Salah satu sekolah di Cianjur, Jawa Barat sudah menggelar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di tengah pandemi. Sayangnya para siswa masih abai dan banyak yang tak menggunakan masker ataupun faceshield saat belajar.
Sekolah tersebut ialah SMK Taruna Bhakti Cianjur yang berlokasi di Jalan Aria Wiratanudatar Kecamatan Karangtengah.
Kepala SMK Taruna Bhakti Cianjur Dadang Sunardi, mengatakan kegiatan belajar tatap muka 600 siswa dari kelas X hingga XII sudah berjalan sepekan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun belum ada persetujuan resmi dari Disdik ataupun KCD, adanya pelajaran praktik kejuruan dan desakan orangtua jadi alasan sekolah melaksanakan belajar di sekolah.
"Ini berawak dari desakan orangtua agar anaknya bisa sekolah lagi, karena pembelajaran daring tidak efektif. Ditambah kita ini SMK, ada pelajaran praktik. Tidak bisa belajarnya secara daring, makanya kami gelar belajar tatap muka dan itu sudah berdasarkan persetujuan orangtua," ujar Dadang kepada detik.com saat ditemui di kantornya, Jumat (28/8/2020).
Ia juga mengakui pada guru belum menjalani rapid ataupun swab test, karena mengklaim dari pusat tidak diharuskan.
"Rapid dan swab itu kebijakan provinsi, kalau dari pusatnya kan cukup persetujuan orangtua. Kami sudah dapat persetujuan itu. Terlebih memang dari kemarin kami menunggu, tetapi tidak ada dari Dinkes yang meminta para guru dirapid atau diswab. Kalau ada pasti para guru mengikuti," kata dia.
Ia menyebutkan jika protokol kesehatan dijalankan dalam kegiatan belajar tatap muka. Mulai dari jumlah siswa per kelas yang dibatasi, pembagian jam belajar, jarak antar siswa, dan penggunaan masker.
Sayangnya, dari pantauan detik.com saat jam kedua, masih banyak siswa yang mengabaikan penggunaan masker. Bahkan tampak juga mereka tak mengenakan masker saat belajar di kelas dan praktik kejuruan.
"Kami sudah berusaha menjalankan protokol kesehatan. Satu meja itu satu siswa dengan jarak lebih dari satu meter. Jamnya juga dibagi dua, sehingga satu kelas tidak lebih dari 15 siswa," tuturnya.
"Untuk masker, kami juga sudah mengupayakan meminta orangtua menyiapkan masker untuk anaknya. Sekolah sempat menyediakan masker. Tapi tetap saja ada yang mengabaikan. Kami juga sering berikan teguran yang tidak pakai," ungkap Dadang menambahkan.
Sementara itu Kepala KCD Wilayah VI Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Esther Miory, mengatakan untuk SMK memang ada pengecualian khusus jika diperlukan tatap muka supaya bisa menjalankan pembelajaran praktik.
Tetapi dia menegaskan untuk bisa kegiatan tatap muka, para guru harus dirapid atau diswab dulu. Memastikan tenaga pengajar tidak terpapar dari COVID-19.
"Kalau SMK kan memang harus ada praktik, jadi ada pertimbangan khusus selama protokol kesehatan dijalankan dan para guru dites COVID-19, baik itu rapid ataupun swab. Kalau belum, nanti akan kami coba minta penjelasan ke kepala sekolahnya," pungkasnya.
Tonton juga 'Sekolah di Daerah Terpencil Mau KBM Tatap Muka? Dengar Dulu Imbauan Ini':