Rahardjo Djali, keturunan Sultan Sepuh XI Radja Jamaludin Aluda Tajul Arifin mengukuhkan dirinya sebagai polmah (orang yang diberi kuasa) atau penjabat sementara (Pjs) Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon. Rahardjo dikukuhkan sebagai polmak di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon.
Rahardjo dikukuhkan sebagai polmak oleh salah seorang kiai dan dihadiri sejumlah keluarganya. Sekedar diketahui, Rahardjo Djali merupakan salah seorang yang berani menggembok ruangan Dalem Arum Keraton Kasepuhan. Rahardjo merasa dirinya berhak dilibatkan dalam proses peralihan kekuasaan.
Rahardjo menjelaskan pengukuhan dirinya sebagai polmah untuk mengisi kekosongan jabatan Sultan Keraton Kasepuhan, setelah mangkatnya Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat. Digelarnya tradisi pengukuhan polmah itu dilakukan sebagai jawaban atas penolakan penganugerahan jabatan Putra Mahkota Keraton Kasepuhan kepada PRA Luqman Zulkaedin, anak dari alamrhum PRA Arief Natadiningrat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejauh ini (penganugerahan putra mahkota) tidak sah. Karena sudah melenceng jauh dari kebiasaan (tradisi) yang sudah ditempuh para pendahulu di Keraton Kasepuhan," Rahardjo seusai pengukuhan polmah di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020).
Rahardjo mengatakan proses pengukuhannya sebagai polmah telah mendapat persetujuan dari klannya, keturunan dari Sultan Sepuh Sultan Sepuh XI Radja Jamaludin Aluda Tajul Arifin. Selain itu, Rahardjo mengaku mendapatkan dukungan dari sejumlah pondok pesantren (ponpes) di Cirebon, di antaranya Pondok Buntet Pesantren, Ponpes Gedongan, Bendakerep dan lainnya.
Rahardjo sadar akan konsekuensinya tentang proses pengukuhan polmah. Ia mengaku siap meladeni perlawanan atau penolakan dari keluarga almarhum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
"Kami tetap mengapresiasi jasa-jasa almarhum selama beliau menjabat sebagai Sultan Sepuh XIV," kata Rahardjo.
Rahardjo menambahkan jabatannya sebagai polmah selesai hingga proses jumenengan atau penobatan Sultan Sepuh XV. "Jabatan saya berakhir sampai keluarga besar menentukan (sultan) yang definitif. Saya belum menentukan ini. Kami sebetulnya sudah berusaha berkomunikasi dengan Arief, saat dia masih duduk di Keraton Kasepuhan. Tapi komunikasi itu buntu. Kami tetap mengapresiasi jasa-jasanya," kata Rahardjo menambahkan.