Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) turut memberikan respons terkait pengumuman Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim soal kuliah tatap muka pada Januari 2021.
Ketua BEM-KM Unjani Aziz Dwi Maulidiansyah menegaskan tidak setuju jika kuliah tatap muka dibuka pada 2021. Untuk kuliah kembali di saat COVID-19 belum teratasi secara sepenuhnya, menurut dia, memiliki banyak risiko mulai dari fasilitas pendidikan yang belum mumpuni hingga kurikulum yang tidak terpusat.
"Tidak setuju, karena terlalu terburu-buru. Tidak semua memiliki sarana yang lengkap untuk bisa melaksanakan kuliah secara langsung (sesuai protokol kesehatan)," kata Aziz kepada detikcom, Senin (23/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan pemerintah daerah juga belum tentu setuju dan akan bertanggung jawab terkait kuliah tatap muka 2021. "Pemda-pemda juga belum tentu bisa mengizinkan melihat kondisi sekarang," ujarnya.
Menurut Aziz, tidak bisa pengawasan hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tapi perlu dari elemen lainnya. "Waktu itu kami sempat advokasi ke LL-DIKTI Wilayah IV bahwa lebih baik penegasan untuk dipergunakannya mahasiswa untuk menjadi Satgas COViD-19 di lingkup pendidikan itu juga diperlukan," tutur Aziz.
Simak video 'Nadiem Jelaskan Dampak Negatif Belajar Jarak Jauh Terlalu Lama':
Perihal kurikulum, Aziz mengatakan, ada kegiatan mahasiswa selain materi seperti praktikum dan penelitian yang menyulitkan jika dibuat secara bergiliran. "Sepertinya harus ada penggambaran kurikulum baru karena yang bisa kita lihat Kemendikbud juga menuliskan jadwal-jadwal juga harus bergiliran, otomatis aktifitas juga akan berjalan lebih lama. Sementara jika kurikulum ini masih sama tidak ada penggambaran kurikulum yang terpusat," tuturnya.
"Kita juga sama kan ada praktikumnya ada penelitiannya, tidak hanya berkuliah saja yang diterangkan oleh dosen. Sementara bisa kita tahu jarak harus 1,5 meter, tidak boleh melakukan kontak fisik, dan jadwal harus bergantian, artinya itu akan menempuh waktu yang lebih banyak lagi," Aziz menambahkan.
Bahkan, ujar dia, bisa saja kuliah dua semester tidak akan cukup dalam 12 bulan. "Mungkin 12 bulan juga tidak akan cukup untuk bisa menyelesaikan dua semester ini. Saya rasa harus ada penggambaran kurikulum yang baru untuk bisa mencoba terobosan dari Kemendikbud mau melaksanakan aktivitas belajar-mengajar secara langsung," ujar Aziz.