Pemprov Jabar mengambil ancang-ancang untuk mengantisipasi libur Natal dan Tahun Baru akhir Desember 2020 mendatang. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta pemkab dan pemkot di Jabar merancang sistem pencegahan terintegrasi di tempat-tempat wisata dan pintu masuk daerah.
"Hati-hati dan perbaiki (protokol kesehatan dan pembatasan pengunjung wisata), karena libur panjang akan hadir di bulan Desember," ujar Ridwan Kamil dalam keterangan resminya, usai rapat bersama Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan, Jumat (13/11/2020).
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengatakan kasus baru COVID-19 bertambah sebagai dampak libur panjang pada akhir November lalu. Tetapi jumlahnya, tak setinggi liburan panjang Agustus 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menandakan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) dan pembatasan di destinasi wisata itu dilakukan dengan baik," ujar Emil.
Sekadar diketahui, dari belasan ribu wisatawan yang diperiksa acak. 700-an orang reaktif dalam rapid test, dan hanya lima orang yang terkonfirmasi COVID-19.
Menurut Emil, provinsi dengan banyak destinasi wisata seperti Jabar memang berisiko ada kenaikan kasus COVID-19 terutama di masa libur panjang. "Dan memang risiko tinggi ada di kita karena penerbangan orang jarang. Sekarang orang berwisata naik sepeda motor atau mobil, dan orang Jakarta mayoritas larinya ke Jabar," kata Emil.
Menko Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membenarkan pascalibur panjang memang terjadi kenaikan kasus terkonfirmasi COVID-19, namun tidak setinggi libur panjang sebelumnya.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Marves per 11 November 2020, kontribusi provinsi pada mortalitas nasional dua minggu pascalibur panjang Oktober di delapan dan lima provinsi mengalami penurunan, apabila dibandingkan dua minggu pasca-libur panjang Agustus.
Per 9-15 September kontribusi nasional terhadap penambahan kasus di delapan provinsi mencapai 77,8 persen, dan lima provinsi 13,4 persen. Sementara hampir dua minggu setelah libur panjang akhir Oktober penambahan kasus di delapan provinsi mencapai 63,4 persen dan lima provinsi 14,4 persen.
"Kalau kita lihat per 11 November total kasus terjadi kenaikan cukup banyak juga, tapi tidak sebanyak pada libur panjang bulan Agustus. Saya kira cukup berhasil juga teman-teman sekalian melakukan penanganan ini, karena sudah mau dua minggu (pascalibur panjang)," tutur Luhut dalam rapat tersebut.
Laporan Operasi Yustisi 3M Menurun di Jabar
Jumlah laporan operasi yustisi 3M di Jabar menurun 16 persen dari asalnya 160,9 ribu menjadi 135 ribu, sehingga wajar ada peningkatan kasus positif hingga 41 persen. Jabar menempati urutan kedua peningkatan kasus positif pascalibur panjang di bawah Jateng (49 persen), di atas DKI Jakarta (14 persen), dan Jatim (5 persen).
Namun, hingga hari ini tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit di keempat provinsi tersebut cukup terkendali yakni di bawah 65 persen. Untuk itu, mengingat masih ada potensi peningkatan jumlah kasus dalam beberapa minggu mendatang, Luhut meminta para kepala daerah memastikan ketersediaan ruang ICU dan tempat isolasi terpusat.
"Dirjen Yankes, Dirjen Farmalkes (Kementerian Kesehatan RI) mohon pastikan ketersediaan obat dan alat di rumah sakit rujukan agar angka kematian dapat ditekan," kata Luhut.
Selain itu, untuk menekan terjadinya penularan di dalam rumah, Pemerintah Daerah (pemda) juga perlu terus mendorong penggunaan fasilitas isolasi terpusat bagi pasien bergejala ringan atau tidak bergejala. Luhut meminta Kementerian Kesehatan menyusun pedoman tertulis tentang isolasi terpusat yang dapat diikuti oleh pemda.
"Perlu dilakukan testing dan tracing yang tepat sasaran berdasarkan analisis kluster untuk secepatnya memutus mata rantai penularan COVID-19," ujar Luhut.