Garut -
Kursi roda kini menemani Sersan Mayor (Purn) AE Syamsudin (83) karena sudah tak kuat untuk berjalan. Badan kekar yang dulu berdiri tegap kini mulai ringkih dimakan usia.
Meski begitu, dia tampak masih bersemangat kala berbincang dengan detikcom, Selasa (10/11/2020). Adrenalinnya terpacu saat menceritakan pengabdiannya menjadi tentara di masa pasca kemerdekaan dulu.
Berbagai operasi diikuti kakek yang akrab disapa Bah Udin ini. Mulai dari ikut kontingen Pasukan Perdamaian Dunia dari Indonesia, Garuda, PRRI, Dwi Kora hingga operasi penumpasan PKI dan DI/TII.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang paling dia kenang adalah saat ikut Operasi Pagar Betis di tatar Pasundan untuk mengepung pimpinan DI/TII Kartosoewirjo dan gerombolannya.
"Waktu itu kita dapat perintah untuk melakukan penumpasan DI/TII pimpinan Kartosoewirjo di Jawa Barat. Dulu mereka dikenal masyarakat di sini sebagai gorombolan," kata Bah Udin, Selasa (10/11/2020).
Operasi itu, kata Bah Udin, berlangsung pada tahun 60-an. Setelah menjalani misi berbulan-bulan pasukan akhirnya berhasil mengepung basis gorombolan dan menangkap sang pentolan, Kartosoewirjo.
"Itu dikepung di sekitar Gunung Geber. Sekitaran perbatasan Majalaya-Garut di gunung lah," katanya.
'Dibegal' di Gurun Pasir
Perjalanan karir Bah Udin jadi tentara tak berhenti sampai di situ. Tahun 70-an dia yang kala itu berdinas di Yonif Linud 305/Tengkorak yang dulu masih bermarkas di Tarogong, Garut, diberangkatkan menuju Timur Tengah. Udin dan kolega tergabung dalam Kontingen Garuda VIII/2 yang dipimpin Kolonel Inf. Gunawan Wibisono saat itu.
Udin dan rekan-rekan menghabiskan waktu satu tahun untuk menjaga perdamaian di kawasan Suez, perbatasan antara Mesir dan Israel kala itu.
Tidak banyak memori yang dia ingat saat bertugas di sana. Namun, satu komandan yang dia hafal betul adalah Fachrul Razi, Menteri Agama RI saat ini yang dulu masih berpangkat Letnan Satu.
Selain itu, Bah Udin punya satu cerita menarik kala itu. Di suatu siang yang terik di tengah padang pasir, dia 'dibegal' sekumpulan warga lokal.
"Ceritanya dulu kita patroli tuh jaga perbatasan. Pas masuk perkampungan, ada beberapa sana yang malah ngalangin. Dikira mau dibegal, ternyata mereka minta rokok. 'cigarette.....cigarette please," begitu kata Udin menirukan ucapan 'begal' tersebut.
Udin mengaku dia dan teman-temannya hanya tertawa saat itu. Sebab, kejadian tersebut dialami tak lama setelah mereka pertama menginjakan kaki di sana.
"Tapi akhirnya kita sangat akrab dengan warga di sana. Bahkan kita mau pulang saja mereka menangis," ujar Udin.
Gaji Ditilap Paman Sendiri
Pahit-manis kehidupan telah dia lakoni selama menjadi seorang serdadu. Termasuk, satu hal yang masih dia sesali hingga hari ini.
Udin mengaku pernah punya pengalaman pahit. Saat itu, di akhir tahun 50-an, kata Udin, dia ikut Operasi Penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera.
Bapak 9 anak yang kala itu masih bujang mengaku ingin fokus dalam bertugas. Dia kemudian menyerahkan seluruh gaji dan uang saku kepada seorang anggota keluarganya.
Gaji itu diberikan kepada seorang pria yang disebutnya sebagai paman hingga satu tahun lamanya. Apes, gaji dan uang saku hasil dia mengabdi ternyata habis dimakan orang yang dia percaya.
"Pas saya tanya ya dia gak jawab apa-apa. Padahal dia paman saya. Uang saku itu dulu Rp 200. Jangan ditanya, beli emas aja dulu cuman Rp 50 satu gram," ujar Bah Udin.
Bah Udin mengaku, hal tersebut masih mengganjal dalam hati hingga kini. Meskipun sudah mengikhlaskan, dia mengaku sedih saat mengingat hal tersebut.
"Saya sedih kalau ingat perjuangannya, saya bertempur di medan perang, hampir mati diserempet peluru, teman saya ada yang meninggal kena ranjau di depan mata saya. Tapi masih ada yang tidak menghargai itu sampai tega mengambil hasil jerih payahnya," katanya.
Di usia senjanya, Udin kini tinggal di sebuah rumah sederhana peninggalan orang tuanya di kawasan Babakan Loa, Tarogong Kidul, Garut. Sepeninggal istri pertama, Dede, dia kini hidup ditemani istri kedua dan anak-anaknya.
Di momen Hari Pahlawan ini, Udin berpesan agar pahlawan yang membela bangsa dan tanah air lebih dihargai. Dia mengaku miris melihat beberapa koleganya dulu yang hidup susah sekarang.
"Kita dulu perang untuk menjaga kemerdekaan dari yang ingin merebut. Generasi muda sekarang harus berperang melawan ego masing-masing dan bersatu demi negara," tutup Udin.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini