Melati (bukan nama sebenarnya), satu dari tiga diduga korban pencabulan dan penganiayaan oleh pria asal Bandung berinisial DC angkat bicara atas peristiwa yang menimpanya.
Perkenalan antara Melati dan DC berawal dari media sosial (medsos) Instagram.
"Awalnya dia DM aku di Instagram untuk menanyakan kasus penabrakan di Karawaci, dia minta info dari aku karena aku kenal dengan keluarga korban, lalu dari situ ngelike, reply story, mulai chat aku, Tanggal 1 Maret," kata Melati didampingi pengacaranya Sunan Kalijaga di Bandung, Jumat (17/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berselang satu bulan, Melati bertemu dengan DC di Pengadilan Negeri Tanggerang untuk menghadiri sidang kecelakaan.
"Kemudian kita pertama bertemu Tanggal 3 Juni di Pengadilan Tanggerang karena saya menghadiri sidang kasus Karawaci tersebut," ungkapnya.
Beberapa hari kemudian, korban meminta tolong kepada pelaku untuk mengantarkan ke rumah sakit dan meminta bantuan untuk pindah kosan.
"Kemudian Tanggal 8 saya memang ada masalah, lalu pingin pindah kosan. Saya bilang ke dia, karena saya sakit jantung, saya bilang ke dia tolong antar saya ke Rumah Sakit Mitra Keluarga karena sedang COVID-19 saya enggak berani naik Grab. Dia datang ke Jakarta untuk nemenin saya ke rumah sakit," jelasnya.
Bukan dibawa ke rumah sakit, Melati malah dibawa ke Bandung oleh pelaku.
"Ternyata saya tidak dibawa ke rumah sakit, malah dibawa ke arah Bandung. Lalu saat itu saya bilang kenapa ke Bandung? Lalu dia bilang, saya tahu rumah sakit di Bandung yang bagus untuk jantung. Saya juga udah bawa barang-barang saya, karena setelah itu saya mau pindah. Saya bilang ke dia, di telepon juga sebelumnya, drop aja di rumah sakit lalu nanti saya akan cari kosan," ucapnya sembari menirukan perkataan DC.
Jam 7 pagi, Melati dan DC sudah sampai di Bandung. Tapi bukan dibawa ke rumah sakit, melainkan dibawa ke rumah DC.
"Lalu dia bilang, kamu istirahat saja di rumah, sudah berapa hari kalau kamu tahu mau tinggal di mana, kabari saja. Dia kasih waktu saya tiga hari," tururnya.
Melati bilang ke DC akan mencari kosan hari itu, tapi DC membujuk agar beristirahat dulu di kamarnya.
"Saya pikir saya tidur sendiri, malamnya itu saya dibawa ke rumah temennya untuk dikasih minuman dia cuma bilang temenin aja ke rumah temennya. Di sana dia kasih saya minuman, kurang lebih tiga gelas, saya tidak mau tapi dia langsung kasih ke mulut saya, saya tidak bisa apa-apa, saya sudah pusing, saya sempat lihat jam di mobil jam 12 lewat 10, saya sudah di garasi rumahnya dan saya dibopong ke rumahnya, setelah itu saya tidak ingat lagi," tuturnya.
Setelah itu, Melati tidak ingat apa-apa karena terpengaruh alkohol dan pencabulan itu terjadi terhadapnya.
"Paginya, saya sudah dalam keadaan tidak pakai bawahan. Sudah dalam keadaan setengah telanjang, saya langsung ke kamar mandi, saya bersih-bersih, saya merasa ada yang aneh di kemaluan saya, lalu saya tanya ke dia, dia kasih unjuk vidio, tapi dia tidak ngplay, di situ ada muka saya," katanya.
Saat Melati akan merebut telepon genggam miliki DC, dia malah mengancam.
"Saat saya mau ambil teleponnya, dia bilang kau jangan macam-macam. Kamu tahu sekarang sudah gimana, jangan macam-macam. Kalau kau macam-macam, awas," jelasnya.
Menurutnya, setiap ia mau melakukan perlawanan selalu di ancam. "Setiap kali mau melakukan itu, saya diancam," tambahnya.
Tak hanya itu, DC juga pernah mengancam Melati dengan menggunakan senjata api. "Tiga hari kemudian dia ancam saya di mobil, saat dia ingin melakukan itu dia mengancam saya dengan menggunakan senapan api," pungkasnya.
Sementara itu, Kuasa Hukum korban Sunan Kalijaga meminta polisi agar segera menangkap pelaku.
"Kepolisian, khususnya Polrestabes Bandung agar segera melakukan tindakan hukum paksa karena DC ini kami khawatirkan menghilangkan barang bukti dan membuat rangkaian cerita untuk melepaskan diri daripada apa yang sudah kita laporkan," ujar Sunan Kalijaga.