4 Fakta Pembunuhan Anjanii Bee yang Belum TerungkapKasus pembunuhan terhadap Intan Marwah Sofiyah alias Anjanii Bee (20) masih menyisakan misteri. Sosok pelaku pembunuh wanita bertato itu belum berhasil ditangkap.
Sudah lebih dari tiga bulan sejak mayatnya ditemukan pada Kamis (5/3) lalu, pihak kepolisian belum bisa mengungkap siapa pelaku pembunuhan terhadap gadis malang asal Subang, Jawa Barat itu. Jasad Anjanii Bee ditemukan di parit depan sebuah hotel di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Anjanii Bee (Foto: tangkapan layar Facebook akun Anjanii Bee) |
Hingga saat ini, pelaku pembunuhan sadis terhadap Anjanii masih berkeliaran. Berikut empat fakta yang belum terungkap dari kasus tersebut.
- Sosok Pelaku dan Jumlahnya Masih Misterius
Pihak kepolisian belum bisa mengungkap siapa sebenarnya pelaku yang tega menghabisi nyawa Anjanii Bee dengan sadis mengingat ada luka sayatan di leher korban, luka lebam di wajah dan bagian tubuh lainnya. Selain itu jasad korban dibuang setelah dibungkus seprai dan plastik hitam.
Untuk mengungkap pelakunya, pihak kepolisian berulangkali melakukan olah TKP dan memeriksa saksi hingga lebih dari 60 orang, termasuk di antaranya teman dekat korban.
Kasatreskrim Polres Cimahi AKP Yohannes Redhoi Sigiro mengatakan pihaknya masih terus melakukan penyelidikan demi mengungkap kasus pembunuhan sadis tersebut.
"Sampai saat ini masih penyelidikan, belum mengarah ke pelaku pembunuhannya," ujar Yohannes, beberapa waktu lalu.
Yohannes mengatakan belum ada orang terdekat yang dicurigai sebagai pelaku pembunuhan Anjanii. Termasuk belum ada saksi mata yang dicurigai sebagai pelakunya.
"Masih belum ada juga. Sekarang masih fokus ke penyelidikan," kata Yohannes.
- Di mana Lokasi Pembunuhan?
Selain pelaku, hingga saat ini belum bisa dipastikan lokasi pasti tempat eksekusi Anjanii Bee. Sebab parit depan hotel di Lembang hanya sebagai tempat membuang mayatnya setelah dihabisi.
Kapolres Cimahi AKBP M Yoris Maulana Yusuf Marzuki memastikan Anjanii dibuang di depan hotel tersebut setelah dieksekusi di tempat lain. Pihak kepolisian menjelaskan tidak ada satupun saksi mata yang melihat langsung pelaku saat membuang mayat korban.
Mayat Anjanii Bee dibuang ke selokan di Lembang Bandung. (Foto: Whisnu Pradana/detikcom) |
Yoris mengakui tak adanya saksi kunci yang melihat kejadian pembunuhan sadis tersebut menyulitkan pihaknya melakukan pengungkapan kasus yang sempat menggegerkan tersebut.
"Tidak ada saksi kunci dan tidak jelas di mana TKP pembunuhannya. Karena parit di Lembang itu hanya tempat membuang mayat. Saksi terakhir itu hanya sopir angkutan online yang mengantarkan korban ke satu tempat di Bandung," ujarnya.
Terkait hal itu, Yoris meminta kepada masyarakat agar melapor ke pihak kepolisian bila ada informasi penting yang menyangkut dengan kasus pembunuhan ini.
"Kami juga masih menunggu bila masyarakat ada yang mempunyai informasi terkait kasus pembunuhan ini," ucap Yoris.
- Kapan Anjanii Bee Dihabisi?
Pertanyaan lainnya, kapan Anjanii Bee dibunuh oleh pelaku? Pihak kepolisian sendiri belum bisa memastikan hal tersebut. Penyelidikan dilakukan dengan mengecek CCTV di kamar kontrakan korban.
Kapolres Cimahi AKBP M Yoris Maulana Yusuf Marzuki, mengatakan ada rekaman CCTV yang menunjukkan korban pergi menggunakan angkutan online ke satu tempat sehari sebelum ditemukan tewas.
"Betul ada rekaman CCTV dari kontrakan korban yang menunjukkan dia naik angkutan online lalu turun di satu tempat, tapi tidak bisa kami sebutkan dimana. Yang jelas waktu pembunuhannya pun belum diketahui," ujar Yoris.
Anjanii Bee (Foto: tangkapan layar Facebook akun Anjanii Bee) |
Namun rekaman CCTV yang dikumpulkan tak ada yang menunjukkan pelaku pembunuhan sadis tersebut, baik yang ada di kontrakan hingga CCTV di lokasi pembuangan.
"Untuk pelaku tidak ada yang terekam di CCTV. Termasuk di depan hotel. Tapi CCTV yang menunjukkan rute korban bepergian cukup membantu kami untuk mendalami kasus ini," tutur Yoris.
- Motif Pelaku
Pihak kepolisian setidaknya mengantongi motif pelaku menghabisi nyawa Anjanii Bee. Dari hasil autopsi, polisi melihat gambaran motif pelaku tega menghabisi nyawa Anjanii.
Kapolres Cimahi AKBP M Yoris Maulana Yusuf Marzuki mengatakan dilihat dari hasil autopsi, kemungkinan pelaku memiliki dendam pada Anjanii Bee.
"Dilihat dari luka-luka di tubuh korban berdasarkan hasil autopsi, diduga motifnya karena dendam," ujar Yoris.
Warga Cimahi Tolak Rapid Test
Warga RT 01/RW 17, Kelurahan Karangmekar, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi yang menolak pelaksanaan swab test ketiga membuat surat pernyataan penolakan.
Dalam surat yang ditulis tangan itu ditandatangani 15 orang. Isinya menolak swab test ketiga. Lurah Karangmekar Nur Effendi mengungkapkan pernyataan tersebut dibuat warga lantaran tidak mau lagi menjalani swab test. Mereka beralasan hasil negatif dari swab test pertama dan ke dua sudah cukup.
"Iya mereka membuat surat pernyataan menolak swab test. Karena yang pertama dan kedua sudah dijalani hasilnya negatif. Terus mereka juga mengaku sudah melakukan isolasi jadi enggak perlu swab test lagi," ujar Nur Effendi kepada detikcom, Selasa (23/6/2020).
Saat pelaksanaan swab test di Puskesmas Cimahi Tengah hari ini, hanya tiga orang yang datang. Ketiganya merupakan suami dan anak dari ibu rumah tangga yang terkonfirmasi positif COVID-19.
"Mereka wajib untuk swab test karena kontak erat dengan istrinya yang positif. Kalau warga lainnya tetap tidak datang karena sudah membuat pernyataan penolakan," terangnya.
Pihaknya juga sempat menjelaskan pada warga yang bertanya mengapa masih ada warga yang positif COVID-19, padahal sudah melaksanakan isolasi mandiri selama 14 hari.
"Ada memang yang bertanya kenapa sudah isolasi tapi masih positif, kami khawatir masa inkubasi virusnya lebih dari 14 hari. Makanya sebetulnya penting untuk swab test lagi," bebernya.
Pepi Hartini, Ketua RW 17, mengatakan tak bisa melarang kemauan warga yang menolak untuk melaksanakan swab test. Namun warga yang menolak harus membuat pernyataan dan menanggung sendiri risikonya.
"Kalau saya tidak bisa melarang, terserah warga saja. Saya hanya minta warga yang menolak membuat pernyataan, jadi biar nanti ada buktinya," kata Pepi.
Sebanyak 32 warga ini telah dites swab awal Juni lalu karena ada satu warga yang terkonfirmasi positif. Kemudian mereka menjalani karantina mikro atau Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) selama 14 hari yang diikuti 32 orang.
Swab test kedua dilakukan sehari sebelum PSBM berakhir, Jumat (19/6) kemarin untuk memastikan kondisi warga hingga akhirnya seorang warga lagi terkonfirmasi positif. Swab ketiga seharusnya dilakukan hari ini, namun mereka menolak.
Cianjur Nihil Kasus Corona
Sudah 20 hari Cianjur nihil kasus positif COVID-19. Bahkan kini juga muncul lagi kabar baik, Orang dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien dalam Pengawasan (PDP) juga tidak ada.
Juru Bicara Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Cianjur Yusman Faisal, mengatakan dari laporan yang masuk ke Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat (Pikobar), tidak ada laporan penambahan ODP dan PDP untuk 22 Juni 2020.
"Untuk laporan sehari kemarin kan diterima hari ini, dan laporannya Cianjur nihil ODP dan PDP, tidak hanya kasus Positif," kata Yusman saat ditemui di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Selasa (23/6/2020).
Menurut Yusman, laporan tersebut jadi rekor juga selama pandemi. Sebab sebelumnya setiap hari ada penambahan baik ODP ataupun PDP.
"Biasanya kalau tidak ada PDP, ada saja penambahan ODP. Baik yang dilaporkan puskesmas ataupun rumah sakit. Tapi hari kemarin itu nihil semuanya," ujar Yusman.
Yusman mengatakan, untuk data kasus hari ini baru akan diterima besok. Namun dia berharap data berikutnya juga nihil. "Data terbaru besok laporan akumulasi hari ini. Ya semoga saja Cianjur nihil lagi untuk kasus COVID-19 ini," kata dia.
Meski nihil kasus, lanjut Yusman, pihaknya tidak akan menurunkan upaya penanganan dan pencegahan COVID-19. Sebab Cianjur masih terancam dengan adanya pelonggaran di perbatasan, apalagi saat ini juga masih dikelilingi zona merah.
"Kami akan tetap kerja keras, sebab dengan adanya pelonggaran banyak warga dari zona merah yang masuk Cianjur. Apalagi dari hasil rapid test di puncak kemarin juga banyak uang reaktif, tentu ini jadi kerawanan baru untuk Cianjur. Belum lagi adanya pasien positif tanpa gejala yang sulit terdeteksi," tutur Yusman.
