Penobatan Luqman memang tak mulus. Sejumlah kubu menolak Luqman menjadi sultan. Luqman juga disebut bukan keturunan Sunan Gunung Jati.
Luqman tak mempermasalahkan penolakan yang dilakukan sejumlah kubu. Sebab, lanjut Luqman, setiap warga negara berhak menyampaikan pendapatnya.
"Penolakan tersebut tidak berdasar. Kemudian, menyampaikan pendapat adalah hak setiap orang. Marilah kita sampaikan dengan cara bijaksana dan santun," kata Luqman saat dihubungi detikcom, Selasa (2/9/2020).
Luqman menjelaskan tentang perjalanan panjang keraton merawat tradisi. Menurut Luqman, saat ini usia Keraton Kasepuhan sudah mencapai 600 tahun. Penobatannya sebagai sultan, dikatakan Luqman, sudah sesuai adat dan tradisi yang dijalankan sejak Sunan Gunung Jati.
"Sejak zaman Sunan Gunung Jati sampai dengan Sultan Sepuh ke XV, adat tradisi turun temurun di Keraton Kasepuhan Cirebon tetap terjaga. Pengganti sultan sepuh adalah putra, anak laki-laki. Apabila sultan sepuh tidak memiliki anak laki-laki, maka dilanjutkan kepada adiknya sultan, tentu yang laki-laki," beber Luqman.
Lebih lanjut, Luqman mengatakan, Keraton Kasepuhan telah berkontribusi dalam merawat budaya dan tradisi. "Kita pelihara bangunan keraton, membangun dan menata museum secara baik. Mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi untuk masyarakat dan pemerintah," kata Luqman.
Sekadar diketahui, Luqman dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XV pada Minggu (30/8) kemarin. Situasi sempat memanas saat proses penobatan Luqman sebagai sultan.
Dalam waktu dekat, Luqman akan menjalankan sejumlah program prioritas yang sudah dijalankan mendiang ayahnya, Arief. Seperti, revitalisasi Masjid Agung Sang Cipta Rasa, menyiapkan keraton sebagai destinasi wisata unggulan, pelestarian adat dan tradisi serta program lainnya.
"Menjadikan keraton sebagai syiar Islam. Kita tingkatkan jalinan silaturahmi dengan pesantren-pesantren. Alhamdulillah acara kemarin berjalan lancar sesuai dengan adat tradisi," kata Luqman.
Sebelumnya, salah seorang filolog Raffan S Hasyim mengatakan sejatinya jumenengan memiliki pakem sendiri. Saat Sunan Gunung Jati dinobatkan sebagai sultan, proses penobatannya melibatkan ulama dan sesepuh. Namun, pakem tradisi jumenengan Sunan Gunung Jati itu mulai ditinggalkan. Tepatnya, Sultan Sepuh XV Sultan Matangaji dibunuh. Pengganti Sultan Matangaji, yakni Sultan Sepuh XVI tak menggunakan pakem jumenengan yang digunakan saat Sunan Gunung Jati diangkat menjadi sultan.
"Setelah Sultan Matangaji, sultan berikutnya dilantik dengan melibatkan Pemerintah Hindia-Belanda, sampai zaman keresidenan. Sultan XI itu masih keresidenan," kata Opan.
Opan mengaku tak bisa berkomentar panjang tentang tradisi jumenengan Luqman sebagai Sultan Sepuh XV. "Yang kemarin, saya sebetulnya tidak bisa komentar. Karena berbeda banget. Ya mungkin pakem mereka begitu. Kalau bicara pakem Gunung Jati yang saya jelaskan tadi," ujar Opan.
Tonton video 'Pria Ini Segel Keraton Kasepuhan, Ngaku Keturunan Sultan':
(mso/mso)