Aang menambahkan sesuai instruksi Bupati, setelah nantinya KBM tatap muka berjalan, pemeriksaan acak akan terus dilakukan. Targetnya setiap pekan harus ada 100 sampel guru dan siswa yang diperiksa. "Pemeriksaan masif dan acak ini akan terus dilakukan. Sehingga proses KBM tatap muka bisa terus terpantau dan mudah-mudahan tidak terjadi hal yang tak diinginkan dalam pembukaan kembali sekolah ini," tutur Aang.
Sementara itu, pekan lalu dua klaster penularan virus Corona muncul di Kabupaten Pangandaran. Tapi kasus ini menyurutkan niat Pemkab Pangandaran untuk membuka kegiatan belajar tatap muka di sekolah-sekolah, yang sedianya akan digelar awal September 2020 mendatang. Alasannya penanganan klaster resepsi pernikahan di Kecamatan Cimerak dan klaster sarang burung walet di Kecamatan Padaherang sudah terkendali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya memang muncul dua klaster, tapi sudah tertangani. Per hari ini pasien positif tinggal tujuh orang. Swab massal sudah dilakukan, Alhamdulillah penularan tak meluas, kita kan punya alat PCR jadi proses deteksi lebih cepat," kata Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, Rabu (26/8).
Namun, Jeje menjelaskan, ada satu hal yang menjadi pelajaran berharga dari munculnya dua klaster tersebut. Yakni lemahnya pengawasan terhadap orang luar yang datang ke Pangandaran. Karena dua klaster penularan baik resepsi pernikahan maupun klaster sarang burung walet, diawali oleh kedatangan orang luar Pangandaran. Resepsi pernikahan karena keluarga pengantin pria datang dari Halmahera, klaster sarang burung walet dibawa warga dari Grobogan Jawa Tengah.
"Nah pelajaran yang bisa kita petik adalah kita harus lebih waspada terhadap kedatangan warga luar yang datang atau menetap di Pangandaran, terutama zona-zona merah. Atau pendatang yang menempuh perjalanan jauh antar provinsi, karena risiko mereka sangat tinggi untuk terpapar di perjalanan apalagi yang menggunakan moda transportasi umum," tutur Jeje.
(bbn/bbn)