Untuk diketahui, data ODP di Cianjur saat ini sebanyak 988 orang dan PDP 122 orang. Sedangkan pasien positif tercatat 5 orang, namun empat di antaranya sudah sembuh sedangkan satu pasien meninggal dunia.
Ortu Siswa Protes PPDB ke SMAN 10 Bandung
Puluhan orang tua siswa menyambangi SMAN 10 Kota Bandung pada Selasa (23/6/2020) siang. Mereka memprotes hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang dinilainya tidak tepat. Pasalnya, anak-anak mereka tak lolos seleksi, namun ada siswa lain yang nilainya lebih kecil bisa diterima pada tahap pertama ini.
Video aksi protes ini sempat dibagikan oleh warganet. Dalam video berdurasi singkat tersebut terlihat sejumlah orang tua tengah berkumpul di ruang lobi SMAN 10. Salah seorang orang tua siswa, Sofie, mengaku heran dengan hasil seleksi PPDB jalur prestasi di SMAN tersebut.
Sebab nilai anaknya cukup tinggi yakni 641, sementara di laman PPDB SMAN 10 tersebut ada siswa yang lolos dengan skor 581. "Ini kan agak aneh, makanya orang tua datang ke sekolah untuk mencari tahu, kriteria apa yang ditetapkan," ujar Sofie saat dikonfirmasi.
Dari penjelasan yang didapatkannya, tak lolosnya anaknya itu dikarenakan pihak sekolah mencari siswa sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh SMAN 10. "Alasannya saya tidak masuk karena tidak sesuai dengan kriteria mereka. Jadi kami ingin tahu apa sebenarnya kriteria yang mereka berikan," ujarnya.
Ia pun enggan untuk mengikuti pendaftaran jalur zonasi di sekolah tersebut. "Mungkin bukan rezeki saya ke sini. Saya pribadi pasrah ya sudah lah nanti kita cari SMA lain," katanya.
Jadi kami ingin tahu apa sebenarnya kriteria yang mereka berikan.Sofie, orang tua siswa. |
Pantauan detikcom, pada pukul 14.00 WIB sejumlah orang tua terus berdatangan ke SMAN 10 Kota Bandung. Mereka bergantian masuk ke ruang aduan yang disediakan di sekolah tersebut.
Orang tua siswa lainnya, Yanti mengaku sempat kecewa ketika melihat hasil pengumuman PPDB di sekolah tersebut. Ia pun mendatangi kepala sekolah dan panitia PPDB di sekolah tersebut untuk mencari informasi lebih jelas, terkait tidak diterima anaknya.
"Pertamanya saya kesal. Tapi setelah dapat penjelasan dari pihak sekolah ya sudah saya ikuti saja, padahal kan kalau masuk ke sekolah swasta juga tidak murah. Tapi ya mau bagaimana lagi, karena lokasi SMA yang lain yang terdekat hanya ini, tapi kan katanya daerah ini padat penduduk, peluangnya juga sangat kecil," ujarnya.
Kepala Sekolah SMA 10 Bandung Ade Suryaman menuturkan, keberadaan siswa dengan nilai lebih kecil yang lolos berkaitan dengan pemerataan peluang pendidikan. Hal itu tidak melanggar, karena tetap mengacu kepada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis PPDB Jabar 2020.
Menurutnya, kuota untuk jalur prestasi raport di SMA 10 hanya untuk 30 siswa. Kuota jalur prestasi ditambah 15 sehingga total 45, karena ada pengalihan dari jalur prestasi non-akademik yang tidak sesuai.
Dari 15 kursi itu, enam kursi siswa dengan nilai tinggi, sedangkan sembilan kursi lainnya diberikan sesuai kriteria kebutuhan sekolah. "Kita ada kriteria tertentu di mana dari sekolah dengan rata-rata UN terkecil dan memasukkan data ke SMA 10 bisa masuk, sekolah diberi kewenangan untuk menentukan kriteria sesuai kebutuhan sekolah," ujar Ade.
Kenapa kriteria ini dipilih, lanjut Ade, ini berdasarkan musyawarah mufakat dewan sekolah. Harapannya siswa dari SMP yang terdekat dan memiliki nilai skor kecil saat memasukkan data ke SMA 10, tapi memiliki nilai paling besar di antara teman-temannya dari SMP yang sama, bisa masuk ke SMAN 10.
Cara ini diyakini bisa membuat pemerataan peluang bagi siswa, sehingga tidak semua yang masuk ke SMA 10 harus memiliki nilai paling besar dengan memiliki rata-rata nilai UN di Kota Bandung.
"Intinya ini untuk pemerataan. Kursi ini pun sebenarnya peralihan karena untuk jalur prestasi akademik sebenarnya tidak diubah hanya 30. Sisanya yang peralihan non-akademik baru sesuai kriteria sekolah," katanya.
"Kalau misal hanya dari nilai mungkin saya pukul rata semuanya, tapi kan sekolah juga diberi kewenangan untuk mencari siswa sesuai kebutuhan sekolah," ujar Ade.