"Penyerapan BTT untuk bantuan sosial sudah 48,4 persen (dari anggaran Rp3,895 triliun), dan BTT untuk kesehatan sudah 78 persen (dari anggaran Rp607 miliar)," kata Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil-- dalam jumpa pers di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu (2/9/20).
Salah satu jaring pengaman sosial yang dicanangkan oleh Pemprov Jabar adalah bantuan tunai dan nontunai senilai Rp 500 ribu. Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jabar Nanin Hayani Adam melaporkan, anggaran BTT untuk penanganan COVID-19 sudah terealisasi sebesar Rp2,3 triliun.
"Untuk penanganan kesehatan Rp423 miliar, untuk jaring pengaman sosial yaitu sebesar Rp1,8 triliun," kata Nanin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/9/20).
Nanin mengatakan, penyesuaian anggaran BTT intens dilakukan. Hingga kini, sudah ada pergeseran anggaran sampai lima kali. Menurut ia, perubahan perencanaan anggaran BTT terus disesuaikan dengan kondisi penanganan COVID-19.
"Kita tidak bisa memprediksi kapan pandemi berakhir. Di bidang kesehatan, pembelian kebutuhan penanganan COVID-19 terus berjalan. Di jaring pengaman sosial, data terus bergerak. Maka, kami harus menyesuaikan perencanaan anggaran dengan kondisi tersebut," ucapnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jabar Berli Hamdani mengatakan, anggaran BTT untuk bidang kesehatan digunakan untuk pengadaan perlengkapan tes COVID-19, Alat Pelindung Diri (APD), alat kesehatan dan bahan habis sekali pakai di laboratorium.
"Saat awal pandemi, permasalahan yang dihadapi adalah ketersediaan barang di pasaran dan tingginya harga barang," ucap Berli.
Anggaran BTT kesehatan dimanfaatkan juga untuk pemenuhan operasional pusat isolasi pasien COVID-19, baik pusat isolasi rumah sakit rujukan maupun non rumah sakit. Selain itu, anggaran BTT kesehatan digunakan untuk meningkatkan kapasitas pengetesan (testing) metode uji usap (swab test) Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Untuk mengejar standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) melakukan swab test kepada 1 persen penduduk, kami memerlukan mesin PCR dan perlengkapan tes seperti bahan habis pakai laboratorium," kata Berli.
(yum/mso)