Mimi Rasinah, Energi Pelestarian Seni

Mimi Rasinah, Energi Pelestarian Seni

Sudirman Wamad - detikNews
Sabtu, 26 Sep 2020 14:41 WIB
Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah
Dua murid Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah sedang belajar tari. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom)
Indramayu -

Rasinah, legenda tari topeng di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Sudah satu dekade Rasinah tiada. Di balik namanya yang fenomenal, Rasinah adalah simbol pelestarian seni dan emansipasi.

Sebelum mangkat, Rasinah telah mewariskan ilmunya ke anak dan cucunya. Nama Rasinah dijadikan sebagai, nama sanggar tari yang dikelola cucunya, yakni Sanggar Tari Mimi Rasinah. Kata 'Mimi' dalam bahasa Indramayu memiliki arti Ibu.

Sanggar Mimi Rasinah di Desa Pekandangan, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Persis di samping kompleks pemakaman umum desa setempat. Sekitar 100 meter dari Jalan Raya Suta Jaya Pekandangan Indramayu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat detikcom mengunjungi Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, Aerli salah seorang cucu Rasinah, tengah sibuk mengajar dua murid didiknya. Aerli adalah pewaris ke-11 tari topeng.

"Mimi Rasinah adalah pewaris ke-9. Ibu saya, Mimi Wacih yang ke-10. Sekarang saya dan cucu-cucunya yang meneruskan perjuangan Mimi (Rasinah)," kata Aerli seusai mengajar tari di Sanggar Mimi Rasinah, Jumat 25 September 2020.

ADVERTISEMENT
Sanggar Tari Topeng Mimi RasinahAerli, cucu Mimi Rasinah. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom)

Darah dan air mata menjadi bagian pelestarian topeng gaya Indramayu. Aerli menceritakan perjuangan keluarganya melestarikan tari topeng. Rasinah lahir pada 1930, anak dari pasangan suami-istri, Lastra dan Sarminah.

Lastra adalah penari topeng bergaya Indramayu. Sedangkan, istrinya seorang penari ronggeng. Di tahun Indonesia merdeka, tari topeng sempat berjaya. Keluarga penari ini sibuk memenuhi undangan tanggapan. Saat itu Rasinah telah dipersunting oleh Amat, suami kedua Rasinah.

"Mimi itu dua yang saya tahu dua kali menikah. Suami yang pertama meninggal dunia," ucap Aerli.

Musibah menghantam keluarga Rasinah saat tari topeng berjaya. Ayahnya, Lastra meninggal dunia. Lasmiyati dalam buku 'Rasminah:Maestro Tari Topeng Indramayu' (2013:481), menyebutkan pada agresi militer kedua 1947, Lastra mendapat tuduhan sebagai mata-mata. Lastra dianggap membahayakan bagi tentara sekutu. Ia pun tewas ditembak Belanda.

Menurut Aerli, Rasinah menyaksikan kekejaman detik-detik ayahnya dihantam peluru penjajah hingga menghembuskan napas terakhir. "Waktu itu katanya sedang ada pementasan. Belanda datang, kemudian bubar. Bapaknya Mimi waktu berusaha menyembunyikan topengnya ke dalam baju. Mungkin Belanda ini berpikir menyembunyikan sesuatu, akhirnya ditembak. Mimi ada di situ," tutur Aerli sembari mempraktikkan adegan menyembunyikan topeng di dalam baju.

Kejadian berdarah itu tak membuat Rasinah trauma. Ia tetap menari demi ekonomi. Suaminya, Amat menggantikan posisi Lastra sebagai pimpinan kelompok tari topeng. Tahun demi tahun berjalan. Namun, kejayaan tari topeng mulai meredup. Pada 1970, Amat memilih menjual seluruh perlengkapan tari topeng untuk mendirikan grup sandiwara.

"Nama grup sandiwaranya Harem Sari. Sejak itu Mimi tidak menari topeng lagi. Waktu itu kondisi memang sulit, Mimi sempat jadi penjual gorengan, pengasuh, apa saja dikerjakan," ujar Aerli.

Bapaknya Mimi waktu berusaha menyembunyikan topengnya ke dalam baju. Mungkin Belanda ini berpikir menyembunyikan sesuatu, akhirnya ditembak.Aerli, cucu Rasinah

Keputusan Amat itu membuat grup sandiwara mengakibatkan tari topeng tak jadi prioritas. Tari topeng waktu itu sempat mati suri. Rasinah memilih menggantungkan selendangnya, tak menari topeng selama 20 tahun lebih.

