Surat ajakan mogok produksi dan berjualan itu dikeluarkan oleh Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kota Bandung, Selasa (29/12) kemarin. Surat itu dikeluarkan, akibat tidak terkendalinya harga kedelai.
"Anggota KOPTI Kota Bandung khususnya pengrajin tahu tempe se Bandung Raya, pada umumnya untuk melakukan MOGOK PRODUKSI/MOGOK JUALAN tempe tahu selama tiga hari terhitung sejak tanggal 1 sampai 3 Januari 2020," tulis surat tersebut.
"Dalam MOGOK PRODUKSI/MOGOK JUALAN harus dilakukan secara damai, tidak melakukan tindakan anarkis, tidak melakukan intimidasi, tidak melakukan sweeping, serta senantiasa melakukan koordinasi dengan pengurus KOPTI Kota Bandung," lanjut keterangan di surat tersebut.
Menanggapi hal itu, salah satu pedagang tahu dan tempe di Kota Bandung Agus Sulaeman mengaku tidak mengetahui terkait ajakan mogok tersebut.
"Justru mogok ini mana yang jadi tanggungjawabnya (penanggungjawab) saya tanyakan," kata Agus ditemui di Pasar Tradisional Gedebage, Kota Bandung, Rabu (30/12/2020).
Dia menyatakan saat ini sudah tidak bergabung dengan koperasi. Namun Agus mendapat dua surat ajakan untuk mogok dari KOPTI Kota Bandung dan Paguyuban Pengrajin Tahu dan Tempe Kota Bandung. Surat itu didapatkannya, Kamis (29/12) malam lalu.
"Kurang tahu saya, saya enggak masuk koperasi dan paguyuban. Saya dapat surat ini dari teman-teman," ujarnya.
Agus meminta pemerintah segera turun tangan. Seperti diketahui, saat ini harga kedelai di pasaran yang tadinya Rp 68 ribu menjadi Rp 91 ribu per 10 kilogram atau kemasan.
"Harapan ingin diturunkan lagi, stabil lah, apalagi sekarang lagi pandemi," tuturnya.
Ia menambahkan, jika sebelumnya ajakan mogok produksi dan berjualan dirapatkan dahulu dengan para pedagang. Tapi, sekarang tidak. Maka dari itu, dirinya belum menentukan sikap apakah akan ikut mogok produksi atau berjualan Tanggal 1-3 Januari 2021 mendatang.
"Belum tentu, biasanya harus ada rembukan dulu, langsung demo (mogok produksi), kalau dulu gitu," ujarnya. (wip/mso)