Abung Rahmat, guru sekaligus panitia PPDB SMK PGRI 3 Otomotif Cianjur, mengatakan selama pandemi pihak sekolah sulit melakukan promosi untuk menarik minat calon siswa mendaftar.
"Biasanya sejak beberapa bulan sebelum PPDB itu mulai gencar promosi, baik ke sekolah hingga lewat cara lainnya. Tapi karena Pandemi Covid-19 jadinya sulit untuk promosi," ujar dia, Jumat (12/6/2020).
Dia mengaku dalam beberapa hari pembukaan PPDB, baru 65 calon peserta didik yang mendaftar. Padahal dalam tentang waktu yang sama, jumlah pendaftar ke sekolah otomotif tersebut sudah lebih dari 150 orang siswa.
"Kalau tahun lalu bisa lima kelas, dengan sekelasnya itu terdiri dari 30 siswa. Kalau sekarang dengan jumlah pendaftar 65 orang paling dibagi dua kelas," kata dia.
Abung mengaku, pihak sekolah sudah berupaya dengan promosi lewat media sosial dan membuka pendaftaran online. Tetapi keterbatasan jaringan hingga gawai dari para calon siswa dan orangtuanya membuat PPDB online untuk swasta menjadi tidak optimal.
Sementara para calon siswa masih takut untuk datang langsung ke sekolah untuk mendaftar, dengan adanya pandemi COVID-19.
"Dari 65 siswa yang mendaftar itu, 15 orang yang daftar online dan 50 yang daftar langsung. Jadi yang online belum optimal, sedangkan secara offline masih terkendala pandemi," ucapnya.
Namun berbeda halnya dengan SMK PGRI 3, SMA PGRI Naringgul malah mengalami peningkatan jumlah peserta didik.
Lulusan SMP dari selatan yang biasanya pergi ke kota untuk bersekolah lebih memilih bersekolah di SMA/SMK terdekat di wilayahnya.
"Ada peningkatan, jika tahun lalu 110 siswa itu selama pelaksanaan PPDB hingga hari terakhir. Kalau sekarang baru lima hari saja sudah hampir 100 siswa dan akan terus bertambah," ucap Asep Risman, panitia PPDB SMA PGRI Naringgul saat dihubungi melalui telepon seluler.
Dia mengaku kondisi Naringgul yang masih nihil penyebaran COVID-19 membuat para siswa masih bisa mendaftar offline secara leluasa.
"Jadi banyak yang memilih daftar di sekolah terdekat, karena kalau jauh apalagi ke kota (Kecamatan Cianjur) takut terpapar," pungkasnya.
(ern/ern)