"Mimi hanya mengajar tari kreasi, sudah tidak mentas lagi waktu itu," ucap Aerli.

Amat menghembuskan napas terakhirnya menjelang tari topeng kembali berjaya. Tepatnya pada 1994, Aerli menceritakan dua seniman bernama Endo Suanda dan Toto Amsar bertamu ke rumah Rasinah. Kondisi rumahnya memprihatinkan. Kondisi ekonomi Rasinah terpuruk.

Perjumpaan Endo dan Toto di rumah Rasinah itu menjadi permulaan bangkitnya tari topeng gaya Indramayu yang sempat mati suri. Endo dan Toto merayu Rasinah untuk kembali menari. Rasinah melayangkan sejumlah persyaratan saat diminta kembali menari topeng, salah satunya ingin dibelikan gigi palsu. Sebab usianya Rasinah tak lagi muda. Giginya ompong. Kulitnya tak lagi mulus.

"Nggak bisa pakai topeng kalau tidak ada giginya. Cara memakai topeng harus digigit. Sampai dibelikan gigi palsu sama Pak Endo dan Toto," kata Aerli sembari menunjukkan bagian di dalam topeng yang harus digigit saat menari.

Endo dan Toto mengakui kepiawaian Rasinah. Ketiga seniman ini akhirnya bersekutu. Rasinah kembali berjaya. Topeng menghantar Rasinah keliling dunia.

"Rumah dan sanggarnya Mimi dulu itu sempat ambruk. Susah pokoknya. Alhamdulillah mulai bangkit kembali. Tahun 1999, Mimi mulai tampil ke luar negeri di ajak Pak Endo. Mimi terus keliling sampai tahun 2005," ucap Aerli.

Sang Pewaris

Rasinah menobatkan Aerli sebagai pewarisnya pada 2008. Dua tahun setelah itu, Rasinah mangkat. Mendiang Rasinah dimakamkan di pemakaman umum setempat. Lokasinya persis di samping Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah yang dikelola cucunya itu.

Aerli adalah anak ketiga dari lima bersaudara pasangan, Wacih dan Taryani. Wacih merupakan anak semata wayang Rasinah. Aerli bersama empat cucu Rasinah lainnya sepakat membangun sanggar. Perjuangan Aerli memang berbeda dengan Rasinah. Cucu Rasinah lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung itu dihadapkan dengan gempuran seni modern.

Aerli bertugas sebagai tokoh utama, ikon pewaris topeng Rasinah. Sedangkan, empat cucu Rasinah bertugas di bidang yang lain, ada yang menjadi ketua Yayasan Sanggar Mimi Rasinah, penanggung jawab musik pementasan dan manajemen.

"Ada juga yang memilih jadi karyawan bank. Tapi tidak masalah. Tetap membantu kami. Kami lebih mengedepankan manajemen sanggar," katanya.

Aerli juga melibatkan suaminya, Ade Jayani. Ade bertugas sebagai konseptor pementasan. Ade satu almamater dengan Aerli. Pola manajemen sanggar berhasil melanjutkan perjuangan Rasinah.

"Setiap tahun selalu ada jadwal pementasan ke luar negeri. Pementasan rutin juga ada. Murid-murid pun semakin banyak, ratusan yang aktif," ucap Aerli.

Pejuang Emansipasi

Rasinah tak hanya menginspirasi dalam bidang kesenian. Di balik gerakan tariannya yang luwes, ternyata Rasinah merupakan tokoh inspirasi emansipasi bagi Aerli. Saat masih belia, Rasinah sempat menyembunyikan identitasnya demi bisa menari topeng.

Rasinah mantap memilih topeng. Padahal, dikatakan Aerli, biasanya perempuan diarahkan untuk menari ronggeng. Sebab Rasinah mewarisi darah seni tari ronggeng dari ibunya, Sarminah.

"Mimi itu ingin menjaga kehormatannya. Karena, zaman dulu kan tari ronggeng itu identik dengan tarian penggoda laki-laki. Waktu itu juga penari topeng itu mayoritas laki-laki. Ya bisa dibilang emansipasi. Mimi memilih tari topeng. Mimi berhasil memperjuangkan apa yang diyakininya," tutur Aerli.

Rasinah mengajarkan banyak hal kepada cucu-cucunya. Berjuang untuk keluar dari jerat kemiskinan. "Mimi itu perempuan hebat," ucap Aerli sembari tersenyum.

Aerli mengamalkan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan neneknya. Aerli pun berhasil menyabet sejumlah piala dan mendapat gelar wanita inspiratif.

