Bogor -
Berbagai kendala dan tantangan dihadapi masyarakat dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilakukan secara daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Mulai dari gangguan sinyal, minim kuota atau bahkan ketidakmampuan orang tua membelikan gawai untuk anak dalam menopang PJJ.
"Kesulitannya itu salah satunya itu dari pihak orang tua, karena ternyata tidak semua orang tua memiliki handphone yang bisa dipakai untuk belajar anak. Kadang orang tuanya punya satu handphone, tetapi dibawa ayah atau ibunya bekerja. Jadi proses belajar anak terganggu kan," kata guru Sekolah Dasar (SD) di Kota Bogor, Hani Triandini, ditemui di Jalan Dadali, Tanah Sareal, Kota Bogor, Kamis (20/8/2020).
"Ada juga yang punya handphone tetapi kuota terbatas, kadang ada juga satu handphone dipakai untuk lebih dari satu anak. Karena ada orang tua yang anaknya masih sekolah itu ada dua, dua-duanya SD, jam belajarnya sama. Jadi kalau ada tugas juga kan harus gantian. Belum lagi mood anak belajar makin berkurang," tutur Hani menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal semangat belajar anak yang berkurang, kata Hani, juga sering dikeluhkan orang tua murid. Beberapa orang tua juga bercerita kalau anaknya bahkan enggan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Kedisiplinan murid juga berkurang karena proses belajar tidak dilakukan di sekolah.
"Soal disiplin anak juga jadi sangat berkurang. Ada juga beberapa orang tua yang curhat karena sering berantem, katanya sering marah-marah sama anak karena sering menolak setiap diajak belajar atau kerjakan tugas," cerita Hani usai menerima bantuan laptop dari Anggota DPR RI dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno.
"Kalau dari proses pembelajarannya itu, kebanyakan yang saya nilai itu banyak tugas anak yang dikerjakan orang tua, bukan anaknya. Kadang kan kelihatan dari tulisannya atau lainnya. Ya mungkin itu karena ingin cepat selesai kali ya," Hani menjelaskan.
Hani berharap pandemi Corona atau COVID-19 segera berakhir, agar proses KBM bisa kembali berlangsung tatap muka. Karena bagaimana pun, kata Hani, proses KBM dengan tatap muka lebih efektif dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak.
Sekjen DPP PAN yang juga Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mengatakan gawai dan kuota saat ini menjadi salah satu kebutuhan dasar untuk pendidikan. Mirisnya, sampai saat ini kebutuhan dasar itu masih jadi kendala bagi siswa, terutama mereka yang tinggal di pelosok dan tidak terjangkau.
"Yang bisa disampaikan bahwa banyak anak-anak sekolah, terutama di pelosok-pelosok banyak yang masih terkendala. Seperti sinyal tidak ada, WiFi tidak ada, kemudian alat atau perangkat tidak ada, paketnya (kuota internet) nggak ada. Oleh karena itu PAN itu akan berkontribusi soal itu sebesar mungkin, seefektif mungkin, baik dalam bentuk WiFi gratis atau dalam bentuk gawai gratis," kata Eddy usai memberikan bantuan gawai atau handphone kepada siswa di Kota Bogor.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno (Foto: M. Sholihin/detikcom) |
Eddy menyebut, program bantuan untuk siswa dan guru juga akan dilakukan di wilayah lainnya di Indonesia. Langkah ini, dia menegaskan, sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah dalam memenuhi kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar yang saat ini dilakukan secara daring.
"Program ini tidak hanya kita berlakukan di Kota Bogor, tetapi di seluruh wilayah dan pelosok di Indonesia. Supaya apa, supaya PAN benar-benar hadir di tengah masyarakat membantu pemerintah menyelesaikan persoalan masyarakat," ucap Eddy.
Sementara itu, siswa penerima bantuan handphone, Vicco Putra, mengaku sangat terbantu dengan bantuan tersebut. Sejak tiga bulan belajar lewat daring, Vicco harus bergantian dengan adiknya yang masih duduk di bangku SD yang sama-sama belajar jarak jauh.
"Di rumah, yang punya handphone cuma saya. Selama ini saya gantian sama adik. Jadi kalau saya seringnya sore atau malam baru bisa pegang handphone, baru bisa kerjain tugas-tugas saya. Kadang kalau lagi bentrok suka rebutan juga. Tapi alhamdulillah, ini dapat bantuan HP, bisa masing-masing HP-nya sama adik," kata Vicco, siswa kelas XI SMKN 1 Kota Bogor.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini