Kemudian adalah menyiapkan rambu-rambu evakuasi sepanjang pantai selatan, seperti di Pangandaran. Walau begitu, ujar Dani, jalur evakuasi akan tetap dievaluasi secara periodik. "Memang rambu ini juga belum merata, ini harus dievaluasi jalurnya karena pernah saat kita gelar simulasi, karena orang dan kendaraan berseliweran karena jalurnya sempit," ucap Dani.
Selain itu, Pemprov Jabar juga telah membuat program Safari Desa Tangguh Bencana di desa-desa yang berada di Jabar selatan. "Ini harus dilakukan setiap tahun agar terpelihara pengetahuannya dan juga memang perangkat desa itu berganti-ganti, tahun ini kita terkendala pandemi. Mudah-mudahan tahun depan kita bisa lanjutkan desa tangguh bencana ini," tutur Dani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Peneliti ITB Sri Widiyantoro menjelaskan tinggi tsunami dapat mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur, dengan tinggi maksimum rata-rata 4,5 meter di sepanjang pantai selatan Jawa jika terjadi secara bersamaan.
Menurut Sri, riset tersebut berdasarkan hasil pengolahan data gempa yang tercatat oleh stasiun pengamat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan data Global Positioning System (GPS). Diperoleh indikasi adanya zona dengan aktivitas kegempaan yang relatif rendah terhadap sekitarnya, yang disebut sebagai seismic gap, di selatan Pulau Jawa.
"Seismic gap ini berpotensi sebagai sumber gempa besar (megathrust) pada masa mendatang. Untuk menilai bahaya inundasi, pemodelan tsunami dilakukan berdasarkan beberapa skenario gempa besar di sepanjang segmen megathrust di selatan Pulau Jawa. Skenario terburuk, yaitu jika segmen-segmen megathrust di sepanjang Jawa pecah secara bersamaan," kata Sri.
Riset ini sekaligus menjawab seismic gap di sepanjang Jawa dengan total populasi lebih dari 150 juta orang yang sebelumnya masih kurang dipelajari secara intensif. Daerah-daerah di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, misalnya Palabuhanratu, Pangandaran, Pacitan, dan Banyuwangi yang telah berkembang pesat belakangan ini, rentan terhadap ancaman gempa besar dan tsunami destruktif.
Sebagaimana terjadi pada 1994 dan 2006 yaitu gempa yang menimbulkan tsunami (gempa tsunamigenik) dengan magnitudo momen 8 terjadi di selatan Banyuwangi (Mw 7,8) dan Pangandaran (Mw 7,7). Tsunami yang ditimbulkan oleh kedua gempa ini menewaskan hampir 1.000 orang di kedua tempat tersebut.
"Tidak adanya gempa bumi besar (Mw > 8) dalam beberapa ratus terakhir tahun ini mengindikasikan bahwa gempa tsunamigenik yang dahsyat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa merupakan ancaman yang harus diwaspadai," ujar Sri.
(yum/bbn)