Sanggar Tari Topeng Mimi RasinahDua murid Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah sedang belajar tari. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom)

Pewaris tari topeng Rasinah ini rupanya sempat mengalami masa kelam saat masih bocah. Tubuhnya rusak karena ledakan petasan. Aerli minder untuk bergaul.

"Waktu itu saya masih kecil. Ikut pementasan di sandiwara milik suami Mimi. Saat menari di atas panggung, ternyata ada percikan api yang menyulut ke sumbu petasan. Persis di depan saya," ujar Aerli sembari berkaca-kaca.

"Saya dirawat di rumah sakit. Keluarga sudah pasrah. Alhamdulillah, saya bisa bertahan. Memang cacat. Kulit saya rusak," kata Aerli menunjukkan bekas luka akibat ledakan petasan.

Kejadian itu tak membuat Aerli trauma. Sama seperti neneknya yang melihat kejadian beradarah menewaskan Lastra. Aerli tetap memilih berkesenian setelah sembuh. Hingga akhirnya bisa melanjutkan perjuangan Rasinah.

Ade Jayani, suami Aerli, mengaku masih banyak belajar untuk bisa menjadi seperti Rasinah. Ade adalah dalang di balik pembaruan pementasan tari topeng.

"Kita selalu belajar, terus belajar. Kami dulu pernah disuruh pementasan ke Jepang. Kami tidak membawa penari-penari dewasa, kami sengaja membawa penari anak-anak. Di sana disambut meriah," ucap Ade.

Pandemi dan Rekor MURI

Perjuangan Aerli kembali diuji. Karena pandemi, pementasan tari sepi. Padahal, tahun ini Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah mendapat panggilan ke Jepang. Aerli legawa. Namun ia tetap fokus mengajar murid-muridnya.

Aerli tak ingin seni tari topeng kembali mati suri. PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field dan Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah berkolaborasi, yaitu menggelar panggung virtual bertema "Geliat Seni Bersama Pertamina EP di Masa Pandemi COVID-19". Pertamina membantu agar seniman tetap berkreasi. Seni tetap lestari di tengah pandemi.

"Kami dengan Pertamina EP Asset 3 Jatibarang menggelar 10 kali pertunjukan virtual. Alhamdulillah respon penontonnya bagus," ucap Aerli.

Aerli melibatkan seniman lainnya yang terdampak pandemi. Menurut Aerli, seniman harus saling membantu agar seni tetap lestari. "Kami rangkul semua. Sekarang manggung di layar handphone. Tapi tetap menjaga kualitas. Karena kunci untuk melestarikan seni adalah kesungguhan," ujarnya.

Sanggar Tari Topeng Mimi RasinahSanggar Tari Topeng Mimi Rasinah. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom)

Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah dan Pertamina juga tengah menyusun agenda besar. Membuat sejarah di Museum Rekor Indonesia (MURI). Aerli sibuk menyiapkan bahan ajar atau demonstrasi tari topeng untuk ribuan siswa di Indramayu.

"Misi kita dan Pertamina sama, melestarikan seni dan budaya. Kita akan libatkan ribuan siswa Indramayu menari tanpa harus ada kerumunan. Bahan ajar nanti dibagikan secara virtual," kata Aerli.

Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah merupakan binaan Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field. Aerli tak menampik, bantuan Pertamina untuk ikut mengembangkan sanggar dan melestarikan seni berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar.

"Sanggar sudah berkembang. Murid-murid makin banyak yang latihan. Akhirnya, pedagang kecil ikut kena dampak positifnya. Banyak yang jajan di warung-warung sekitar sanggar, ada juga pedagang keliling yang mampir. Sekarang memang sepi, karena pandemi," tutur Aerli.

Sementara itu, KS-CSR Staff Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field Devanty Puri mengatakan selain rencana mencatatkan MURI dan panggung virtual, pihaknya menyalurkan lima program pembinaan. "Pertama ada edukasi ke sekolah-sekolah untuk latihan tari dan gamelan. Kegiatan ini 10 kali pertemuan, sudah dilakukan sejak 2016," ucap Puri kepada detikcom.

"Peningkatan kapasitas pengajar tari juga kita lakukan. Renovasi dan penambahan sarana sanggar. Pembinaan yang mengarah ke peningkatan ekonomi juga, membangun galeri seni untuk menjual produk kesenian," kata Devanty menambahkan.

Pertamina tak hanya piawai mengelola energi negeri. Pertamina mampu membangkitkan pelestarian seni dan budaya. Membina Sanggar Tari Topeng Rasinah sebagai sumber energi pelestarian seni di Indramayu.

Halaman 2 dari 5
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads