Kehebohan terjadi setelah dua video berdurasi 31 dan 35 detik tersebar di aplikasi perpesanan. Video itu berisi pria diamuk massa. Isu penusukan dan pembunuhan ustaz yang mengiringi video tersebut.
Namun isu itu segera dibantah warga. Tidak ada peristiwa seperti yang diisukan tersebut. Polisi juga bertindak cepat, meredam, mengumpulkan informasi dan mendistribusikannya melalui media sosial dan aplikasi perpesanan. Polisi minta tidak ada hoaks seiring tersebarnya video tersebut. Menurut mereka kasus itu terjadi murni karena kesalahpahaman.
"Betul tiba-tiba ada isu (penusukan) itu, tapi sampai saat ini tidak ada ustaz yang terluka. Kejadiannya juga tidak jelas, tidak ada pembunuhan dan tidak ada penusukan," kata Sengseng, warga setempat, kepada wartawan di lokasi kejadian, Rabu (30/9) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sengseng juga tidak menyangka video kejadian itu bisa cepat tersebar dibumbui dengan kabar adanya penusukan ustaz. Ia mendapat kabar salah satu dari dua pria itu dalam keadaan sakit dan menurut kabar dari orang tuanya mereka mencari ustaz untuk berobat. Namun entah dari mana awalnya, ada isu lain yang memanaskan situasi di daerah tersebut.
"Sampai sana ada isu lain jadi ramai. Padahal tidak ada masalah apa-apa. Jadi isu ramai saja, tersebar isu pembunuhan penusukan ustaz itu bohong. Hanya isu. Kebetulan orang itu menurut orang tuanya kurang sehat, sempat dihakimi massa dibawa ke polsek diamankan ke polres," tutur Sengseng.
Melontarkan Kalimat Kasar
Informasi juga diperoleh dari saksi, kedua pria tersebut sempat melontarkan kalimat kasar usai ditanya soal alamat yang dituju. Kalimat 'cicing sia' yang berarti 'diam kamu' diteriakkan keduanya kepada warga. Ulah pemuda kembar itu memicu kemarahan sejumlah warga di kampung tersebut.
"Saya mau masuk masjid, dia nanya ustaz yang bisa mengobati. Kemudian dia bertanya lagi menanyakan salah satu ustaz yang bisa mengobati penyakit yang mereka derita. Lalu saya antar ke rumah ustaz, kebetulan, pemikiran saya di sini memang ada ustaz yang bisa mengobati," kata salah seorang warga, Dudi Supriyadi.
Tiba di kediaman rumah ustaz yang dimaksud, ternyata ustaz tersebut tidak berada di tempat. Sampai kemudian Dudi terlibat percakapan dengan keduanya. Saat itulah terlontar kalimat yang disebut Dudi kasar.
"Sampai di sana pak ustaznya tidak ada di rumah, lalu terjadi dialog antara saya dengan pelaku di situlah pelaku mengeluarkan kata-kata kasar kepada saya. Pemikiran saya berubah, ini tamu sepertinya kok seperti ini bahasanya. Saya tanya, 'dari mana?'. Dia jawab, 'dari Warungceri'. Ketika saya tanya lagi, dia jawab, 'cicing sia'," ujar Dudi.
Dudi mengajak kembar itu keluar dari rumah ustaz karena merasa ada yang janggal. Ternyata di luar rumah ustaz tersebut sudah berkumpul pemuda. Saat ditanya oleh para pemuda, si kembar kembali melontarkan kalimat yang sama dengan nada seolah membentak.
"Pemuda tersulut emosi, pelaku berjalan meninggalkan lokasi, diikuti oleh pemuda. Si pelaku lari, terjadi kejar-kejaran sampai terjadi pemukulan," kata Dudi.
Polisi Turun Tangan
Kapolres Sukabumi AKBP Lukman Syarif berharap video itu tidak dimanfaatkan orang-orang tidak bertanggung jawab untuk memprovokasi situasi. Ia meminta warga untuk mengecek kebenaran sebuah informasi sebelum menyebarkannya.
"Imbauan kepada masyarakat tidak ada lagi berita yang simpang siur atau masyarakat mempercayai begitu saja berita yang belum dipastikan kebenarannya. Kita cross check dulu jangan sampai nanti ada hal yang tidak diinginkan, karena beritanya salah sehingga reaksinya pun salah," kata Lukman.
![]() |
Lukman lantas memaparkan peristiwa tersebut secara utuh. Dua pria kembar itu diketahui bernama Yaman dan Yamin. Keduanya berusia 26 tahun. Mereka sengaja datang ke lokasi untuk mencari ustaz yang bisa melakukan pengobatan alternatif.
"Adapun awalnya dua orang pemuda tersebut datang ke daerah Kampung Susukan dan mencari ustaz yang bisa mengobati yang ada di lingkungan tersebut. Kemudian diarahkan oleh warga sekitar ke rumah ustaz Engkus," ucap Lukman.
Setiba di kediaman ustaz tersebut, Yaman-Yamin kemudian masuk ke rumah ustaz diantarkan oleh seorang warga yang juga ketua DKM masjid setempat. Saat itu ustaz yang dimaksud tidak ada ditempat. Perselisihan kemudian terjadi, saat warga menanyakan maksud dan tujuan kedua pria tersebut.
"Saat ditanya oleh warga tujuan dan maksud dua orang tersebut menemui ustaz Engkus, mereka menjawab dengan nada dan kata-kata yang tidak enak. Setelah itu, karena warga merasa curiga, dua orang tersebut dibawa keluar rumah. Datang santri dan ditanyakan kembali, namun dua orang tersebut menjawab dengan kata yang tidak enak," ucap Lukman.