Ini Biang Kerok Harga Kedelai Meroket di Bandung

Ini Biang Kerok Harga Kedelai Meroket di Bandung

Wisma Putra, Siti Fatimah - detikNews
Rabu, 30 Des 2020 16:24 WIB
Pedagang tahu dan tempe di Bandung perkecil ukuran imbas mahalnya kedelai
Pedagang tahu dan tempe di Bandung (Foto: Wisma Putra)
Bandung -

Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung mengungkap penyebab kenaikan harga kedelai. Salah satunya pasokan yang tertahan.

Kadisdagin Elly Wasilah mengatakan, bahan baku tahu dan tempe yang dijual di pasaran di Kota Bandung ini diimpor langsung dari Amerika.

"Kacang kedelai itu impor dari Amerika. Kejadian ini bukan di Kota Bandung tapi diseluruh wilayah di Indonesia jika, kedelai itu di impor dari Amerika," kata Elly via sambungan telepon, Rabu (30/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, pandemi COVID-19 juga memiliki dampak terhadap kenaikan salah satu bahan pokok ini.

"Karena ada pandemi COVID-19, juga dengan Natal dan Tahun Baru, jadi barang dari Amerika tertahan dan belum masuk ke Indonesia. Jadi, stoknya menipis jadi harga naik," tutur Elly.

ADVERTISEMENT

Elly menyebut, kenaikan harga kedelai ini tembus diangka Rp 2.000 per kilogram.

"Harga naik, yang biasanya Rp 7.200 sekarang mencapai Rp 9.000 perkilogram. Kita tanyakan ke distributor ada gudang kacang Indonesia di Pasirkoja, menyampaikan demikian," jelasnya.

Menurutnya, pemerintah telah melakukan antisipasi dengan mendatangkan kedelai dari Kanada, yang akan sampai di Bandung Bulan Januari 2021 mendatang.

"Antisipasinya, mau masuk dari Kanada pada Tanggal 29 Desember, tapi kemungkinan masuk ke Bandung awal Januari 2021," tambahnya.

Dalam hal ini, pihaknya bergantung kepada pemerintah pusat, karena kebijakan impor ada di pemerintah pusat. "Impor kaya bawang putih, persis selama tidak ada produsi di Indonesia kita cukup berat dan impor itu kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah enggak punya kebijakan. Makannya, solusi dari pemerintah pusat karena yang di Amerika tertahan jadi masuk dari Kanada," pungkasnya.

Tonton video 'Harga Kedelai di Solo Meroket, Perajin Tahu Tempe Menjerit':

[Gambas:Video 20detik]



Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengembangan E-Commerce, Dispangtan Kota Bandung Meiwan Kartiwa mengatakan, kenaikan harga kedelai tersebut berasal dari kedelai impor.

"Iya itu kedelai impor, kekurangan stok (kedelainya)," ujar Meiwan saat dihubungi detikcom, Rabu (30/12/2020).

Lebih lanjut, kedelai impor memang sudah biasa digunakan untuk industri tahu dan tempe karena beberapa faktor dari mulai harganya yang relatif lebih murah dan ukurannya yang merata sehingga menghasilkan tahu dan tempe lebih banyak.

"Kalo untuk industri tahu tempe memang biasanya yang dipakai kedelai impor, karena biasanya ada perbedaan ketika dijadikan tahu atau tempe, biasanya hasilnya lebih banyak dibandingkan dengan kedelai lokal. Kalo kedelai impor itu biasanya ukurannya lebih seragam," jelas Meiwan.

Dia mengatakan, beberapa negara yang berperan sebagai pengimpor kacang kedelai diantaranya Amerika, Canada, dan Amerika Latin. Meiwan menegaskan, harga kedelai naik bisa disebabkan karena stok di negara tersebut berkurang.

"Iya, bisa jadi memang stoknya yang kurang. Kalo enggak salah dari gabungan pengusaha tahu tempe mau menaikan harga tahu sama tempenya (karena harga kedelai naik)," imbuhnya.

Lalu mengapa tidak menggunakan kedelai lokal? Meiwan mengatakan, kedelai lokal selain bentuknya tidak seragam yang berpengaruh pada produksi tahu dan tempe harganya pun lebih mahal yaitu Rp 11.000 per kilogram.

Sebelumnya diberitakan, pedagang tahu dan tempe di pasar Tradisional Gedebage juga mengeluhkan hal yang sama yakni kenaikan harga kedelai. Akhirnya agar usaha tetap berjalan, mereka tidak menaikkan harga melainkan memperkecil ukuran tahu dan tempe.

"Harga tahu tempe di pasaran tergantung besar dan kecilnya. Kalau tempe ada yang Rp 6-10 ribu, tergantung besar kecilnya. Cuman diperkecil barangnya, kalau masalah dinaikan susah, diperkecil isinya, misalkan dari 8 ons jadi 7 ons yang harganya Rp 7 ribu," ujar salah satu pedagang tahu dan tempe di Pasar Tradisional Gedebage Agus Sulaeman (51).

Halaman 2 dari 2
(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads