Taman Air Goa Sunyaragi, destinasi wisata unggulan di Kota Cirebon, Jawa Barat. Gua Sunyaragi adalah situs bersejarah di Kota Cirebon.
Menurut catatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jabar, luas Taman Air Gua Sunyaragi sekitar 15.000 meter persegi. Pemandangan di Taman Gua Sunyaragi memanjakan wisatawan. Terdapat sejumlah titik favorit untuk berswafoto.
Di Taman Gua Sunyaragi terdapat sejumlah gua, seperti Gua Argajumut, Gua Peteng, Gua Pawon dan lainnya. Masing-masing gua memiliki makna sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangunan Taman Air Gua Sunyaragi didominasi dengan motif wedasan dan mega mendung. Bentuknya menyerupai batu karang. Unik. Dua motif ini sering kita lihat dalam batik khas Cirebon.
Situs resmi Disbudpar Jabar menyebutkan Taman Air Gua Sunyaragi memiliki nama lain, yakni Taman Klangenan atau Taman Sari. Gua Sunyaragi dibangun untuk tempat pertapaan atau menyepi. Kata Sunya bermakna sunyi, sedangkan Ragi bermakna raga.
Tak hanya menyuguhkan bangunan berbentuk batu karang. Di Taman Air Gua Sunyaragi juga terdapat sejumlah bangunan berbentuk joglo.
Sementara itu, dalam papan informasi di Taman Air Goa Sunyaragi yang bersumber dari Carub Kandha menyebutkan, Taman Air Gua Sunyaragi dibangun karena Pesanggrahan Nur Giri Saptarengga berubah fungsi menjadi tempat pemakaman raja atau sultan, yang saat ini dikenal sebagai Astana Gunung Sembung.
Sekadar diketahui Astana Gunung Sembung menjadi salah satu wisata religi. Setiap harinya selalu dibanjiri para peziarah. Astana Gunung Sembung juga dikenal sebagai kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati.
Salah satu cicit Sunan Gunung Jati, Pangeran Emas Zainul Arifin berinisiatif membangun pesanggrahan baru atau Gua Sunyaragi untuk menggantikan Nur Giri Saptarengga. Pangeran Emas Zainul Arifin kemudian berdiskusi dengan Raden Sepat yang berasal dari Kerajaan Demak. Keduanya sepakat menunjuk Pangeran Losari sebagai arsitek untuk membangun Taman Air Gua Sunyaragi. Dalam catatan tersebut, pembangunan Taman Air Gua Sunyaragi dilakukan sekitar abad 16.
Dalam catatan lain menyebutkan Taman Air Gua Sunyaragi sempat mengalami pemugaran beberapa kali. Sekitar tahun 1787, Belanda sempat merusak situs tersebut. Hingga akhirnya pada 1852 mengalami pemugaran. Waktu itu, Taman Air Sunyaragi sempat menjadi benteng pertahanan melawan kolonial.
Pemugaran juga terjadi pada 1937-1938 oleh pemerintah kolonial Belanda. Pemugaran fokus pada penguatan konstruksi, yakni dengan menambah pilar utama. Pemugaran juga dilakukan oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala, Dirjen Kebudayaan pada 1976 hingga 1984.
detikcom juga menelusuri foto-foto lawas Taman Air Gua Sunyaragi yang menjadi koleksi digital Perpustakaan Universiteit Leiden. Foto lawas itu menampilkan Taman Air Goa Sunyaragi sekitar tahun 1930 hingga 1940.
Foto lawas yang pertama menampilkan potret sejumlah perempuan yang berada di Goa Argajumut di Taman Air Goa Sunyaragi. Bangunan Goa Argajumut terlihat kurang rapi dibandingkan sekarang.
Kemudian, foto lainnya menampilkan wajah Gua Peteng. Salah seorang laki-laki berada di atas Gua Peteng. Secara kasat mata, kondisi secara keseluruhan masih terlihat sama dengan saat ini.
Ada juga foto Gua Peteng dari sudut pengambilan gambar yang beda. Persamaannya ada seorang laki-laki di bangunan yang berada di atas Goa Peteng.
Kemudian, foto keempat adalah yang diambil dari sudut sama juga. Bedanya, foto tersebut menampilkan aktivitas sejumlah orang di joglo yang berada di tengah kompleks Gua Sunyaragi.
Dalam foto lawas itu tak terlihat adanya pagar yang mengelilingi Taman Air Gua Sunyaragi. Saat ini, kondisi Gua Sunyaragi lebih rapi. Dibangun sejumlah taman bunga. Ada juga wahana, seperti flying fox, sepeda dan lainnya.