung Berhantu':
Tak jauh dari Jalan Karanggetas, tepatnya di RW 02, Kelurahan Kejaksan, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, ada petilasan Syekh Magelung Sakti.
Budayawan Cirebon Jajat Sudrajat menceritakan kisah awal dibangunnya Jalan Karanggetas. Sejatinya, Jalan Karanggetas merupakan salah satu jalan yang dibangun langsung oleh Sunan Gunung Jati.
"Kenapa disakralkan? Karena jalan ini hanya digunakan oleh kerabat dan tamu kesultanan yang ingin ketemu Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Bukan jalan umum," kata Jajat melalui sambungan telepon.
![]() |
Jajat juga menceritakan tentang sayembara terpotongnya rambut Syekh Magelung Sakti. Ia juga mengatakan tak hanya soal jabatan yang runtuh, masyarakat sekitar juga percaya setinggi apapun ilmu seseorang ketika berniat jahat dan melintas di jalan tersebut akan luntur.
Menurutnya, banyak pesan moral yang diambil dari mitos soal Jalan Karanggetas. Keangkuhan atau kesombongan hanya akan merusak diri sendiri. Penyalahgunaan jabatan atau keilmuan untuk niat yang tak baik juga hanya akan merusak kehidupan seseorang.
"Jadi, pesan moralnya itu harus seperti padi. Semakin berisi, semakin rendah hati. Pejabat tidak boleh adigung dan adiguna," kata Jajat.
Baca juga: Sebuah Kamar Hilang di Rumah Pengabdi Setan |
Beringin Tua Angker di Karanggetas
Di sebelah barat Jalan Karanggetas terdapat pohon beringin tua, tepatnya di Jalan Kebon Belimbing Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, dikenal angker. Beringin tua itu berdiri kokoh di pertigaan jalan. Memang terlihat rindang. Namun, menyimpan misteri.
Masyarakat sekitar mengaku sering melihat penampakan di wilayah tersebut. Hal itu dibenarkan oleh Aulia Ulum, Sekretaris RW 04 Pekalangan Utara, Kelurahan Pekalangan. "Benar. Di situ banyak penunggunya (lelembut). Bahkan diyakini sebagai istananya," kata Ulum kepada detikcom.
![]() |
Ulum mengaku sering mendengar cerita masyarakat yang melihat penampakan makhluk halus dengan berbagai rupa, seperti ular bermahkota, harimau dan lainnya. Di samping beringin tua angker itu terdapat makam Kiai Talka.
"Pantangan sih tidak ada. Tapi sampai sekarang tidak boleh ditebang. Ada orang yang pernah lihat ular bermahkota, kemudian ada macan. Banyak lah pokoknya," tutur Ulum.
Ia mengatakan setiap malam kondisi di wilayah tersebut selalu sepi. Sebab, lanjut dia, tak sedikit masyarakat yang enggan melintas. "Kalau siang sih ramai, kan banyak pedagang," ucap Ulum.
Baca juga: Mengupas Misteri Rumah Gurita Bandung |