Marwan Hamami merupakan calon bupati Sukabumi terkaya yang tercatat dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Pria yang berstatus petahana di Pilbup Sukabumi 2020 itu tercatat dalam laporan periodik pada 31 Desember 2019 memiliki harta kekayaan sebesar Rp 50.480.410.198.
Meskipun begitu, dari data LHKPN, perbandingan pada 2015, Marwan memiliki harta kekayaan sebesar Rp 61.529.104.059. Selama lima tahun menjabat bupati Sukabumi hartanya berkurang atau menyusut sebesar Rp 11.048.693.861.
"Jadi kalau lihat dari posisi aset yang dimiliki sebenarnya memang berkurang, bukan karena nilai asetnya berkurang sebenarnya. Kalau dari asetnya malah justru naik. Namun kalau dilihat dari perubahan nilai aset dari pertama saya nyalon pada 2005 itu seharusnya menjadi besar lagi kalau dilihat dari nilai aset," kata Marwan saat ditemui detikcom, Senin (28/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marwan pernah menjabat sebagai wakil bupati Sukabumi pada periode 2005 - 2010 mendampingi Bupati Sukabumi Sukmawijaya. Pada 2015, Marwan kembali maju berpasangan dengan Adjo Sardjono dan menjabat untuk periode 2016-2021.
Marwan menyebut hampir semua asetnya berada di lokasi strategis. Sepanjang perjalanan menjabat sebagai kepala daerah, banyak aset yang ia lepas untuk menutupi beberapa kegiatan mendesak yang memerlukan penanganan cepat. Tidak hanya dengan kepentingannya sebagai bupati, tapi juga kepentingan sang istri, Yani Jatnika, yang menjabat ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi.
"Ya, jadi saya ketika berbicara tentang kebijakan pemerintah daerah, kalau misalnya harus mempercepat anggaran, membiayai suatu persoalan itu kan sulit, perlu waktu. Misalnya kegiatan bencana atau juga penanganan trafficking, KDRT, terutama yang aktif si ibu (istri), ini memberikan bantuan. Itu jarang bisa dibiayai oleh pemerintah daerah karena proses birokrasi," tutur Marwan.
"Contoh misalnya kalau ada (kasus) trafficking masyarakat Sukabumi menjadi korban atau objek trafficking dan tiba-tiba ada di Batam, seharusnya ini menjadi tanggung jawab pemerintah. Tetapi karena keluarga berharap percepatan untuk menanggulangi, akhirnya ibu ini bergerak, baik untuk persoalan pembiayaan atau bagaimana proses penanganan dilakukan cepat. Akhirnya kita biayai sendiri," dia menambahkan.
Baca juga: Saat Tiga Cabup Sukabumi Memaknai Nomor Urut |
Marwan juga mencontohkan saat penanganan COVID-19. Saat itu banyak warga yang terdampak, ia kemudian inisiasi menyebar bantuan pribadi ditambah bantuan dari perusahaan keluarga untuk masyarakat.
"Untuk COVID-19 itu betul-betul tercatat anggarannya, bukan anggaran dari pemerintah daerah dan itu bisa di buktikan. Jadi bagi kita sebetulnya tidak menjadi beban. Karena ini bagi saya dan keluarga, bukan menolong mereka sebenarnya, tapi menolong diri saya dan keluarga sendiri. Ketika uang atau harta itu diserahkan kepada mereka yang membutuhkan untuk bisa membebaskan beban-beban harta ini supaya tidak dipertanyakan di yaumul akhir," tuturnya.
Sebagai sosok kepala daerah, Marwan mengaku jabatan itu sebagai jembatan untuk melakukan kebaikan. Marwan sendiri dibesarkan dari keluarga pengusaha ternama di Sukabumi yaitu Hamami Drajat. Adik Marwan, Andri Hamami juga memegang jabatan wakil wali kota Sukabumi.
"Saya ditempa keras oleh orang tua saya. Diajarkan untuk memiliki sifat berbagi sejak dulu. Ketika diberi amanah sudah tahu gaji bupati berapa, tunjangan berapa. Bisa saja mungkin kalau saya mempunyai niat tidak bener itu, ditutupilah oleh anggaran belanja daerah dengan meminta misalnya persentase dari kegiatan proyek atau apapun. Itu tidak ingin saya lakukan," ucap Marwan.