Wayang wong, salah satu kesenian yang lahir di tanah Jawa. Berbagai sumber menyebutkan wayang wong atau wayang orang muncul pada abad 18.
Tak hanya di Jawa Tengah dan sekitarnya, seni wayang wong juga eksis di pantura Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Salah satu maestro wayang wong yang tersohor dari Cirebon adalah Sutika. Populernya disebut Mama Kandeg.
Mama Kandeg merupakan sosok seniman asal Cirebon yang mempopulerkan wayang wong pada periode 1960 hingga 1990. Mama Kandeg membesarkan wayang wong Cirebon melalui sanggar seninya, Sanggar Seni Setiya Negara. Mama Kandeg pernah tampil di berbagai negara bersama sanggar seninya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, eksistensi wayang wong mulai meredup setelah Mama Kandeg mangkat (wafat) pada 1991. Mangkatnya Mama Kandeg berimbas pada aktivitas sanggar seninya. Ya, Sanggar Seni Setiya Negara turut mati suri. Sekitar 25 tahun lamanya sanggar yang pernah keliling dunia itu mati suri.
Kini aktivitas di sanggar mulai hidup kembali. Semangat melestarikan wayang wong muncul di tengah pandemi. Mama Kandeg rupanya tak hanya mewariskan sanggar, tapi semangat berkesenian kepada anak cucunya. Wawan Dinawan, salah satu cucu Mama Kandeg berikhtiar menghidupkan kembali kesenian wayang wong.
Wawan tak sendiri. Ia dibantu murid-murid Mama Kandeg. Sanggar Seni Setiya Negara yang berdiri sejak 1968 itu mulai bangkit. Pandemi membuat Wawan pulang dari perantauannya. Wawan sebelumnya bekerja di Batam.
"Adanya pandemi COVID-19 ini membuat saya pulang. Sebelumnya saya di Batam. Kemudian saya mencoba membangkitkan kembali sanggar milik kakek ini," kata Wawan saat berbincang di Sanggar Seni Setiya Negara di Desa Suranenggala Lor, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (28/7/2020).
Sejak Juni lalu Wawan mulai mengerakkan kembali kesenian wayang wong Cirebon. Wawan menyadari akan menemukan pelbagai kesulitan. Terlebih lagi, kondisi sanggar seni yang diwariskan kakeknya itu sudah dalam kondisi memprihatinkan. Bocor, ada bagian tembok yang gompal, dan lainnya. Tak hanya itu, kondisi gamelan milik Mama Kandeg beberapa di antaranya sudah lapuk.
"Hanya saron yang masih tersisa. Ini saron buatan Mama Kandeg. Ukirannya ini Mama Kandeg yang buat," kata Wawan.